12 July 2019

by Yoga Wisesa

YouTube Luncurkan Playlist Khusus Edukasi yang Bebas dari Gangguan

Di Learning Playlist, beberapa fitur khas YouTube sengaja dihilangkan agar sesi belajar Anda tidak terganggu.

Kita tidak perlu lagi membahas dampak YouTube bagi kehidupan manusia modern, tapi untuk memahami besarnya skala konten dari platform video-sharing populer ini, perlu Anda ketahui bahwa ada hampir lima miliar video ditonton oleh para pengguna dalam satu hari. Di sana, kita bisa menemukan berbagai macam genre video, baik dari channel-channel resmi serta konten buatan para YouTuber.

YouTube tentu saja merupakan sumber beragam ilmu. Banyak dari kita yang mengandalkan layanan tersebut saat ingin mempelajari suatu hal baru atau ketika butuh panduan. Belum lama ini, developer resmi meluncurkan wadah khusus konten edukasi yang mereka namai Learning Playlist. Mungkin sudah bisa Anda tebak, playlist ini dikhususkan untuk video-video dengan topik pendidikan, misalnya matematika, ilmu pengetahuan alam, musik, programming hingga bahasa.

Learning Playlist dihidangkan melalui lewat landing page khusus yang turut ditunjang oleh fitur-fitur pengelolaan sehingga kita dapat mudah menemukan konten yang diinginkan. Saat berkunjung ke sana, Anda segera disambut sejumlah playlist seperti Kimia, Pengantar Ekonomi, Kalkulis, sampai Quantum Mechanics (saya berniat untuk menyimak topik ini begitu jam kerja usai). Di sini, YouTube juga merangkul segala macam channel/video bertema edukasi yang sebelumnya telah dipublikasikan (National Geographic, Vox, Wired dan lain-lain).

YouTube Learning Playlist turut memperkenalkan 'Edutubers' terverifikasi yang bisa kita subscribe. Hal paling unik dari laman-laman khusus pendidikan ini adalah ia bebas dari fungsi 'video rekomendasi' berbasis algoritma. Absennya fungsi tersebut boleh jadi dimaksudkan agar proses belajar Anda tidak terganggu akibat perhatian yang terpecah. Langkah tersebut patut diapresiasi karena YouTube selama ini tampak enggan menonaktifkan fitur rekomendasi.

Keadaan tersebut sebetulnya bisa dipahami karena tanpa adanya rekomendasi, traffic ke video lain jadi berkurang. Menariknya lagi, developer juga menghilangkan fungsi autoplay. Begitu satu video selesai diputar, Anda perlu men-tap/klik secara manual video berikutnya. Jadi bahkan jika Anda tertidur saat menyimak pelajaran fisika kuantum, Anda tidak akan bangun dan mendapatkan YouTube sedang menampilkan video teori konspirasi.

Belakangan ini, YouTube memang terlihat sangat gencar mengekspansi konten edukasi di platform-nya. Boleh jadi, Anda pernah mendengar soal investasi sang sebesar US$ 20 juta lewat prakarsa Learning Fund yang dilakukan sang developer. Rencana YouTube dalam waktu dekat ini ialah menggandeng mitra-mitra terpercaya seperti Khan Academy serta TED-Ed.

(Sebagai orang yang selalu merasa penasaran, YouTube Learning Playlist akan jadi page baru favorit saya...)

Sumber: The Verge.