1. Startup

Aktivaku Beri Solusi Pembiayaan Properti dengan Skema “Secured” P2P Lending

Telah salurkan pinjaman hampir Rp10 miliar sejak dua bulan aktif beroperasi di Agustus 2018

Startup p2p lending Aktivaku turut meramaikan pasar fintech di Indonesia dengan memposisikan diri sebagai pemain yang merambah pendanaan properti dengan target pasar yang kesulitan memperoleh pembiayaan dari perbankan, seperti pekerja kreatif, kontraktor, dan pekerja tidak tetap.

Selama ini sektor tersebut kesulitan untuk menerima proyek atau purchasing order (PO) yang karena tidak memiliki dana tunai yang memadai sebagai modal awal. Padahal kalangan ini sebenarnya memiliki aset seperti properti, namun tidak bisa diutilisasi untuk diajukan ke bank karena persyaratan yang relatif ketat.

Solusi dari p2p lending yang ada saat ini dianggap juga mempersyaratkan pengajuan pinjaman dengan menggunakan invoice. Calon peminjam sudah harus mengerjakan dulu sebagian proyek yang sedang dikerjakan.

“Aktivaku mencoba untuk menawarkan solusi dengan menyediakan pinjaman untuk membiayai proyek PO dari titik awal, dengan agunan berupa properti atau aset tetap sebagai jaminan jika peminjam tidak commit dengan proyek yang dikerjakan. Untuk lender, agunan menjadi nilai tambah untuk lebih berani meminjamkan uangnya lewat platform p2p,” ucap CEO Aktivaku Ricky Gandawijaya kepada DailySocial.

Menurut pengakuannya, pihaknya melakukan serangkaian uji coba sebelum diluncurkan ke publik ternyata mendapat sambutan baik dari kalangan pengusaha. Aktivaku sempat membantu membiayai beberapa proyek seperti pembangunan infrastruktur dan pengadaan barang untuk beberapa pihak. Hal ini memacu untuk mengembangkan Aktivaku lebih baik lagi.

Selain mensyaratkan harus memiliki aset tetap, Aktivaku memitigasi risiko dari berbagai lapisan. Pertama, melakukan sistem credit scoring untuk analisis lebih mendalam terhadap calon peminjam. Sistem ini juga siap dilengkapi melalui psikometri dan pemanfaatan data dari Biro Kredit Pefindo. Kedua, bekerja sama dengan pihak asuransi kredit untuk mengamankan proyek dari risiko gagal.

Ambil contoh, untuk produk project financing, pemilik proyek (dibuktikan dengan SPK/PO) bisa mengajukan pinjaman dengan jaminan properti yang dimilikinya. Apabila disetujui, Aktivaku akan membiayai sejumlah maksimal 60% dari nilai appraisal properti/aset dengan tenor sesuai usia proyek atau maksimal 2 tahun dan nilai plafon maksimal Rp2 miliar.

Untuk pendana, berdasarkan data sampai Agustus 2018, mereka mendapat imbal hasil dalam kurun waktu 1-9 bulan dengan tingkat bunga 14%-21% per tahun. Besarannya tergantung dari credit scoring masing-masing peminjam.

Secara operasional, Aktivaku baru mulai aktif melakukan pendanaan sejak Agustus 2018. Sampai akhir bulan lalu perusahaan telah menyalurkan pinjaman hampir Rp10 miliar dalam bentuk project financing maupun credit take over. Nilai proyek yang didanai berkisar dari Rp200 juta sampai Rp2 miliar dengan jangka waktu pinjaman mulai dari 1 bulan sampai 2 tahun.

Kerja sama dengan Go-Jek

Aktivaku termasuk satu dari tiga perusahaan startup fintech yang menandatangi kesepakatan kerja sama dengan Go-Jek. Ricky menjelaskan, dalam implementasinya Aktivaku telah bekerja sama dengan Perumnas untuk mendukung penjualan perumahan di Indonesia melalui skema pendanaan yang terjangkau bagi calon pembeli. Khususnya kalangan menengah bawah atau kalangan yang saat ini belum terjamah oleh fasilitas perbankan.

“MoU yang telah ditandatangani dengan Go-Jek merupakan salah satu perwujudan dari langkah yang kami ambil untuk mencapai tujuan tersebut. Kami harap bisa lebih memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada mitra Go-Jek untuk bisa memiliki rumah yang khususnya disediakan Perumnas atau pengembang lainnya yang sudah bekerja sama dengan kami.”

Pembiayaan untuk KPR ini merupakan produk baru yang sedang dikembangkan oleh Aktivaku. Dia berharap melalui produk ini, Aktivaku akan menjadi pionir di bidang tersebut.

“Kami harapkan produk ini sudah bisa dinikmati oleh para mitra Go-Jek di akhir tahun 2018 nanti.”

Selain itu, produk baru lainnya adalah supply chain financing untuk pendanaan berdasarkan invoice dari pemberi kerja rekanan. Sehingga nanti bila ditotal, Aktivaku akan memiliki empat produk pembiayaan yang dapat dipilih oleh para peminjam. Yakni project financing, credit take over, KPR, dan supply chain financing.

“Aktivaku ingin menjadi salah satu platform p2p terpercaya yang menyediakan alternatif investasi yang aman dan menguntungkan dengan berbagai produk pembiayaan yang didesain untuk dukung pendanaan di kalangan usaha, khususnya UKM.”

Saat ini Aktivaku masih mengandalkan pendanaan internal untuk kegiatan operasionalnya. Ricky mengungkapkan pihaknya akan mulai mencari investor strategis seiring meningkatnya kegiatan pendanaan dalam beberapa bulan ke depan.