1. Startup

Mimpi Blanja Menjadi Marketplace Nomor Satu di Indonesia

Fokus pada pembentukan pondasi bisnis dan merangkul UKM sebanyak mungkin sebagai penjual terlebih dahulu

Meski hadir di tengah-tengah ramainya pasar marketplace di Indonesia, Blanja yang merupakan layanan marketplace hasil joint venture Grup Telkom dan eBay ternyata mendapatkan sambutan yang positif di masyarakat. Di tahun ini, mereka memiliki target untuk dapat melayani transaksi dengan nilai $25 juta (sekitar Rp 329 miliar). Jauh ke depan, mimpi mereka adalah untuk menjadi online marketplace nomor satu di Indonesia.

Hadir di tengah-tengah keramaian pasar di segmen online marketplace dengan raksasa seperti Lazada, BukaLapak, dan Tokopedia ternyata tak membuat pertumbuhan Blanja menjadi lesu. Sejauh ini, mereka mengklaim telah berhasil menorehkan satu juta member yang bergabung. Dari sisi penjual, menurut CEO Blanja Aulia E. Marinto, kini Blanja telah memiliki total 5000-an seller yang terdaftar di platform  mereka dengan kurang lebih 3000 seller yang sudah terverifikasi.

Diungkapkan oleh Aulia, pertumbuhan pesat Blanja ini tak lepas dari dua filosofi yang ditanamkan pada perusahaan yaitu Speed dan Responsiveness. Dengan speed, pihak Blanja berupaya untuk dapat bekerja cepat dan efektif dalam menumbuhkan jumlah pengguna yang terdiri dari penjual dan pembeli. Sedangkan filosofi responsiveness membuat Blanja selalu berupaya untuk memberi respon yang tanggap dalam memenuhi market demand saat ini.

Selain itu, Aulia juga mengakui bahwa dukungan raksasa luar negeri seperti eBay dan juga yang dari dalam, Telkom, turut berperan dalam pesatnya pertumbuhan ini. Meskipun demikian, Aulia juga paham bahwa mereka ini masih hijau jika dibanding dengan para kompetitornya. Maka ia juga menegaskan bahwa mereka (Blanja) tak ingin tergesa-gesa dalam menggapai mimpinya menjadi nomor satu di Indonesia, dan saat ini akan lebih fokus untuk mengejar growth Blanja terlebih dahulu ketimbang revenue atau profit.

Aulia mengatakan:

"Marketplace adalah jenis e-commerce yang paling kompleks dibanding yang lainnya. Kalau bicara tentang hasil yang instant, kita akan kalah di tiga atau lima tahun ke depan. Kita gak mau kalah di lima tahun ke depan, kita maunya jadi nomor satu kapanpun itu (terwujud)."

"Blanja saat ini belum memikirkan untuk revenue dan profit. Kita ingin (kejar) growth dulu, kita ingin beri kesempatan pada seller untuk membuktikan bahwa mereka bisa jualan di Blanja (prospeknya bagus). Tapi, suatu hari nanti kami pasti akan bicarakan masalah fee," jelasnya lebih jauh.

Blanja dan strateginya menghadapi pasar

Meski industri e-commerce di Indonesia terbilang masih baru, namun pertumbuhannya menunjukkan gairah yang menggoda. Faktanya, walau ada pemain yang bisa dikatakan sebagai raksasa seperti Lazada dan Tokopedia, itu tak menyurutkan kemunculan pemain-pemain baru seperti Blanja. Hal ini pun sejatinya tak terlepas dari banyaknya data yang menyebutkan bahwa potensi e-commerce di Indonesia masih sangat besar dan memiliki peranan penting di Asia nantinya.

Akan tetapi jika tidak memiliki pondasi bisnis yang kuat, bukan tidak mungkin bisnis yang dibangun akan hancur. Maka dari itu Blanja juga tak ingin tergesa-gesa dalam membangun bisnisnya di tengah-tengah ketatnya persaingan ini. Setidaknya untuk tahun 2015-2016 ada satu hal yang jadi fokus utama Blanja, yaitu membentuk pondasi yang kuat bagi bisnisnya yang disebut Aulia "Excellent Foundation".

"Excellent Foundation adalah yang kami cita-citakan sebelum kami (berani) bilang bahwa kami mau jadi yang nomor satu (di segmen ini)," tegas Aulia.

Dijelaskan lebih jauh oleh Aulia, menurut kacamata mereka (Blanja), Excellent Foundation ini terdiri dari lima unsur yang saling menopang satu dengan yang lainnya. Kelima unsur tersebut adalah Work Environtment, Business Operation, Merchant Management, Promotion, dan Technology. Aulia optimis jika pondasi tersebut sudah terbentuk, bisnis Blanja tak akan kalah untuk bersaing dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan.

Selain membentuk pondasi, Blanja juga tetap fokus untuk merangkul lebih banyak lagi UKM untuk berjualan online dengan bergabung menjadi seller di platform mereka. Namun, untuk membuat UKM sampai pada titik di mana mereka "fly" dengan platform e-commerce pun sebenarnya butuh waktu yang lama. Akan tetapi, Aulia tetap optimis terhadap hal ini, karena menurutnya jika mencontoh Alibaba yang sudah sukes, unsur UKM sangat lekat di kesuksesan tersebut.

Aulia mengatakan:

"Ini menjadi salah satu misi kami (merangkul lebih banyak lagi UKM)[...]. Ini level-nya (industri e-commerce yang masih hijau) adalah di mana semua pihak, termasuk Blanja, mengajak sebanyak mungkin UKM untuk join di online [...]. Hanya saja pekerjaan rumahnya bukan cuma mengajak, tapi bikin mereka ngerti juga (industri online).

Blanja sendiri belum lama ini diajak Telkom untuk blusukan ke Mojokerto guna mengedukasi industri e-commerce pada pelaku UKM di sana. Diharapkan kegiatan tersebut dapat membantu UKM untuk memperluas pemasaran produknya ke seluruh Indonesia dan juga memperkuat daya saing Indonesia sendiri menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

Pada hakikatnya "pertempuran" di industri e-commerce Indonesia ini masih baru saja dimulai, lari maratonnya pun masih belum jauh dari titik start. Meskipun sudah banyak hadir raksasa kuat di masing-masing jenis e-commerce seperti OLX, Lazada, Tokopedia, hingga MatahariMall yang masih belum bangun, namun pemenangnya belum ada. Aulia sendiri dengan optimis mengatakan bahwa mengingat industri ini masih baru dan hijau, masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi.