7 March 2015

by Glenn Kaonang

Startup Veniam Sulap Kota Porto Menjadi Smart City dengan Konsep Internet of Moving Things

Wi-Fi gratis di bus kota tampaknya sudah bukan hal yang baru lagi. Di Jakarta misalnya, hampir seluruh armada bus Damri yang beroperasi dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta telah dilengkapi dengan jaringan Wi-Fi gratis di dalamnya. Namun yang seringkali menjadi masalah, berdasarkan pengalaman pribadi, adalah tidak stabilnya koneksi internet pada waktu bus sedang bergerak.

Apa yang menjadi penyebab kemungkinan besar adalah penggunaan jaringan seluler pada router Wi-Fi yang tersematkan di bus tersebut. Lalu bagaimana caranya menyediakan Wi-Fi gratis di sistem transportasi publik yang bisa diandalkan setiap saat?

Mari kita menengok sebentar ke benua Eropa, khususnya di negara Portugal. Di sebuah kota bernama Porto di sana, Wi-Fi gratis sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari bagi masyarakat. Ada lebih dari 600 kendaraan umum yang dilengkapi router Wi-Fi, meliputi bus kota, taksi, bahkan truk pengangkut sampah sekalipun.

Dalam menyajikan akses internet gratis di kotanya, pemerintah Porto memercayakan Veniam, sebuah startup ambisius dengan visi yang menarik, yakni “Internet of Moving Things.” Mereka menjadikan Porto sebagai lokasi pertama penerapan konsepnya ini.

Info menarik: Pemprov DKI Siap Anggarkan 30 Miliar Rupiah untuk Proyek Smart City Tahun 2015

Router-router Wi-Fi yang terdapat di dalam bus kota dan taksi di sini tidak memanfaatkan jaringan seluler sebagai penyedia akses internet, melainkan menyambung ke fiber access point milik pemerintah kota yang tersebar di beberapa titik, hingga di pinggir jalan sekalipun, memanfaatkan tiang listrik, lampu lalu lintas sampai bak sampah di dalam gang.

Selagi bus dan taksi bergerak, router Wi-Fi di dalamnya akan berganti access point demi access point, tetapi berkat teknologi rancangan Veniam, koneksi internet tidak pernah putus.

Manfaat jaringan Wi-Fi bergerak ini tidak hanya bisa dirasakan oleh masyarakat saja, tetapi juga pemerintah kota. Veniam juga menanamkan sederet sensor di beberapa titik kota. Apa gunanya? Contoh, sensor yang terpasang di bak sampah akan menginformasikan ke jaringan Wi-Fi di sekitarnya bahwa sudah saatnya truk pengangkut sampah mengosonginya.

Info menarik: Layanan M2M Indosat Dukung Pengembangan Smart City di Kota Surakarta

Dikutip dari situs berita NPR, CEO Veniam, Joao Barros meyakini bahwa pengumpulan dan pertukaran data via jaringan Wi-Fi bergerak ini adalah masa depan dari konsep smart city. Kota-kota yang sudah memiliki jaringan internet berbasis fiber optic dapat memanfaatkannya sebagai host untuk jaringan Wi-Fi publik sekaligus mengumpulkan data dari beragam sensor. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya, yang berujung pada pengelolaan kota secara lebih efisien.

“Jika Anda pikir-pikir, biaya mengirim data melalui jaringan seluler sangatlah tinggi – sekitar 20 kali lebih tinggi dari menggunakan Wi-Fi,” papar Barros. “Dengan menghubungkan kendaraan ke infrastruktur Wi-Fi, kita bisa menekan biaya yang diperlukan untuk mengirim data ke cloud – sekaligus menyediakan akses internet bagi publik.”

Veniam saat ini tengah membawa konsep “Internet of Moving Things” ini ke Amerika Serikat. Bagaimana dengan Indonesia? Hmm, saya kira kita harus benahi infrastruktur internet kita terlebih dahulu. Masih banyak kota di negara kita dengan akses internet yang terbatas…

Sumber: NPR. Sumber gambar: Veniam.