Ekosistem Digital Indonesia Saat Ini dan Perkembangannya ke Depan
Saatnya Indonesia memiliki Silicon Valey sendiri
Katakanlah lima atau tujuh tahun ke belakang, bagi entepreneur yang terjun di dunia digital pada masa itu, mereka akan setuju betapa sulitnya mencari pendanaan. Saat ini, DailySocial sendiri saja, sudah sering memberitakan startup yang mendapatkan pendanaan.
Sumber dana yang mengalir datang dari investor lokal maupun luar, memberikan sebuah sinyal positif bahwa Indonesia telah menarik perhatian dan kepercayaan. Sekarang adalah waktu Indonesia untuk menjadi besar. Echelon Indonesia 2015 mencoba menggali hal yang kurang atau terlewat untuk menjadikan industri digital Indonesia menjadi lebih matang.
Dengan begitu besarnya perhatian dan ketertarikan terhadap lansekap digital Indonesia, timbul sebuah pertanyaan apakah Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk mematangkan ekosistemnya. Editor in Chief DailySocial Amir Karimuddin memandu diskusi tentang ekosistem digital Indonesia saat ini pada acara Echelon Indonesia 2015. Panel diskusi ini terdiri dari pelaku startup dan investor seperti, Pendiri PriceArea Andry Suhaili, Director Skystar Capital Abraham Hidayat, Pendiri Mountain Kejora Ventures, dan Director Ardent Capital Tee Plern Suraphongchai,
Secara garis besar seluruh panelis setuju bahwa saat ini adalah waktu bagi startup Indonesia untuk semakin berkembang. Ketertarikan dan kepercayaan untuk lansekap digital Indonesia telah ada, termasuk dana yang tersedia untuk mengembangkan perusahaan. Intinya tak ada alasan lagi bagi entrepreneur teknologi untuk tidak berinovasi atau menghasilkan produk yang baik.
Meski dari sisi regulasi dan sokongan pemerintah Indonesia termasuk tertinggal dibandingkan negara tetangga, Abraham optimis dengan rencana pemerintah akan lebih memerhatikan ekonomi kreatif merupakan angin segar bagi industri startup. "Mungkin tertinggal tetapi kalau pemerintah serius dalam beberapa tahun ke depan akan ada banyak perbaikan, dan regulasi yang lebih kondusif bagi industri."
Sedangkan masalah talenta yang sering dikeluhkan oleh banyak pelaku industri saat ini, Andy membantahnya. "Indonesia tidak kekurangan talenta. Banyak orang yang pintar di sini, hanya saja mereka tidak tertarik untuk terjun apalagi bekerja untuk startup. Tantangannya bagaimana membuat orang-orang tersebut mau terjun ke bisnis ini," ujarnya.
Satu hal yang pasti adalah intensif yang menggiurkan akan membuat orang-orang berbakat untuk terjun dalam industri teknologi. Inilah yang diungkapkan oleh Tee, "selain cerita sukses, Indonesia juga butuh exit story yang sukses. Serta pegawai yang bekerja di startup yang exit mendapatkan uang yang banyak, karena hal ini tentu akan menarik talenta untuk mau terjun di bidang ini."
Terakhir Andry sebagai pelaku startup mengungkit masalah valuasi perusahaan. Menurutnya Indonesia adalah pasar potensial namun belum matang. Untuk pasar yang belum matang ini, menurut Andry, startup Indonesia akan melakukan banyak trial and error, biaya membangun produk, dan edukasi pasar. "Kenapa valuasi kita lebih rendah dari negara lain. Padahal kita membutuhkan kapital yang cukup untuk bisa membangun produk atau layanan yang baik."
Lansekap industri teknologi Indonesia saat ini masih jauh dari matang, tinggal kita semua saling bahu-membahu untuk mengembangkannya industri bersama. Khusus startup, terus berinovasi dan buktikan Indonesia bisa memiliki Silicon Valey-nya sendiri.