Modalku Segera Umumkan Ekspansi Negara Berikutnya
Telah salurkan Rp4 triliun untuk 140 ribu pinjaman UKM
Modalku segera mengumumkan ekspansi ke negara berikutnya dalam waktu dekat sebagai bagian dari peningkatan inklusi keuangan di Asia Tenggara.
Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya masih enggan menyebut negara mana yang akan disasar perusahaan. Namun ia memastikan masih di kawasan Asia Tenggara. Rencananya pada awal Februari 2019 mendatang dapat memulai bisnisnya secara soft launching.
"Sekarang kita sudah hadir di empat negara, belum di-announce dulu. Tapi negaranya masih di Asia Tenggara," ucapnya, Rabu (23/1).
Reynold melanjutkan, ekspansi ini menggunakan dana yang didapat perusahaan lewat putaran pendanaan seri B tahun lalu. Perusahaan sudah memproses semua kebutuhan, seperti berbicara dengan regulator setempat, membangun tim lokal, dan sebagainya.
"Kami upayakan untuk selalu comply dengan aturan yang berlaku, sudah bicara dengan regulator. Kapasitas kami menyiapkan tim lokal yang baik karena bangun budaya perusahaan itu tidak mudah."
Di negara tersebut, Modalku akan tetap menggunakan nama merek yang sama. Begitu pun fokus bisnisnya akan tetap menyalurkan pinjaman untuk sektor usaha produktif. Ekspansi Modalku ini akan menandakan layanan perusahaan yang sudah merambah ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Capaian bisnis dan rencana Modalku
Merayakan hari jadinya yang ke-3, Modalku mengumumkan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp4 triliun di tiga negara untuk 140 ribu pinjaman ke UKM. Dari angka tersebut, lebih dari Rp2,2 triliun telah disalurkan untuk UKM di Indonesia saja.
Pencapaian tersebut tumbuh hingga 3 kali lipat dari 2017 atau sebesar Rp1 triliun. Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan menerangkan, kenaikan ini terjadi karena produk Modalku sudah mencapai tahap market fit sehingga cocok dengan kebutuhan para borrower.
"Biasanya di tahun pertama dan kedua itu adalah masa trial and error. Produk sudah ada tapi belum begitu kompetitif, sehingga perlu di-tweak. Sekarang ada produk yang sudah punya fitur renewal, pencairan bisa dilakukan rutin setiap bulan. Dari situ kita dapat retain consumer," kata Iwan.
Produk yang paling banyak dimanfaatkan oleh para borrower di Modalku adalah pinjaman UKM. Rata-rata peminjam berasal dari kalangan pedagang online maupun offline. Produk ini memiliki tenor yang cukup pendek, maksimal tiga bulan dan bunga yang kompetitif.
Untuk tingkat gagal bayar, Iwan mengaku secara regional mampu menekan hingga 0,9%. Bila dilihat per negara saja, di Indonesia tingkat NPL-nya 0,7%.
Pada tahun ini, perusahaan akan memfokuskan produk pinjaman UKM agar semakin banyak diterima oleh masyarakat. Untuk itu perusahaan akan perbanyak kemitraan dengan pemain e-commerce. Sebelumnya Modalku bekerja sama dengan Tokopedia untuk layanan Saldo Prioritas.
Reynold menyebut konsep produk tersebut tidak bersifat eksklusif sehingga dapat dimanfaatkan oleh pedagang online lainnya yang tergabung dalam platform marketplace yang lainnya.
"Kami berusaha untuk win-win ke semua pemain marketplace, agar semakin banyak pedagang online yang bisa memanfaatkan pinjaman dana dalam mengembangkan usaha mereka."
Perusahaan juga terus berupaya untuk mempercepat proses pencairan dana untuk para borrower jadi 1-2 hari, dari proses pendaftaran sampai dana diterima. Sebelumnya borrower harus menunggu sampai 3-5 hari.
"Speed itu unsur paling penting dalam perusahaan fintech. Nah itu yang mau kita fokuskan di tahun ini," tambah Iwan.
Sebagai bentuk dukungan terhadap regulasi di Indonesia, Modalku tengah memproses perizinan izin usaha ke OJK, setelah mengantongi surat tanda terdaftar. Reynold mengaku pihaknya masih memproses seluruh persyaratannya ke OJK.
Unsur compliance atau kepatuhan hukum menjadi salah satu fokus yang ditekankan perusahaan agar industri p2p lending dapat lebih terorganisir dan berkomitmen terhadap perlindungan konsumen.
"Kami akan banyak investasi ke compliance karena banyak hal yang harus kita penuhi seperti ISO, audit eksternal itu effort-nya luar biasa," pungkas dia.