Cerita Mola TV, Liga Inggris dan Misinya dengan Konten Cita Rasa Lokal
Tidak hanya tayangan sepak bola, kini Mola juga mulai suguhkan dan produksi berbagai serial orisinalnya
Mola TV hadir sejak pertengahan tahun 2019, merupakan anak usaha milik Djarum Group yang beroperasi di bawah pabrik perangkat elektronik Polytron. Model bisnisnya cukup unik, menggabungkan kapabilitas televisi kabel, IPTV, dan video on-demand. Di awal kehadirannya cukup menggebrak, karena menjadi mitra eksklusif penyiar Liga Inggris.
DailySocial berkesempatan untuk berbincang dengan perwakilan Mola TV, Mirwan Suwarso, mendalami visi dan strategi perusahaan. Menarik untuk disingkap, karena Mola hadir di tengah industri layanan streaming yang bersaing ketat.
Mengawali perbincangannya Mirwan mengatakan, "(Acara) Bola kami lihat sebagai unjung tombak untuk memperkenalkan Mola dan misi jangka panjangnya. Biar orang kenal dulu. Dan kalau dilihat, Mola yang sekarang sudah berbeda dengan sebelum pandemi. Semakin banyak konten-konten baru yang disuguhkan."
Ketika membuka aplikasi Mola, baik di ponsel, situs web, maupun via perangkat televisi pintar, benar saja saat ini varian tontonan yang disuguhkan lebih beragam. Jika di awal kemunculannya, video lain terkesan sebagai pelengkap, sekarang justru disuguhkan dengan lebih serius.
"Sebelum pandemi tim fokusnya memikirkan promosi pertandingan sepak bola, karena memang memiliki minat yang tinggi. Belum terpikirkan untuk mendorong konten di luar itu. Pas pandemi kita langsung membalik pola pikirnya, apalagi saat pertandingan bola dihentikan, tadinya konten lain hanya sebagai pelengkap, lalu didesain untuk menjadi suguhkan utama," terang Mirwan.
Sebenarnya apa yang ada di Mola saat ini adalah rencana mereka di tiga sampai empat tahun mendatang. Model bisnis pun dieksekusi lebih cepat dari timeline yang sebelumnya dipersiapkan. Sejak masa pandemi Mola "memaksa" semua pemirsanya untuk berlangganan, agar bisa mengakses konten-kontennya. Menariknya Mirwan menyebut, justru statistik pelanggannya malah naik sampai 3x lipat dibanding sebelumnya, kendati ia tidak memaparkan detail jumlah pastinya.
Sofa Kuning dan cita rasa konten lokal
Lebih lanjut dijelaskan, kendati tayangan bola sempat terhenti, peningkatan pelanggan banyak didorong oleh konten lokal, khususnya yang menyasar kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak. Tim Mola cukup jeli di sini, karena di saat PSBB diberlakukan di berbagai daerah, orang-orang di rumah butuh konten alternatif – baik yang bersifat hiburan maupun pendidikan.
“Dari awal pemilihan konten-konten untuk anak lebih banyak yang sifatnya aktivitas. Misalnya belajar sains bersama, membuat prakarya, buat eksperimen. Ternyata banyak yang suka, maka kita perkaya konten itu. Dari sana kita melihat sebagian masyarakat Indonesia selaras dengan misi kami untuk memajukan bangsa,” lanjut Mirwan.
Banyak konten yang diproduksi sendiri, seperti salah satunya berjudul “Sofa Kuning” yang masuk dalam kategori Mola Kids. Yakni sebuah acara keluarga yang menampilkan lagu-lagu anak Indonesia yang diaransemen ulang sesuai selera musik jaman sekarang. Hal ini ditengarai, lagu anak-anak lokal yang beredar saat ini memiliki nuansa musik yang membosankan, padahal jika ditinjau secara lirik dan pesan cakupannya cukup bagus. “Jadi kalau kita dengar lagu Tik Tik Bunyi Hujan di Mola, harapannya nggak kalah seru sama ketika mendengar lagu Raisa,” terang Mirwan.
Acara Sofa Kuning juga dikemas secara interaktif, menghadirkan karaoke dan kuis berhadiah. Di NET TV, acara tayang setiap hari Sabtu pukul 18.30 WIB, pengguna juga bisa mengakses lewat aplikasi Mola sekaligus untuk menjawab kuis edukatif yang disampaikan saat acara live. Ada hadiah sampai 200 juta Rupiah untuk 45 pemenang setiap minggunya, berbentuk tabungan hingga barang menarik seperti iPad. Uniknya, yang membawakan acara ini juga sebuah keluarga kecil, yakni pasangan Aqi Singgih dan Audrey Meirina serta kedua buah hati mereka, membuat suasana acara semakin hangat.
Untuk ikut kuis interaktif, pengguna bisa masuk ke aplikasi Mola, lalu memilih fitur Games dan pilih opsi Sofa Kuning untuk menjawab. Soal akan diberikan saat penayangan acara di NET TV. "Pertanyaannya mendasar seputar ke-Indonesia-an; misalnya menanyakan Bandung itu dipimpin wali kota atau gubernur, sebelum jadi Papua nama pulau di Indonesia timur itu namanya apa, dll. Kita mengemas ulang pelajaran IPS, IPA dalam bentuk hiburan yang seru, dengan tujuan anak Indonesia tidak lupa kalau dia anak Indonesia," imbuh Mirwan.
Di sini tujuannya cukup mulia, Mola ingin membuat anak Indonesia lebih kenal dengan Indonesia – “Berapa banyak anak sekarang yang lebih kenal lagu Baby Shark ketimbang Burung Kutilang?,” ujar Mirwan.
Dalam produksinya, Mola turut menggandeng sekolah kejuruan untuk menghadirkan konten menarik di setiap tayangan acara Sofa Kuning. Misalnya dengan SMK Raden Umar Said di Kudus yang memiliki konsentrasi di bidang animasi dan desain. Jadi ketika lagu dimainkan, akan ada animasi yang mengiringi, dengan harapan makin menambah minat anak-anak untuk menonton. Konten Sofa Kuning bisa dilanggan dengan biaya yang cukup terjangkau, yakni melalui paket "Movie & Kids" di Mola seharga Rp12.500,- per bulan.
"Mola ingin mengawinkan semua itu menjadi sesuatu yang menggerakkan masyarakat. Mola dilahirkan buat itu. Tapi kalau Mola mulainya dari situ orang tidak akan tertarik. Maka kita harus membuat orang tertarik dulu, kenal dulu, makanya Liga Inggris masuk."
Terkait bola, ia pun menegaskan bahwa Mola tidak berhenti di situ, mereka menegaskan posisinya berbeda dengan beIN Sport, FOX, atau ESPN. Perusahaan merasa harus memiliki andil untuk Indonesia, maka direalisasikan melalui acara "Dream Chasers Garuda Select". Perusahaan memilih 24 pemain muda dari berbagai daerah di Indonesia (di bawah 20 tahun) untuk dibawa ke Eropa dan dibina selama 8 bulan, agar bisa mulai meniti karier bersepak bola secara lebih serius. Tayangan di Mola berbentuk dokumenter perjalanan mereka.
"Di tahun pertama kita menemukan pemain dari Sorong namanya Braif Fatari, dia tidak tergabung di klub PSSI mana pun. Kita bawa dia ke Eropa [..] dia kini bermain buat Persija, dan buat Timnas U-20. Berarti kita sudah menyentuh nasib satu orang, pertanyaannya bisa tidak kita menyentuh lebih banyak orang lagi? Ini menjadi PR yang masih akan kita kerjakan. Harapannya suatu saat, di liga-liga internasional ada pemain-pemain dari Indonesia yang mengisi klub-klub besar di sana," kata Mirwan.
Kategori tayangan di Mola
Selain konten di Mola Kids, ada beberapa kategori lainnya. Satu yang tengah dikembangkan adalah Mola Living. Di dalamnya berisi konten-konten eksklusif untuk keluarga. Lagi-lagi Mola menekankan unsur "pendidikan" di dalam seri-serinya. Sebut saja acara "Blusukan Butet Kertaradjasa" yang mengangkat kisah inspirasi dari orang-orang dengan pengalaman hidup hebat -- salah satunya di episode berjudul "Petani Kota", ada kisah mantan penjudi bangkrut yang kini sukses mengolah perkebunan kangkung di Tangerang.
"Kalau orang lain bikin infotainment mengulik asmara selebriti, kita coba ambil sisi lain. Misalnya di acara 'Musafir Malam', di sana Iwa K mencoba mengulik sisi lain tokoh-tokoh yang pernah berserempetan dengan dunia gelap, seperti pernah masuk penjara, untuk diambil pelajaran dan hikmahnya," terang Mirwan. "Ada juga acara 'Cooking Imipossible', untuk pertama kalinya Farah Quinn keluar dari zona nyamannya, dia masaknya bareng anaknya yang berumur 2 tahun. Lebih sering masakannya gagal, lha masak direcokin anak 2 tahun. Tapi kan ibu-ibu mengalami situasi seperti itu. Lucu, menghibur, dan relate dengan kehidupan banyak orang."
Selain itu Mola juga memiliki konten Movies, News, Sport, dan yang paling baru mereka turut suguhkan tayangan dari HBO GO. Kerja samanya dengan HBO GO baru diresmikan awal September 2020 ini.
“HBO terbukti menghasilkan konten berkualitas. Selain itu kita juga ingin memiliki tolok ukur yang paling tinggi (untuk konten). Salah satu syarat kerja sama kita dengan mereka, kita akan bekerja sama untuk produksi konten bersama [..] Jadi kita mau bawa konsep acara (lokal) kita mendunia lewat kanal-kanal yang dimiliki HBO,” jelas Mirwan.
Keyakinan terhadap konten lokal
Membaca misi Mola yang disampaikan di atas, cukup terasa ambisi Mola terhadap konten lokal. Mereka juga mulai membuka kerja sama dengan kreator di Indonesia. Baru dimulai, salah satunya dengan Lifelike Pictures tengah membuat dua serial bergenre komedi dan drama; dan tidak menutup kemungkinan dengan lebih banyak studio lokal.
More Coverage:
Optimismenya terhadap konten lokal juga cukup “berani” di tengah gempuran banyak film dan serial dari luar yang disuguhkan lewat berbagai platform. Mirwan tidak menampik fakta tersebut.
"Yang suka sinetron akan nonton sinetron, yang senang drakor akan tetap selalu senang drakor. Kita tidak pernah memaksakan, tapi yang kita upayakan kualitas konten kita harus sebagus mereka (dari luar). Saya tidak pernah lupa film Berbagi Suami, Petualangan Sherina, AADC mereka bisa membuat orang suka dengan film Indonesia di saat semua orang ngomongin film asing. Dan kami harus bikin yang seperti itu," tegas Mirwan.
Dengan peningkatan pelanggan 3x lipat saat pandemi, Mola merasa strateginya tersebut tervalidasi baik dan perusahaan sedang berada di arah yang benar.
Hubungan dengan Polytron
Keunikan lain, Mola juga menjual perangkat streaming pabrikan Polytron. Memungkinkan televisi untuk menyiarkan tayangan on-demand maupun live yang ada di Mola TV. Terkait ini, Mirwan menegaskan bahwa perusahaan Mola TV berada di bawah Polytron. Platform ini sebenarnya juga didesain agar produsen perangkat elektronik lokal tersebut mampu bersaing di pasar smart TV.
"Semua smart TV berebut ada Netflix, Disney+; lalu muncul ide untuk menghadirkan pembeda. Maka dibuatlah Mola Streaming Device untuk menjadi komplementer, agar bisa menjadi kekuatan bersama untuk menjadi produk lokal unggulan. Jadi memang itu menjadi salah satu strateginya," jelas Mirwan.