Akulaku Mulai Rambah Cicilan Tanpa Kartu Secara Offline
Tahun ini targetkan penyaluran pinjaman sampai 6,3 triliun Rupiah
Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, mulai merambah ke segmen cicilan offline lewat peluncuran produk "Akulaku Pay Offline". Segmen ini dinilai memiliki potensi yang menarik, lantaran masih ada stigma yang menyebut pinjaman hanya dilakukan oleh orang yang tidak punya uang.
Layanan Akulaku Pay Offline bisa digunakan di merchant offline dengan sistem scan barcode dan kode OTP. Untuk sementara, fitur ini baru tersedia di 15 merchant yang telah bekerja sama dengan Akulaku di Mal Gandaria City, Jakarta.
"Ini pertama kalinya Akulaku merambah segmen offline, selama ini kami hanya fokus ke online saja. Tim mulai menambah merchant offline, nanti tidak hanya dari mal saja tapi juga akan ke toko kelontong," terang Komisaris Akulaku, Martha Adlina, Kamis (23/8).
Ia melanjutkan, nantinya masyarakat bisa memanfaatkan cicilan saat membeli barang dalam jumlah grosir di toko kelontong yang mereka kunjungi. Tentunya kemudahan seperti ini akan menguntungkan pengguna karena pengaturan cash flow bakal lebih teratur, terlebih bagi pedagang.
"Jadi nanti pengguna bisa belanja di agen toko kelontong dalam jumlah besar, nanti tinggal pakai fitur cicilan. Akulaku yang akan bayarkan ke agennya sesuai dengan limit kredit yang dimiliki pengguna."
Akulaku juga tengah menyiapkan produk cicilan lainnya untuk kebutuhan pendidikan dan medis. Untuk cicilan penididkan, Akulaku bakal bekerja sama dengan universitas dalam menyaring calon debitur. Cicilan dapat digunakan membayarkan biaya uang masuk dan biaya semester.
Sementara untuk medis, Akulaku akan membayarkan berbentuk premi asuransi yang terhutang dalam setahun. Ambil contoh, apabila pengguna punya premi tahunan sebesar Rp5 juta, maka Akulaku akan membayarkan sesuai nominal tersebut. Lalu pengguna akan mencicil sesuai ketentuan yang diberikan.
Capaian bisnis Akulaku
Akulaku hadir di Indonesia sejak Juni 2016 dengan perizinan sebagai perusahaan multifinance dengan fokus bisnis awal di kredit virtual. Setelah Indonesia, Akulaku hadir di Malaysia, Vietnam, dan Filipina dengan merek dagang yang sama.
Martha menyebut perusahaan telah menyalurkan pembiayaan sekitar US$300 juta (lebih dari Rp4,2 triliun) hingga pertengahan tahun ini. Rata-rata Akulaku menyalurkan sekitar US$50 juta (sekitar Rp700 miliar) pinjaman setiap bulan dengan total transaksi mencapai 1,5 juta kali.
Total merchant online yang telah bermitra dengan Akulaku sudah mencapai 3 ribu unit, termasuk di dalamnya platform besar seperti Bukalapak, Blibli, Tiket.com, Shopee dan JD.id. Martha menargetkan sampai akhir tahun ini perusahaan dapat menyalurkan kredit hingga US$450 juta (sekitar Rp6,3 triliun).
Aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 15 juta kali, sementara dari angka tersebut yang sudah menjadi anggota mencapai 10 juta orang. Kebanyakan mereka berasal dari Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa Timur.
Tahun ini Akulaku juga akan memperluas cakupan bisnis di luar Pulau Jawa, menyasar kota Medan, Palembang, dan Bali. Perluasan ini penting, pasalnya Indonesia menjadi kontributor bisnis utama Akulaku. Jumlah tim di Akulaku juga sudah mencapai 1200 orang yang terdiri atas tim penagihan, manajemen risiko, anti fraud, operasional, dan pengembangan bisnis.
Akulaku disokong oleh beberapa investor ternama, di antaranya Sequoia Capital, IDG Capital, Arbor Ventures, Fidelity VC Fund Arbor, dan masih banyak lagi.