Optimalkan Potensi Ekspor, Egrotek Bantu Pembudidaya Jamur Tingkatkan Produksi dengan Teknologi IoT

Optimalkan Potensi Ekspor, Egrotek Bantu Pembudidaya Jamur Tingkatkan Produksi dengan Teknologi IoT

Menurut data BPS, produksi jamur di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 31 juta kilogram, didominasi komoditas jamur tiram dan jamur merang. Kendati konsumsi dalam negeri belum maksimal  (0,18 kg per kapita per tahun), namun potensinya masih besar seiring dengan kreasi pangan berbahan jamur yang makin banyak diminati. Apalagi saat menimbang permintaan dari luar negeri. Prancis, Jerman, Rusia, Amerika Serikat, Timur Tengah, Korea, Tiongkok, dan Jepang adalah negara dengan konsumsi jamur yang tinggi yang layak dijadikan tujuan ekspor.

Agar momentum permintaan pasar dapat diserap optimal oleh pembudidaya dalam negeri, perlu adanya upaya peningkatan produksi. Hal ini maksudkan untuk peningkatan produksi dan konsistensi kualitas hasil panen. Termasuk memaksimalkan penggunaan alat-alat berbasis teknologi untuk menghasilkan siklus proses yang efisien.

PT Egrotek Karsa Utama (Egrotek) adalah inovator teknologi yang mencoba membantu petani jamur untuk meningkatkan produksinya. Didirikan sejak Mei 2018 di Purwokerto, layanan yang digulirkan memberi solusi untuk pengendalian kelembaban pada kumbung jamur. Biasanya hal ini dilakukan secara manual oleh pembudidaya, mereka melakukan penyiraman 2x sehari pada media tanam yang digunakan. Jika lupa atau terlambat disiram, dan kelembaban tidak terjaga dengan baik, tumbuh kembang bibit jamur akan terganggu, berimplikasi pada kualitas hasil panen.

Berbekal kapabilitas teknologi Internet of Things (IoT), Egrotek menyajikan perangkat penyiraman rumah jamur otomatis dengan nozzle sprayer. Di dalamnya termasuk program untuk pengendalian kelembaban pada rumah jamur. Pengguna dapat melakukan pengecekan secara jarak jauh melalui aplikasi di ponselnya, termasuk mengoperasikan perangkat secara jarak jauh. Secara lebih mendetail, ada beberapa fitur yang ditawarkan, meliputi:

  1. Pemantauan suhu dan kelembaban
  2. Pengaturan kelembaban minimal dan maksimal
  3. Laporan grafik suhu dan kelembaban kumbung jamur
  4. Pencatatan hasil panen

Selain lewat aplikasi, petani juga dapat mengakses melalui platform situs web melalui ponsel atau komputer.

Fitur perangkat Egrotek

Ada dua varian produk yang dijajakan, yakni Egrotek CL2200 dan Egrotek CL2400. Kedua perangkat memiliki akurasi suhu dan kelembaban yang sangat presisi untuk memberikan hasil analisis yang optimal. Perubahan suhu terkecil yang masih dapat terbaca oleh sensor sebesar 0,1 celcius dengan tingkat akurasi ± 0,5 celcius. Sedangkan sensor kelembaban memiliki resolusi 0,1 % RH dengan akurasi ± 2 % RH.

Perangkat Egrotek menggunakan jaringan GPRS untuk terhubung ke internet. Pembacaan data sensor dan penerimaan data ke server (cloud) dan automasi nozzle sprayer diproses oleh mikrokontroler ATmega32A4U dengan kecepatan clock 16 Mhz. Dapat Menampilkan informasi suhu dan kelembaban pada layar LCD 16×2 di perangkat; juga dapat dikonfigurasi menjadi mode offline maupun online. Daya yang dikonsumsi perangkat sangat hemat, hanya sebesar 1 watt untuk kontroler dan 40 watt untuk pompa penyiram.

Nozzle sprayer yang dijalankan secara otomatis oleh sistem akan berfungsi mengatur kelembaban kumbung. Ketika kelembaban di bawah standar, secara otomatis nozzle sprayer akan menghasilkan butiran embun untuk menstabilkan kelembaban. Pasokan air ke titik-titik nozzle menggunakan high presure pump dengan kapasitas 3,1 liter/menit.

Berawal dari isu nyata

Startup Egrotek didirikan oleh tiga orang founder, meliputi Sigit Pramono, Chandra Maulana, dan Alhamda Adisoka Bimantara. Awal mulanya, mereka melihat dan merasakan sendiri isu yang dihadapi pembudidaua jamur di daerah Baturaden. Butuh ketelatenan lebih untuk menjaga kelembaban dan suhu kumbung jamurnya. Dan proses ini benar-benar harus dilakukan secara rutin. Adanya automasi proses dinilai akan meringankan beban pekerjaan mereka, sehingga dapat fokus ke peningkatan skala produksi.

Untuk mematangkan bisnisnya, Egrotek saat ini juga tengah diinkubasi oleh ABP Incubator, guna mendapatkan dukungan fasilitas pengembangan, jaringan, dan kanal edukasi untuk peningkatan kompetensi pendiri.

Harapannya dengan bantuan teknologi, produksi jamur di Indonesia dapat meningkat pesat. Nilai ekspor pun dapat terus meroket. Pada tahun 2007 Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara eksportir jamur kalengan dengan ekspor sebanyak 18.392 ton. Sementara, untuk saat ini produsen jamur terbesar masih dipegang oleh Tiongkok dengan produksi 7,7 juta ton per tahun; diikuti Italia, Amerika Serikat, Belanda, dan Polandia.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again