5 Alasan Fresh Graduate Harus Pilih Bekerja di Startup
Mulai dari luasnya kesempatan kerja, belajar dari inovator sejati, hingga belajar hidup hemat
Umumnya setelah wisuda, banyak mahasiswa yang mengalami masa dilema untuk memilih pekerjaan. Banyak perusahaan dari berbagai skala bersaing menarik perhatian Anda. Ada perusahaan bonafide di hadapan Anda menawarkan pekerjaan dengan posisi entry level dengan gaji yang menjanjikan.
Di sisi lain, ada perusahaan startup juga berusaha menarik perhatian Anda dengan menawarkan berbagai kesempatan kerja sebagai langkah pengembangan kemampuan diri. Anda sebenarnya sudah tahu seperti apa perusahaan startup tersebut, sudah menjadi konsumennya, percaya dengan misi mereka, dan menyukai cara pendekatannya. Meskipun demikian, Anda tidak begitu yakin dengan risikonya bila bekerja di sana.
Akibat dari berbagai pertimbangan tersebut, akhirnya Anda lebih condong memilih perusahaan besar dengan gaji dan tunjangan yang baik. Bisa jadi ini adalah pilihan cerdas. Atau malah menjadi kesalahan besar?
Lewat artikel ini, Kerrin Sheldon, seorang penulis, fotografer, filmmaker, dan content manager Wanderfly, akan mencoba membujuk Anda mengapa perlu bekerja dan mengambil risiko untuk bekerja di startup. Berikut rangkumannya:
Luasnya kesempatan kerja
Pada awalnya, mungkin Anda akan berusaha untuk meyakinkan diri dengan gelar pendidikan yang dimiliki pantas untuk digaji sekian juta Rupiah. Bekerja di startup, mungkin gaji Anda bakal jauh di bawah standar yang Anda buat. Namun, perlu diperhatikan perusahaan startup menawarkan insentif berbentuk lain untuk karyawannya, tidak berbentuk uang, tapi keterampilan dan peluang kerja yang lebih besar.
Menurut Sheldon, saat dirinya pertama kali memilih Wanderfly sebagai penulis, dia harus menargetkan namanya bisa tercantum dalam publikasi lokal. Setahun kemudian, Sheldon memiliki kolom tulisan sendiri di Huffington Post, dimuat di National Geographic, menulis untuk 150 artikel di blog Wanderfly. Bahkan, pernah masuk ke majalah bisnis ternama Fast Company.
Dari berbagai kesempatan itu, membuat dirinya yakin ada peluang lebih luas yang bakal diberikan, bila ia meneruskan karirnya sebagai penulis di Wanderfly. Selain itu, bekerja di startup dapat memberikan Anda mengasah kemampuan melakukan hal lain. Bandingkan bila bekerja di perusahaan besar, pastinya Anda tidak akan bisa mengembangkan kemampuan diri karena bentrok dengan divisi lainnya, entah itu menulis, men-design, atau mengisi tabel presentasi.
Beberapa minggu setelah Sheldon baru bergabung di Wanderfly, ia sudah bertanggung jawab untuk isi konten artikel, mulai dari menulis, mengedit, dan kebutuhan blogging. Kemudian, bergabung dengan divisi manajemen konten. Kesempatan kerja seperti itu, menurutnya, dapat mengasah dirinya untuk lebih bertanggung jawab, fleksibel, dan produktif.
Akan belajar dari inovator sejati
Orang yang memulai bisnisnya sendiri dari nol biasanya memiliki mental dan profesionalisme yang berbeda dibandingkan dengan orang-orang yang tidak pernah mencoba membuat sesuatu. Entrepreneur sejati biasanya didefinisikan ketika dia dihadapi masalah dan inovasinya untuk menyelesaikannya. Mereka melakukan pendekatan yang berbeda saat mencari solusi, merasa tertantang, bahkan rela menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Orang-orang seperti itu yang perlu Anda dekati untuk berguru kepadanya. Co-Founder Wanderfly terus menantang Sheldon ketika dia sedang menghadapi masalah karena mereka selalu melihatnya dari perspektif lain daripada dirinya. Kemudian, mereka akan memberi Sheldon apresiasi bila berhasil memecahkannya. Sebab, inovasi lebih penting daripada kreatifitas. Itu adalah aksi dan reaksi, memecahkan masalah dalam cara baru yang mencerahkan.
Setiap kesuksesan yang diraih oleh perusahaan startup biasanya karena hadirnya inovator yang sejati. Bila Anda menemukan sosok yang tepat, Anda akan belajar banyak darinya.
Pekerjaan Anda akan diakui
Jika Anda bekerja di perusahaan besar, kemungkinan besar seluruh kerja keras Anda akan diabaikan oleh bos besar atau tidak masuk sebagai Key Performance Indicator (KPI). Namun di startup, seluruh pekerjaan Anda pasti akan diketahui meski gagal sekalipun.
Dari hal ini dua alasan yang bisa ditarik. Pertama, segala tindakan Anda akan lebih mudah terlihat oleh tim, entah kerja Anda lamban atau cepat. Dari situ, tim akan menjadikan Anda sebagai alasan mengapa mereka harus bekerja lebih keras dari seharusnya. Kedua, karena kegagalan jadi lebih mudah terdeteksi, artinya Anda harus memastikan untuk mengeleminasi kesalahan yang akan mengecewakan rekan kerja.
Suasana kerja akan lebih menyenangkan
Misalnya, Anda bisa bekerja dengan style santai mengenakan jeans, memakai celana pendek, dan sandal. Komunitas startup adalah kelompok dengan tingkat keakraban yang erat. Banyak orang di sekitar Anda datang menawarkan solusi inovatif untuk masalah umum yang sudah terlalu pelik, atau membuat alat baru yang berguna membantu hidup jadi lebih ringkas. Anda perlu ketahui bahwa semangat entrepreneur itu sifatnya menular. Jika Anda tidak bisa merasakannnya atau menangkapnya, diri Anda akan otomatis menghindarinya.
Belajar hidup hemat
Bujet startup umumnya tidak banyak, artinya Anda harus hidup hemat. Entah startup tempat Anda bekerja didirikan oleh taipan atau anak orang kaya, mau tak mau perusahaan startup harus menekan segala biaya. Tidak ada pemborosan dari segala sisi.
Anak magang divisi bisnis pun akan belajar design dan coding blog, penulis akan mencuci piring kotor, dan memaksa meja berkapasitas delapan orang untuk diisi oleh sembilan orang. Seluruh penghematan ekstra ini, lambat laun akan mempengaruhi gaya hidup Anda. Sebab, Anda akan menemukan cara baru menjaga bisnis tetap berjalan tanpa harus membakar uang perusahaan.
Akan ditanamkan nilai kerja keras, kepemilikan, dan kemandirian
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan saat bekerja di startup adalah kesadaran untuk bekerja keras, berpikir kreatif, dan keuletan yang penuh menjadi sangat bernilai. Saat Anda membuat sesuatu dengan kemampuan sendiri, Anda akan merasakan bahwa itu adalah milik Anda.
Beda halnya, dengan orang-orang yang tidak membuatnya sepenuh hati atau sekadar mengerjakan tugas dari atasannya. Mereka akan sulit memahami rasa kepemilikan personal. Ada rasa kebanggaan yang timbul saat Anda menyebarluaskan berita mengenai produk startup yang dibentuk oleh tim mulai dari nol, sehingga muncul rasa kepemilikan secara personal untuk menjaga dan mengembangkannya.