1. Startup

Strategi Zenius Dongkrak Bisnis dan Jangkau Lebih Banyak Pengguna

Situs Zenius telah dikunjungi 51 juta pengguna unik dalam delapan tahun

Startup edtech Zenius mulai agresif menarik pengguna baru dengan membuka akses lebih dari 80 ribu konten secara cuma-cuma. Strategi ini bisa dikatakan usaha perusahaan mengukuhkan posisinya sebagai pionir edtech di Indonesia sejak 15 tahun beroperasi.

Co-Founder Zenius Sabda PS mengatakan, strategi ini bisa dikatakan radikal, namun sudah mendapatkan persetujuan dari semua pemangku kepentingan di perusahaan. Dia juga belum memastikan rentang waktu program ini akan berlangsung.

"Terkait monetisasinya, biar kita yang pikirkan nanti. Yang pasti Kami selalu berusaha untuk jadi market leader," ujarnya, Rabu (18/12).

Pertimbangan ini diambil salah satunya karena riset internal yang dilakukan perusahaan. Disebutkan dampak yang dirasakan pelajar adalah lebih memahami ilmu pengetahuan dan tidak mendikotomi ilmu hanya dipelajari di sekolah, sehingga efeknya lebih terasa dan bisa diterapkan dalam sehari-hari.

"Dari temuan itu, makanya kami buka aksesnya supaya semakin banyak orang-orang yang ketagihan untuk belajar."

Sabda juga memaparkan kinerja Zenius sejak Januari 2011 hingga Desember 2019. Di antaranya, situs Zenius.net telah dikunjungi 51 juta pengguna unik, meningkat tajam dari awal berdiri hanya 268 ribu kunjungan saja.

Lalu ada 1 juta pengguna terdaftar di aplikasi, lebih dari 200 juta kali video diputar secara online, paket soal sudah diunduh 3 juta kali,  dan aplikasi telah diunduh lebih dari 500 ribu kali sejak dirilis pada Maret 2019.

Sebagai pionir vertikal edtech, Zenius merumuskan pendekatan pembelajaran efektif demi menciptakan sumber daya manusia yang unggul di masa depan. Perusahaan fokus pada pemahaman konseptual dan pembentukan daya nalar, sehingga kompetisi dasar yang ingin dibentuk adalah pemahaman mendalam mengenai konsep keilmuan.

Bukan hanya soal mengingat dan menghafal. Dengan demikian, pelajar dan pembelajar diproyeksikan untuk memiliki pola pikir yang baik dan mampu beradaptasi serta mencari solusi atas masalah yang dihadapi.

"Untuk menyesuaikan dengan sistem pendidikan, kami tetap memasang target praktikal agar pelajar tetap memenuhi target nilai di sekolah. Yang kita selipkan sebagai core materialnya adalah perkembangan intelektual. Bila fundamentalnya sudah benar, ujian apapun pasti bisa."

Dengan misi di atas, Sabda mengaku pihaknya cukup percaya diri dengan tingkat persaingannya dengan pemain di ranah sejenis. Semua konten disusun oleh tim in-house Zenius, dengan menekankan aspek dampak yang ingin dihasilkan. Lantaran, menurutnya bisnis di dunia pendidikan tidak bisa sembarang, ada pertanggung jawabannya.

"Saingan kita justru di media sosial dan game, bagaimana caranya buat konten semenarik mereka tapi jauh buat mereka produktif. Ketika semua ini sudah teruji dan terbukti kualitasnya, kita enggak akan takut untuk jauh lebih terekspos [publik]."

Rencana bisnis berikutnya

Sabda enggan merinci lebih dalam bagaimana target berikutnya untuk pengembangan Zenius pada tahun depan. Termasuk juga mengenai rumor soal pendanaan dari Northstar Group yang diterima perusahaan. Ia hanya menyebut tahun depan akan menjadi tahun yang ramai karena ada banyak inisiatif yang akan dilakukan.

"Urusan backend Zenius pasti akan banyak pengumuman, nanti dikabari lagi karena ada banyak sekali program yang mau kita lakukan tahun depan."

Dia juga menyebut saat ini internal perusahaan sedang adakan restrukturisasi, ada penambahan talenta baru dalam jumlah banyak untuk mewujudkan ambisi perusahaan. Jumlah karyawan terus bertambah, untuk guru saja diperkirakan telah lebih dari 60 orang.

Zenius tidak hanya memiliki Zenius.net untuk media belajar online berbasis situs dan aplikasi. Mereka juga memiliki bimbel offline Zenius Center dan platform untuk training karyawan bernama Agora.id berisi konten edukasi vokasi.

Perusahaan juga menjual konten video secara offline bernama Zenius Box, berupa server intranet yang memuat konten produksi Zenius tanpa harus terhubung dengan internet.

"Kami ada konten dari SD, SMP, SMA dan SMK, nantinya dengan kemerdekaan akses edukasi dari kami pasti akan jauh lebih banyak hal-hal yang mereka butuhkan, kita bisa masuk ke sana," pungkas Sabda.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again