14 May 2020

by Glenn Kaonang

Tren Penjualan Smartphone di Indonesia Selama Pandemi

Data cuma berlaku untuk penjualan secara online melalui Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak

Tidak terasa sudah dua bulan berlalu sejak WHO resmi menyatakan COVID-19 sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret lalu. Nyaris semua industri di seluruh dunia merasakan dampaknya, baik negatif maupun positif, terutama sejak pemerintah setempat mulai merespon dengan memberikan himbauan maupun menetapkan sejumlah kebijakan.

Di Indonesia pun juga demikian. Salah satu industri teknologi yang mengalami penurunan bisnis cukup signifikan adalah industri smartphone. Terlepas dari masih gencarnya sejumlah brand merilis produk-produk baru di tengah pandemi, OPPO misalnya, penjualan smartphone tetap mengalami penurunan selama pandemi.

Data yang dikumpulkan platform pembanding harga Telunjuk dari tiga situs belanja online – Tokopedia, Shopee, Bukalapak – menunjukkan penurunan jumlah transaksi smartphone yang cukup drastis. Yang paling parah terjadi di minggu ketiga bulan Maret, di mana cuma ada 7.958 transaksi produk smartphone dari ketiga platform e-commerce tersebut. Bandingkan dengan di minggu pertama bulan Februari yang mencatatkan total 24.843 transaksi.

Mungkin cuma kebetulan, tapi saya ingat pertama kali pemerintah pusat menyuarakan himbauan untuk menjaga jarak (social distancing) adalah pada tanggal 15 Maret, alias awal minggu ketiga. Relevansinya kecil memang, mengingat data yang dibahas ini adalah data penjualan online yang tidak mengharuskan konsumen meninggalkan kediamannya masing-masing, tapi saya menduga di minggu ketiga bulan Maret ini konsumen lebih berfokus berbelanja kebutuhan pokok.

Memasuki bulan Ramadan (22 April - 13 Mei), penjualan smartphone dari semua brand mulai menunjukkan tren yang positif, meski secara menyeluruh masih anjlok hampir separuh (46,2%) dibanding penjualan pada periode sebelum pandemi (awal sampai akhir Februari).

Kalau dikerucutkan menjadi enam brand teratas – Xiaomi, Samsung, Realme, iPhone, Vivo dan OPPO – penurunan penjualannya selama bulan Ramadan tercatat di angka 54,5%. Demikian pula total transaksi mereka, yang dikalkulasikan menurun sampai 64,8%. Kendati demikian, bulan Ramadan memang baru berlalu selama sekitar tiga minggu sampai data terakhir dikumpulkan pada 13 Mei.

Harga smartphone juga perlahan mulai kembali naik selama bulan Ramadan. Di segmen mid-end (Rp 2 juta - 5 juta) misalnya, baik smartphone baru maupun bekas sama-sama mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar Rp 200 ribu dibanding harganya pada bulan Maret - April. Untuk smartphone high-end (Rp 5 juta - 8 juta) dan flagship (di atas Rp 8 juta) baru, rata-rata kenaikan harganya selama bulan Ramadan malah berada di kisaran Rp 300 ribu.

Poin menarik lain yang bisa ditarik adalah, rata-rata harga smartphone bekas di bulan Ramadan lebih murah ketimbang sebelum pandemi, kecuali untuk kelas low-end (di bawah Rp 2 juta). Sebaliknya, rata-rata harga smartphone baru di bulan Ramadan lebih mahal daripada harganya sebelum pandemi.

Juga menarik untuk diketahui adalah, dari sekian banyak smartphone, model yang mengusung kamera 16 megapixel adalah yang paling anjlok penjualannya selama bulan puasa. Penjualan tertinggi juga bukan berasal dari ponsel berkamera 48 megapixel atau 64 megapixel, melainkan yang berkamera 13 megapixel.

Gambar header: Gery Wibowo via Unsplash.