9 May 2021

by Galih

Valve Kini Dituntut ke Pengadilan Atas Tuduhan Monopoli Steam

Dominasi Steam dianggap terlalu memonopoli para publisher dalam merilis game mereka

Buntut dari gugatan Epic Games vs Apple ternyata memberi dampak yang dramatis bagi industri video games secara keseluruhan. Kasus ini sendiri sebenarnya berputar pada perlindungan konsumen terhadap perusahaan yang memonopoli pasarnya, dalam hal ini tentunya Apple dengan Apple Store-nya.

Namun belum selesai dengan Apple, pengadilan kelihatannya mulai melihat ke komunitas game secara keseluruhan. Hal ini berujung pada gugatan terhadap Valve yang juga dianggap memonopoli pemasaran video game lewat platform toko game digital-nya, Steam.

Dilaporkan oleh  Ars Technica, gugatan terhadap Steam tersebut sendiri dilayangkan oleh salah satu kreator dari situs Humble Bundle, Wolfire Games yang menyebutkan bahwa Steam memonopoli pasar game PC dengan mengambil potongan tinggi dari hampir semua penjualan yang melewati toko mereka, yaitu sebesar 30%.

image credit: Steam

Steam sendiri kini dianggap memiliki kekuatan "gatekeeper role" terhadap para publisher game karena mereka membutuhkan Steam sebagai gerbang untuk menghubungkan game-game yang akan mereka publikasikan dengan para pemain yang sudah nyaman menggunakan Steam.

Gugatan tersebut juga menyebutkan para kompetitor dari platform Steam mulai dari Microsoft, EA, Amazon, CD Projekt Red, dan tentunya Epic. Ditambah dengan para distributor game murni seperti GameStop, Green Man Gaming, Impulse, dan Direct2Drive. Namun keberadaan para kompetitor ini seakan tidak mengusik praktik monopoli Steam.

"Kegagalan perusahaan-perusahaan ini untuk bersaing secara berarti dengan platformgaming Steam menunjukkan bahwa hampir tidak mungkin untuk bersaing dengan Steam. Steam memiliki dominasi yang kokoh di pasar platform gaming PC, dan mengingat efek jaringannya yang unik dan kuat, hal itu tidak mungkin berubah." Ungkap Wolfire dalam gugatannya.

Lebih lanjut Valve dituduh mengontrol 75% dari pasar game PC, yang membuat para saingannya seperti Epic Games Store dan Xbox harus mengurangi potongan mereka menjadi 12% agar Steam mau mengikuti jejak mereka. Hal ini sendiri bertujuan agar potongan yang diberikan tidak terlalu membebani para pengembang, terutama pengembang indie yang masih baru.

Valve sendiri diminta untuk melepas pemblokiran persaingan harga agar para publisher dan juga para gamer bisa menikmati keuntungan dari kompetisi harga di pasar distribusi game-nya serta tidak terkekang untuk harus berada di satu platform saja.