1. Startup

Teruntuk Perusahaan-Perusahaan Teknologi, Kalian Lebih Dari Sekedar Platform

Sudah waktunya perusahaan teknologi berhenti bersembunyi di balik jargon "hanya sebatas platform"

Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi telah mengalami pergeseran dari sebuah fitur untuk para kutu buku, menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat dan perilaku manusia pada umumnya. Mungkin memang manusia yang menciptakan teknologi, namun teknologi pula yang membentuk kehidupan kita dengan sedemikian rupa. Mulai dari internet, komunikasi, jejaring sosial, kecerdasan buatan, dan entah berapa banyak teknologi baru yang akan tercipta dalam dekade-dekade selanjutnya.

Untuk segala tindakan disruptif [disruptive force] yang diciptakan perusahaan teknologi serta inovasi baru dalam mengatasi berbagai masalah, sudah waktunya untuk meninggalkan cara-cara lama. Kegiatan-kegiatan yang tidak efisien, mahal, menguras waktu sudah seharusnya digantikan dengan platform teknologi.

Google mengubah dunia. Facebook mengubah dunia. Amazon mengubah dunia. Uber mengubah dunia.

Miris rasanya melihat perusahaan-perusahaan yang telah membawa pembaruan yang begitu besar dan kuat, tampaknya kurang peduli dengan tanggung jawab mereka kepada masyarakat dan lebih mementingkan tuntutan para pemilik saham.

Teringat pada saat perusahaan seperti OLX Indonesia difitnah menjual bayi online. Tentunya, bukan OLX yang melakukannya, tetapi salah satu merchant mereka (sebagai platform c2c). Siapapun bisa menjual apa saja di OLX, dan OLX hanya sekedar platfrom yang menghubungkan pembeli dan penjual. Teringat juga pada kejadian di India, bagaimana seorang pengemudi Uber melecehkan penumpangnya. Lalu, Uber masih bersembunyi di belakang alasan yang sama. Teringat pada Go-Jek yang kini berkuasa atas perekonomian Indonesia setelah jutaan pengemudi bergabung. Namun pada masa-masa awal pertumbuhannya, berapa banyak pengemudi taksi konvensional yang kehilangan sebagian besar penghasilannya.

Tentunya, tanpa melupakan Facebook yang tengah menjadi sorotan beberapa minggu belakangan.

Kenyataannya, ketika sebuah kesalahan terjadi, perusahaan akan bertanggung jawab dan bertindak dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi, seringkali mereka gagal memanfaatkan kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Kekuasaan yang dapat melampaui pemberdayaan ekonomi. Mendengar hasil interogasi para anggota dewan di Amerika Serikat pada Mark Zuckerberg mengindikasi bahwa Mark merasa gagal melindungi privasi individual para penggunanya. Namun sepertinya ia tidak menyadari bahwa dirinya dan Facebook telah mengecewakan masyarakat. Ia melihat bahwa solusi dari masalah ini adalah peningkatan kualitas produk, padahal lebih dari itu.

Facebook, Google, Uber, Amazon, dan Alibaba; perusahaan-perusahaan teknologi raksasa ini telah berkembang begitu pesat sehingga mereka memiliki kapabilitas dalam mengarahkan masyarakat pada banyak hal, baik sadar maupun tidak, sengaja atau tanpa disengaja. Perusahaan seharusnya juga mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap masyarakat, bahkan sebelum mereka berbicara tentang produk dan model bisnis. Tentunya, konflik antara etika dan model bisnis itu ada, inilah waktu yang tepat bagi CEO memutuskan untuk menjadi seorang CEO yang seperti apa.

Ada sebuah kasus menarik dalam media digital. Sebagai salah satu pemain di media digital, salah satu yang meresahkan saya adalah banyaknya perusahaan media melupakan bentuk dari sebuah masyarakat, yaitu hubungan dua arah. Perusahaan media mengacu pada statistik dan mempelajari konsumsi pengguna akan konten mereka, mulai dari melihat konten yang paling populer lalu mereplikanya demi mendapatkan atensi dari pengguna dan mengajak untuk melihat lebih banyak konten sehingga menghasilkan uang melalui iklan.

Lalu, bagaimana jika konten yang menarik bagi pengguna adalah konten yang disruptif? Atau kenyataannya salah? Apakah kalian akan mengikuti para pengguna yang tidak bijak? Apakah kalian akan tetap menyediakan konten negatif yang mereka sukai? Tentunya bisa dan akan menghasilkan banyak uang. Mungkin. Namun, kalian juga bisa angkat suara dan menentang, memaksa konten-konten edukatif yang lebih positif dan layak. Beberapa menyebutnya integritas. Lainnya menganggap ini adalah etika berbisnis. Apapun pengertian kalian, hal ini menjadi sangat penting dalam menjalankan bisnis.

Saya adalah seseorang yang percaya bahwa media digital telah mengacaukan dunia. Dengan berbagai tindak kebencian dan aura negatif di sekelilingnya, media digital telah menjadi sumber dari kekacauan tersebut. Adalah hal yang mudah untuk menguangkan kebencian dan konten negatif melalui iklan. Semakin banyak kebencian, semakin tinggi trafik, uang semakin mengalir. Tanpa ada pertimbangan akan dampaknya pada masyarakat secara keseluruhan.

Teknologi akan terus melanjutkan penetrasinya demi semakin tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia pun akah tetap bertahan, apapun yang terjadi. Hadirnya kecerdasan buatan, bioteknologi, teknologi luar angkasa serta berbagai pengembangan yang terjadi dalam masyarakat akan memanfaatkan teknologi dalam segala sisi.

Sudah waktunya kita mulai memberdayakan teknologi sebagai alat yang positif, bukan sekedar untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, tapi juga berdampak pada masyarakat secara keseluruhan. Sudah waktunya bagi perusahaan-perusahaan teknologi, inovator dan disruptor untuk berhenti bersembunyi di balik alasan "hanya sebatas platform", dan mulai menerapkan integritas dan etika berbisnis.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again