Kata Casters Soal Tim Indonesia di VCT SEA Finals Stage 02

Antonius "Son" Wilson dan Rere "Bredel" memberi pendapatnya terhadap performa tim VALORANT Indonesia di VCT SEA Finals Stage 02.

Selain laga final Mobile Legends Profesional League, akhir pekan lalu juga menjadi puncak bagi pertandingan VALORANT tingkat Asia Tenggara. VALORANT Champions Tour 2021: SoutheastAsia Stage 2 Challengers Finals (VCT SEA Finals Stage 02) akhirnya dimenangkan oleh tim X10 asal Thailand setelah melibas tim FULL SENSE dengan skor 3-1 dalam seri best-of 5 di babak final.

Sebagai pemenang, X10 tak hanya berhak mendapat hadiah uang, tetapi juga kesempatan bertanding di turnamen VALORANT tingkat tertinggi sejauh ini yaitu VCT Stage 02 Masters: Reykjavik.

Lalu bagaimana dengan kabar tim-tim asal Indonesia?

NXL Ligagame dan BOOM Esports sudah menunjukkan permainan terbaiknya, walau belum menjadi juara. BOOM Esports tumbang oleh FULL SENSE di babak Lower Bracket Round 2. Sementara NXL Ligagame bertarung sengit dengan FULL SENSE di Lower Bracket Round 2 walau akhirnya tetap kalah 0-2 dari seri best-of 3.

Apa yang membuat tim asal Thailand begitu istimewa di VCT SEA Finals Stage 02 Finals Stage 2? Apa saja yang harus diperbaiki oleh tim asal Indonesia untuk VCT edisi berikutnya? Tim redaksi Hybrid.co.id meminta pendapat terkait dua hal tersebut kepada dua komentator bertugas di gelaran VCT SEA Finals Stage 02 kemarin, yaitu Antonius "Son" Wilson dan Rere "Bredel" Bintoro.

Berbicara soal keistimewaan tim asal Thailand, Bredel mengatakan. "Kalau bicara tim Thailand, dominasinya memang sudah tidak dipungkiri. Mereka bahkan kuat di skena FPS secara umum. Pada VALORANT, hal yang membuat mereka istimewa adalah aim serta segudang skema juga strategi yang mereka miliki untuk setiap map pertandingan."

Wilson pun mengamini soal aim dari tim Thailand yang memang tergolong begitu tajam dalam mencari target-targetnya. "Tim Thailand aim-nya memang keras, hal tersebut tak bisa terpungkiri bahkan dari zaman CS dahulu. Tapi walaupun kalah aim, kita (tim Indonesia) sebetulnya masih bisa mengungguli dari sisi otak (strategi, pemilihan Agent, game sense, dsb). FULL SENSE adalah bukti kalau tim Thailand punya aim yang keras sementara X10 adalah bukti tim Thailand yang punya aim keras dan otaknya juga jalan."

"Kalau ditanya kenapa tim Indonesia kalah sama Thailand, menurut gue salah satunya juga adalah karena kurang berani. Tim Thailand berani bermain Yoru atau kombinasi Viper dengan Brimstone, sudah bergaya Eropa permainannya tim Thailand itu." Tambah Wilson soal kelebihan tim Thailand.

Melanjutkan soal kekurangan tim Indonesia, Wilson menjawab bahwa salah satu kekurangannya adalah memang dari sisi strategi. "Tim Indonesia terlambat membuat gameplan yang satu langkah lebih jauh dari tim SEA lainnya." jawab Wilson.

"Kalau kita lihat, draft Agent beberapa tim SEA seringkali berubah mengikuti lawannya. Hal tersebut (perubahan Agent) hampir enggak pernah kita lihat dari tim-tim Indonesia. Tim Indonesia cenderung fokus dengan permainan mereka sendiri. Pada satu sisi, hal tersebut berarti bagus karena artinya mereka percaya diri dengan playbook yang dimiliki dan tidak termakan permainan musuh." Wilson memberi penjelasan.

"Tetapi pada sisi lain, dampaknya adalah permainan tim Indonesia yang jadi lebih mudah terbaca. Ketika dihadapkan dengan tim yang memang mempersiapkan diri untuk meng-counter tim Indo dengan playbook yang matang, akibatnya tim Indonesia pun jadi kelabakan. Apalagi tim Indonesia juga tidak memiliki coach, tentu akan semakin sulit jadi in-game leader yang harus menyusun strategi sendirian. Baru BOOM Esports yang berani menggunakan coach dari luar negeri, itu pun baru 2 minggu." Lanjut Wilson memberi penjelasannya.

Wilson dan Rere "Bredel" yang merupakan salah satu shoutcasters di acara VCT SEA Stage 02 Finals. Sumber Gambar - Instagram @valorantindonesia_1up

Selain itu, Rere juga menambahkan. "Kalau ditanya kurangnya tim Indonesia, jawabannya adalah mereka harus lebih mencoba mengikuti META baru yang ada di kawasan SEA. Contohnya META baru seperti penggunaan Skye dan juga Viper di beberapa map misalnya. Lalu selain itu tim Indonesia juga harus punya lebih banyak skema yang akan dimainkan. Sisanya? Tinggal bagaimana mentalitas pemain di hari tersebut, apakah sang pemain sedang dapat aim-nya atau tidak."

Menutup perbincangan, saya juga mempertanyakan soal saran yang perlu dilakukan tim-tim Indonesia agar dapat tampil lebih baik lagi di VCT edisi selanjutnya. Wilson mengatakan bahwa kuncinya adalah kehadiran pelatih.

"Tim Indonesia cuma butuh pelatih berkualitas. Udah itu saja. Para owner tim esports harus sadar bahwa pelatih yang berkualitas bisa membuat pemain medioker jadi angkat piala. Soalnya memang sudah terlihat jelas juga bedanya antara tim yang menggunakan pelatih dengan yang tidak. Contohnya adalah tim X10 yang jadi juara dan juga Paper Rex." Wilson memberi penjelasan.

--

Rangkaian VCT Stage 02 sendiri akan mencapai puncaknya pada gelaran Masters Reykjavik yang akan diselenggarakan mulai tanggal 24 hinggal 30 Mei 2021 mendatang. X10 Esports menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di turnamen tersebut. X10 akan bertanding dengan 9 tim lainnya yang berasal dari 6 kawasan yaitu Amerika Utara (NA), Eropa dan Timur Tengah (EMEA), Korea Selatan (KR), Brazil (BR), Amerika Latin (LATAM), dan Jepang (JP).

Tim Indonesia sendiri masih harus menunggu VCT edisi berikutnya untuk bisa berlaga di tingkat internasional layaknya X10 sekarang. Namun setelah apa yang terjadi pada VCT Stage 02 SEA Finals kemarin, semoga tim Indonesia dapat bangkit dan melejit menjadi jauh lebih baik di pertandingan-pertandingan selanjutnya.

Sumber Gambar Utama - YouTube Channel @VALORANT Esports Indonesia