Evaluasi Sebulan Penerapan Go-Pay
Di atas kertas Go-Pay bisa jadi fitur unggulan yang membawa Go-Jek ke tingkat selanjutnya, pengaplikasian di lapangan masih berkata lain
Go-Jek yang hadir dengan aplikasi mobile awal 2015 telah berhasil mengubah perilaku kaum urban dalam memesan transportasi. Inovasi pun terus dilakukan dengan menghadirkan berbagai layanan on-demand. Paling baru, Go-Pay kami prediksikan bisa menjadi jawara mobile wallet di Indonesia. Sayang, fakta di lapangan masih berkata lain. Lebih dari sebulan sejak Go-Pay diimplementasikan, tantangan pencairan dana Go-Pay oleh mitra pengemudi hingga kini belum terjawab dan berimbas pada penolakan pesanan konsumen yang membayar via Go-Pay.
Go-Pay, yang sebelumnya bernama Go-Jek Credit, adalah inovasi terbaru dari GoJek yang datang bersamaan dengan layanan Go-Car. Melalui Go-Pay, konsumen kini bisa membayar hampir semua layanan yang ada dalam Go-Jek secara cashless. Go-Pay sendiri didesain lebih handal dari Go-Jek Credit lewat kemitraan dengan tiga bank besar (BCA, Mandiri, dan BRI) dengan menggunakan virtual account, sehingga proses transfer bisa berjalan secara real time.
Di atas kertas layanan Go-Pay harusnya bisa menjadi salah satu jawara dalam sektor mobile wallet, mengingat kini masyarakat sudah mulai nyaman dengan apa yang ditawarkan Go-Jek. Dari pemesanan layanan transportasi, pemesanan makanan, pembelian grocery, sampai pembelian tiket bioskop bisa dilakukan menggunakan layanan ini. Sayangnya semua tidak berjalan mulus seperti seharusnya. Kenyataan di lapangan berkata lain.
Penggunaan Go-Pay sebagai preferensi pembayaran justru membuat sebagian konsumen Go-Jek meradang karena seringnya pesanan mereka ditolak. Alasannya sederhana. Uang transaksi dari Go-Pay masih belum mudah dicairkan mitra pengemudi.
Go-Jek cukup bergantung pada kehandalan mitra pengemudinya sebagai layanan on-demand, tetapi pembayaran Go-Pay ke mitranya hingga kini tidak bisa dilakukan secara real time. Skema yang berjalan saat ini adalah pengemudi harus nombokin dulu transaksi konsumen melalui Go-Pay lalu meminta reimbursement ke pihak Go-Jek. Di sini akar permasalahan berawal.
Banyak mitra pengemudi Go-Jek yang mengeluh pencairan dana Go-Pay memakan waktu yang lama. Sekitar tiga hari kata mereka, ketika salah satu rekan berbincang dengan mitra pengemudi Go-Car. Malah sering juga pengajuan pencairan dana tersebut tidak disetujui.
Konsumen yang akhirnya terkena imbas dari masalah ini. Tak sedikit pesanan yang diajukan dengan menggunakan pembayaran via Go-Pay dibatalkan. Kalaupun dapat, butuh waktu lama dan kadang pengemudi masih meminta ongkos jalan atau bensin.
Saya sendiri pernah mengalami ini ketika menggunakan layanan Go-Food dengan pembayaran via Go-Pay. Awalnya pengemudi menerima pesanan saya, ketika mau dihubungi malah dibatalkan. Butuh tiga kali percobaan hingga akhirnya pesanan saya ada yang mengambil dan yang mengantar juga tidak terlihat begitu senang ketika tahu saya membayar via kredit (Go-Pay).
Memang umur Go-Pay masih belia dan masalah pencairan dana ini adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi. Saya juga tidak menutup mata bahwa masih ada mitra yang tetap mengambil pesanan yang dibayar via Go-Pay.
Tapi dengan fakta lain yang ada di lapangan, rasanya Go-Jek masih berat sebelah kepada konsumen dengan memberikan promo menggiurkan lewat Go-Pay tanpa mempertimbangkan kemudahan pencairan dana untuk mitranya.
Harus ada langkah drastis dari Go-Jek untuk mengatasi ini. Bila dihiraukan, konsumen setia Go-Jek akan tetap terkena imbasnya. Siapa yang tidak kesal ketika pesanan sudah diterima tiba-tiba dibatalkan karena alasan tidak mendapat uang cash? Alih-alih mempertahankan konsumen loyal, Go-Jek malah ditinggalkan mereka yang memilih pembayaran secara cashless yang sudah nyaman ditawarkan para pesaingnya.