Digital Wallet Belum Banyak Diminati Konsumen Indonesia
Survei Jakpat mengemukakan alasan paling umum karena konsumen tidak tahu mekanisme pemanfaatannya
Salah satu wujud digitalisasi yang paling banyak dirasakan saat ini adalah hasil terbentuknya ekosistem pelaku jual-beli online. Layanan e-commerce dan online marketplace yang berkembang di berbagai lini bisnis kian memanjakan masyarakat untuk dapat bertransaksi secara maya. Uniknya tren tersebut tidak serta-merta membuat pembayaran menggunakan digital wallet (dompet digital) membudaya.
Survei dari Jakpat beberapa waktu lalu, yang melibatkan lebih dari 1.500 responden di umur konsumtif Indonesia dari Sabang sampai Merauke memberikan beberapa fakta bahwa digital wallet (seperti Paypal, T-Cash, e-money dan sebagainya) kurang populer di masyarakat. Secara umum minimnya penggunaan digital wallet dikarenakan proses penggunaannya yang belum bersahabat bagi masyarakat, kendati mereka sudah tergolong tech-savvy untuk adopsi penggunaan internet dan ponsel pintar.
Namun dari total responden dalam survei 44 persen di antaranya menyatakan telah memiliki layanan digital wallet. Umumnya responden laki-laki menggunakan Paypal (29%), T-Cash (20%), e-money (19%), rekening ponsel (17%) dan Go-Pay (15%). Sedangkan untuk pengguna perempuan BCA Flazz (22%). e-money (22%), T-Cash (20%), Go-Pay (19%) dan Paypal (17%). Menarik saat melihat layanan Go-Pay yang belum lama muncul sudah memiliki persentase di dalamnya.
Dari total persentase pengguna layanan digital wallet, 75% di antaranya mengaku minat menggunakan layanan tersebut lantaran mudah dan lebih praktis untuk membayar. Alasan lainnya lebih kepada tidak memiliki yang tunai, menghindari kembalian yang tidak dikembalikan dan keamanan. Namun mereka pun tergolong cukup jarang menggunakan, karena rata-rata per bulan paling banyak menggunakan layanan tersebut antara 1-3 kali. Sangat sedikit persentase yang menggunakan lebih dari itu.
Kebanyakan juga menggunakan layanan digital wallet untuk melakukan pembayaran di minimarket, cafe dan penyedia layanan digital (online shop, Go-Jek dan sebagainya). Penggunaan digital wallet pun masih didominasi untuk pemenuhan kebutuhan cepat saji, tergambar dari persentase pengisian saldo yang didominasi antara Rp 50.000 - Rp 150.000 per bulannya.
Sedangkan bagi yang belum tertarik mencoba, selain tidak mengerti cara penggunaan, rata-rata pengguna masih ragu akan isu keamanan dan proses pengisian saldo yang tergolong rumit. Seperti diketahui penggunaan kartu kredit pun masih rendah, kebanyakan transaksi perbankan dilakukan melalui transfer (umumnya di ATM). Sehingga mereka merasa bahwa dengan membayar tunai lebih efisien.