Bersama MSI Mengintip Seberapa Jauh Malaysia Merangkul Teknologi Gaming
Semoga bisa menginspirasi gamer serta penyedia jasa gaming di nusantara.
Dalam pembukaan concept store terbesarnya, MSI menjelaskan alasan mereka memilih Kuala Lumpur: perusahaan hardware asal Taiwan itu melihat tingginya dukungan pemerintah Malaysia terhadap eSport, dan gaming secara keseluruhan. Ekosistem gaming di sana tumbuh secara eksponensial, padahal jumlah penduduknya (sekitar 31,2 juta jiwa) jauh lebih kecil dari Indonesia.
Seusai peresmian MSI Concept Store di Bukit Bintang Park hari Senin silam, Micro-Star International mengudang para tamu untuk mengintip sejauh mana Malaysia merangkul teknologi buat menunjang gaming. Meskipun sama-sama negara berkembang, ranah gaming di sana saya akui berada beberapa tingkatan di atas Indonesia, terutama dilihat dari perspektif kesiapan infrastruktur dan inisiatif para entrepreneur.
Dari tengah kota Kuala Lumpur, kami berkendara sekitar satu jam untuk mencapai tempat bernama The Pantheon yang berada di lantai teratas gedung One Space at One City. The Pantehon ialah fasilitas eSport center pertama di Malaysia. Konsepnya menyerupai iCafe tersertifikasi Nvidia, namun isinya jauh lebih lengkap, memungkinkan Anda menikmati video game dalam berbagai genre dan platform.
The Pantheon baru akan dibuka resmi minggu depan, dan kami belum diperkenankan mengambil foto (hanya diperbolehkan di area-area tertentu saja). Bagi saya, apa yang disajikan di sana sangat mengesankan: saat datang, pengunjung disambut oleh bar dan area kantin. Lalu di ujung ruang berbeda, Anda disuguhkan pilihan buat menikmati simulator racing, console, atau pengalaman virtual reality lengkap dengan omnidirectional treadmill. Masing-masing experience zone dibekali lebih dari empat set hardware.
Di dalam pembatas kaca, Anda akan melihat pemandangan familier: deretan PC gaming ala game center. Bedanya, mereka dipersembahkan oleh brand berbeda, dan masing-masing merek - MSI, Asus ROG, Acer Predator, Alienware - diberikan ruang gaming eksklusif.
Dan lebih jauh di dalam, pengunjung segera menemukan panggung turnamen berisi 12 meja, 120 bangku penonton, tiga rangkaian display raksasa, serta meja khusus broadcaster. Pengelola The Pantheon juga tak lupa menyiapkan ruang produksi video; serta dua ruangan, toilet dan pintu masuk khusus VIP.
Lokasi gaming berikutnya tak kalah menarik. Tempat ini bernama EXA Outpost, berada di Setiawalk. EXA Outpost difokuskan untuk menyajikan pengalaman virtual reality. Selain bisa menikmati HTC Vive dan PlayStation VR secara 'standar', pengunjung dapat bermain game co-op shooter di arena VR bersama tiga orang kawan.
Permainan tersebut menantang Anda untuk bekerja sama mengalahkan alien, dibekali controller custom berbentuk senapan serbu dan ditenagai PC ransel MSI VR One. Walaupun masih mengusung formula arcade dan visualnya belum betul-betul realistis, keleluasaan berinteraksi dengan dunia game secara 3D membuat pengalamannya sangat seru. Saya melihat sendiri bagaimana gamer saling berteriak minta tolong dan mencoba menunduk buat menghindari serangan monster.
Game center dan lokasi VR experience bukanlah hal yang jarang ditemui di Indonesia. Namun The Pantheon dan EXA Outpost membuat saya menyadari bahwa ranah gaming lokal masih menyimpan potensi yang menanti untuk diekspos - baik buat sekedar hiburan ataupun eSport. Beberapa cara untuk menguaknya adalah dengan menyediakan konten dan peralatan yang lebih beragam lagi, serta jangan lupakan imajinasi.