1. Startup

YouTube Tawarkan Layanan Berbayar

Ditengah berita tentang kepastian keputusan New York Times untuk menerapkan konten berbayar di awal tahun 2011, Times akan menerapkan metered sistem. Kini giliran YouTube yang akan men-charge untuk beberapa konten video dari situs mereka. Tapi tenang dulu, anda yang sudah keranjingan nonton video dari YouTube tidak akan langsung dipaksa untuk membayar video-video yang ada di YouTube.

Tanggal 20 Januari kemarin melalui blog resmi mereka YouTube mengumumkan kerjasama mereka dengan Sundance Film Festival. Mulai Jumat ini YouTube akan menyewakan 5 film Festival tersebut pada para penikmat film yang diambil dari koleksi tahun 2010 dan 2009. Tapi penyewaan ini hanya dilakukan untuk user dari U.S.

YouTube sendiri beralasan, bahwa kerjasama ini akan menguntungkan para pembuat film indie. Dengan kompetisi film yang ketat otomatis biaya pembuatan film beserta biaya promosinya akan naik juga, dan YouTube sebagai salah satu penyedia konten video paling populer ingin menjadi penghubung antara para kreator film indie ini dengan para penikmat film. Sehingga kemungkinan film-film indie yang sudah kita ketahui banyak yang bagus, bisa tersebar dan dinikmati. Karena banyak film indie yang baik tidak terdengar dikarenakan distribusinya yang kurang baik.

Saya jadi teringat slogan Google 'Don't Be Evil' yang terkenal itu, YouTube sebagai salah satu jajaran produk Google sepertinya ingin menerapkan prinsip ini dan memikat hati para penggemar serta kreator film indie untuk merangkul mereka. Saya yakin YouTube sudah punya hitung-hitungan tentang pangsa pasar, karena seperti yang dibilang di blognya, 'anything that brings more content to the YouTube community is a good thing', jadi sudah pasti dengan bertambahnya koleksi video berkualitas ke YouTube, tentu akan juga mendatangkan user baru.

Biaya yang dikenakan untuk mereka yang ingin menyewa film ini, seperti yang di tulis ReadWriteWeb adalah $5, cukup murah untuk sebuah film festival, kalau dihitung pasti lebih murah dari tiket harga tiket bioskop di U.S. Dengan sistem penyewaan, konten video tidak akan diberikan pada user, para kreator tetap memegang lisensi film tersebut dan mereka bisa mengatur sistem penyebaran video mereka sendiri.

Tapi, saya kebetulan agak alergi dengan konten berbayar (kecuali aplikasi yang memang memberikan sistem atau kapasitas tertentu, seperti sistem freemium), jadi saya malah agak sedikit khawatir, sistem berbayar ala YouTube ini akan berkembang ke arah yang menyebalkan, seperti harus mengeluarkan biaya sekian dollar untuk menikmati semua fasilitas YouTube, tidak seperti sekarang. Meski kemungkinan ini kecil, tapi di bisnis internet apapun bisa terjadi. Seperti keputusan Times yang akhirnya menerapkan konten berita berbayar.

Bisnis model untuk konten video berbayar, atau musik berbayar memang sepertinya masih jauh untuk bisa diterapkan di Indonesia, kalaupun iya, itu pun harus disesuaikan dengan karakter konsumen di sini yang kadang-kadang aneh juga, seperti misalnya, beli CD gak mau yang asli tapi kalau beli ring back tone bisa keranjingan tiap seminggu 3 kali ganti. :)

Oke, sistem penyewaan ala YouTube ini baru diterapkan di U.S., mari sama-sama kita lihat perkembangannya ke depan, apa yang akan dilakukan YouTube untuk mendapatkan revenue. Sambil menunggu, tidak ada salahnya jika anda punya komentar atas perkembangan dari YouTube ini, kolom komentar selalu tersedia untuk diisi.

Sumber: blog YouTube

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again