Alodokter Raih Pendanaan Awal dari Kelompok Investor yang Dipimpin Fenox VC
Pendanaan akan digunakan untuk menarik talenta baru dan membantu perusahaan untuk menjadi yang terkemuka di industri tingkat nasional dan regional
Industri kesehatan tengah menjadi primadona di Indonesia. Alodokter mengumumkan bahwa mereka baru saja mendapatkan pendanaan awal dari sekelompok investor, yang dipimpin oleh Fenox VC dan melibatkan 500 Startups, Lim Der Shing, dan Golden Gate Ventures. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk menarik talenta baru dan membantu perusahaan menjadi yang terkemuka di industri tingkat nasional dan regional.
Didirikan oleh Nathanael Faibis pada September 2014, Alodokter menjadi salah satu startup kesehatan yang menyediakan portal kesehatan yang dapat dipercaya dan tersedia dalam bahasa Indonesia. Alodokter berharap dapat menjadi WebMD-nya Indonesia, sebagai tempat rujukan masyarakat dapat menemukan beragam saran dan berita seputar kesehatan. Per bulan Maret 2015, Alodokter telah melayani satu juta pengunjung unik.
Dua bulan lalu, PilihDokter menerima pendanaan dari RingMD. Hal ini akan semakin meningkatkan persaingan di industri kesehatan Indonesia yang masih terbuka sangat lebar mengingat belum ada startup yang benar-benar memimpin pasar.
Nathanael mengatakan dalam rilisnya, “Kami mengharapkan untuk dapat menjaga pertumbuhan trafik melalui pendanaan ini sehingga kami dapat menjadi pemimpin pasar Indonesia dan regional, sambil membangun bisnis yang berkelanjutan. Sangat penting untuk dapat menarik minat talenta terbaik ke dalam industri ini, karena kebutuhan akan informasi seputar kesehatan di Indonesia tumbuh sebesar 50% tiap tahunnya.”
Eddy Lee, Head of Investments Fenox VC, berpendapat menganai pendanaan ini, “Pengalaman Nathanael di pasar Indonesia sebagai mantan konsultan kesehatan ditambah dengan pengalaman operasionalnya saat di Lazada memberikannya keuntungan dalam mengembangkan Alodokter. Masalah teknologi kesehatan yang biasanya terjadi di negara maju akan segera berpindah ke pasar berkembang seperti Indonesia, sehingga layanan kesehatan untuk orang banyak, terlepas dari tingkat pendapatan mereka, melalui telemedicine, wearables, dan teknologi kesehatan lainnya dapat tersedia.”
Eddy merupakan Profesor Konsultan di Fakultas Kesehatan Universitas Stanford dan pemerhati teknologi kesehatan.