1. Startup

AXI Meluncurkan Layanan E-Commerce B2B AXIQoe dan Print On-Demand XWS

Targekan konsumen bisnis, AXI harapkan bisnis tersebut sumbang 10 persen pemasukan perusahaan

Potensi konsumen online yang kian meningkat di Indonesia, membuat para perusahaan mulai memikirkan strategi untuk memaksimalkan penjualannya melalui dunia maya, tak terkecuali PT Astragraphia Xprins Indonesia (AXI). Beberapa waktu lalu AXI baru saja memperkenalkan dua situs online B2B (Business-to-Business) bernama AXIQoe dan Xprins Web Service (XWS).

AXIQoe mirip dengan Bizzy dan Bhinneka Bisnis, yakni sebuah kanal e-commerce yang fokus menjual office supplies dan office equipments. Sedangkan XWS merupakan layanan print on-demand (POD) yang memudahkan pelanggan perusahaan untuk memesan layanan cetak cepat. Dengan sistem yang terintegrasi, XWS memungkinkan pelanggan untuk memantau pekerjaan mulai dari proses desain, pencetakan hingga pengiriman.

Presiden Direktur AXI Sahat Sihombing mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa AXI akhirnya memilih untuk memaksimalkan bisnis online karena pihaknya melihat setiap tahunnya pasar e-commerce di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Ia turut memaparkan salah satu hasil riset dari SparkLab yang melaporkan pertumbuhan e-commerce tahun 2015 sampai 37,2 persen. Data tersebut membuat yakin AXI bahwa AXIQoe dan XWS akan mendapatkan traksi yang baik dari konsumen Indonesia.

Pun begitu dengan POD, disampaikan oleh Adi Vidyanto selaku Sales Division Head AXI saat ini layanan on-demand di bidang percetakan mulai digemari. Tren ini diyakini akan merevolusi bisnis percetakan yang sudah ada. Keunggulannya yang melayani secara real-time dan memudahkan pelanggan untuk memesan di mana saja menjadi salah satu corong keuntungan yang bisa dioptimalkan.

Fokus di konsumen bisnis dengan dua perangkat online terbarunya, AXI menargetkan pendapatan perusahaan 10 persen akan di dominasi bisnis tersebut. Dengan jaringan dan infrastruktur yang telah dimiliki AXI sebagai perusahaan penyedia layanan bisnis, diyakini bahwa penetrasi pengguna dapat tersebut bertumbuh, meskipun disadari belum bisa semeriah sektor B2C (Business-to-Consumer).