Event Review: FOWAB -Forum Web Anak Bandung-
Fowab sendiri merupakan singkatan dari Forum Web Anak Bandung, yang digagas oleh iCreativelabs, Chocaholic, Gagas Imaji, RaveWarrior, Galenic dan ThinkRoom dan diharapkan menjadi ajang pertemuan, ghatering serta sharing pengetahuan para pegiat IT di Bandung. Acara Fowab yang merupakan pertama ini diadakan di Common Room Bandung, acara berlangsung kemarin tanggal 18 Februari dari jam 17.00 - 21.00.
Meski agak molor,(acara tidak molor malah dipercepat, saya ternyata kurang jeli melihat, ada waktu satu jam untuk ramah tamah) tapi berhubung saya sendiri sangat antusias untuk mengikuti acara presentasi para startup serta pelaku IT Bandung ini, saya bersabar dengan penuh semangat. Acara dimulai sekitar 17.30, dengan pembukaan presentasi oleh tuan rumah Common Room, setelah itu ada 3 pembicara yang akan mempresentasikan karya-karya mereka yaitu Ngubek.com, Scraplr, dan RuangFreelance.
Sebagai pembuka Ngubek.com mempresentasikan website-nya, Ngubek.com merupakan sebuah website yang berisi berbagai macam informasi yang berhubungan dengan city guide, dari mulai kuliner, tempat belanja, informasi hiburan & seni, jasa, kesehatan olahraga dan transportasi yang ada di Bandung.
Merupakan website yang fokus pada hyperlocal dan user generated comment, jadi user bisa memberi komentar tentang sebuah tempat makan, ada sistem rating dengan ikon bintang serta teks review dari user, juga terdapat foto dan keterangan tambahan seperti wifi akses, tempat parkir, dll.
Dalam presentasinya Reza dari Ravewarrior studio menjelaskan bahwa untuk saat ini Ngubek.com hanya menyediakan city guide untuk kota Bandung tapi kedepannya juga dipersiapkan untuk kota-kota lainnya.Ngubek.com juga menjadikan Yelp sebuah situs referensi tentang tempat seperti restoran, hotel dll, yang dijadikan benchmark mereka.
Dari sesi tanya jawab muncul beberapa hal yang menarik, Ngubek.com yang sangat terbuka pada akuisi menjelaskan bahwa mereka tidak takut akan persaingan, salah satu cara yang dilakukan dalam menghadapi persaingan dari para giant (lokal terutama) adalah dengan mempersiapkan strategi antisipasif antara lain dengan mencari investor dan pengembangan infrastruktur. Dan mempersiapkan tim yang tepat dan terbagi sesuai dengan tugas, misalnya Ngubek.com mempunyai person khusus yang mengolah segala macam urusan marketing dengan background pendidikan yang sesuai dengan job desk.
Setidaknya ada dua cara monetize dari Ngubek.com, banner add dan paid content, common strategy memang, tapi saya pikir memang susuai dengan segmen yang menjadi sasaran Ngubek.com.
Ada satu hal menarik yang saya dapatkan dari presentasi Ngubek.com, yaitu bisnis model dan investor kit yang telah mereka siapkan jika ada investor yang ingin berinvestasi pada website mereka. Saya sendiri tidak tahu persis, sebenarnya setiap apakah setiap startup yang berbasis internet pasti memiliki toolkit bisnis ini atau tidak, tapi yang pasti mempersiapkan strategi bisnis model di awal adalah bagus, membuat startup tau apa yang ingin dicapainya serta mempermudah langkah-langkah pengembangan terutama untuk monetize.
Beberapa fitur yang akan dipersiakan utnuk dikembangkan oleh Ngubek.com kedepannya adalah API, social connect, serta location based yang kini sedang trend.
Sesi II giliran Scraplr mempresentasikan karya mereka. Scraplr merupakan web apps berbasis crowd source yang berguna untuk mengatur to do list dan membagikannya ke social network untuk mendapatkan feedback saran atau ide dari relasi user.
Untuk lebih lengkap tentang Scraplr, DailySocial pernah membahas startup ini serta wawancaranya, anda bisa melihat di sini.
Satu hal yang kurang dari presentasi Scraplr adalah screenshoot, karena saat ini Scraplr masih dalam taraf alpha dan hanya tersedia limited invited, agak sayang memang screenshootnya tidak diperlihatkan pada audience. Padahal tampilah desain web app ini adalah salah satu unggulan yang mereka punya.
Di sesi tanya jawab ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas. Bagi sebagian orang to do list bersifat privat, dan bukan untuk dibagikan untuk publik, Scraplr memberikan fasilitas untuk mengatur mana to do list yang akan di publish ke publik dan mana yang tidak. Scraplr memang diperuntukkan bagi mereka yang ingin mendapatkan masukan dari user lain tentang bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan tertentu. Ingat prinsip klasik, banyak kepala banyak ide?
Pertanyaan ini langsung disambung oleh saya sendiri yang menanyakan tentang pandangan tim Scraplr tentang trend crowd, apakah sudah cukup untuk membuat aplikasi berbasis crowd yang bisa mendukung produktivitas. Scraplr optimis bahwa trend crowd ini akan terus bertambah di user lokal seiring juga dengan pertumbuhan pengguna berbagai web apps yang berbasis crowd. Termasuk juga tentang berbagai web apps untuk kerja kolaborasi yang juga akan menjadi populer dalam waktu dekat.
Senang juga rasanya melihat optimisme startup, saya sendiri juga berharap bahwa application yang mendukung produktivitas bisa terus bermunculan dan digunakan oleh user internet lokal.
Sesi terakhir diisi oleh presentasi dari RuangFreelance yang diberikan oleh Anggi Krisna. RuangFreeance sendiri merupakan wadah para freelancer untuk saling berbagi pengalaman mengenai dunia freelance, serba serbi, tips dan trik serta berbagai kisah di dunia freelance.
Presentasi diarahkan untuk membahas serba serbi menjadi freelance alih-alih tenang situs ruang freelance sendiri, Harus saya akui presentasi terakhir adalah presentasi yang paling baik di antara yang lain, bukan berarti yang lain jelek tapi ini terbaik dari yang baik.
Ada beberapa faktor saya kira, selain cara penyampaian serta desain slide yang cukup provoatif dan straight, yaitu typography yang besar, serta topik freelance online memang cukup menarik bagi audience apalagi ada beberapa hal provokatif yang ditampilkan seperti berhenti dari pekerjaan untuk menjadi freelance, serta beberapa alasan kenapa menjadi freelance antara lain bos galak dan tentu saja pendapatan yang besar.
Ada beberapa informasi yang menarik yang menurut saya bisa menginpirasi, antara lain, menjadi freelance online bukan berarti bekerja secara tidak teratur, justru menjadi freelance online ternyata membutuhkan pengaturan dan manajemen yang handal, mulai dari adaltasi jam kerja yang tidak lazim, apalagi jika klien berasal dari luar negeri, faktor kesehatan yang harus diatur juga, terutama ketika job mulai berdatangan, jangan sampai terlalu semangat menerima job tapi ternyata kesehatan menurun.
Peluang yang cukup besar memberikan kesempatan bagi para pelaku IT untuk tidak ragu terjun menjadi seorang freelancer, apalagi kualitas hasil kerja karya orang Indonesia cukup dikenal dan diminati oleh para klien dari luar.
Dalam presentasinya RuangFreelance juga menjelaskan serba-serbi dunia Freelance, mulai dari cara mendapatkan tutorial di internet yang sangat banyak dan hampir semua bisa didapatkan disana, lalu tips untuk selalu membaca detail kontrak sampai saran bagi para freelance untuk tetap bersosialisasi agar mendapatkan masukan akan hasil karya serta pengetahuan-pengetahuan tambahan.
Sesi tanya jawab juga menghasilkan diskusi yang cukup seru, sepertinya provokasi Anggi untuk menumbuhkan para freelancer online cukup berhasil, pertanyaan berkisar tentang pengalaman job pertama, berbagai hal tentang bid, sampai komentar kritis bahwa menjadi freelancer online juga bukan berarti selalu sukses, tapi penuh dengan persaingan serta harus kerja keras dan tentu saja modal, minimal koneksi internet.
Untuk klien, Anggi juga menjelaskan bahwa sebesar 95% kliennya berasal dari luar negeri sisanya dari dalam negeri, selain faktor fee, masalah kultur sepertinya ikut mempengaruhi, karena proses outsource sudah cukup lazim dilakukan di luar negeri, serta beberapa prosedur yang bisa jadi lebih mudah karena klien luar sudah terbiasa dengan sistem order by email, chat, video chat dan berkomunikasi secara online.
Setelah sesi ke III, acara berlanjut untuk menampung saran dari audience tentang seperti apa Fowab kedepannya lalu tentang topik yang akan dibahas, serta tentu saja ramah tamah yang merupakan salah satu inti dari kegiatan ini untuk saling berkenalan, bertukar kartu nama dan tidak menutup kemungkinan saling berbagi job.
Sebagai catatan akhir review acara Fowab, saya menemukan beberapa hal penting yang mungkin menjadi masalah klasik bagi para pelaku bisnis IT, yang pertama adalah fokus, terutama bagi mereka yang punya dua pekerjaan, sebagai pemilik startup dan pekerja lepas yang mendapat pekerjaan dari klien, pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana cara mengatur presentasi kerja di dua sisi ini agar seimbang, dan masing-masing bisa berjalan secara maksimal.
Dilemanya adalah, jika fokus pada startup maka pendapatan menurun atau bahkan tidak ada pendapatan sama sekali, sedangkan mengembangkan startup sendiri butuh modal, persoalan yang sering terjadi adalah, aplikasi startup yang biasanya berbentuk web atau aplikasi atau game, menjadi terlantar dan tidak sustainable, seperti juga yang diakui oleh Reza dari Ngubek.com bahwa presentasi kerja yang ia lakukan adalah 60-40, 60% untuk pekerjaan berbasis klien, dan 40% untuk mengurus startup.
Sekali lagi fokus dan pembagian kerja menjadi sebuah strategi yang harus dipikiran oleh para pelaku kerja IT dan para pendiri startup, satu ide pemecahan masalah ini yang muncul dari diskusi adalah, jika job sudah begitu banyak tetapi tidak mungkin untuk menolak kesempatan, di sisi lain startup juga harus diurus, maka pilihan untuk meng-outsource kembali order dari klien bisa jadi pilihan, atau membentuk tim dengan meng-hire orang lain, pertemuan Fowab juga bisa memfasilitasi bagi mereka yang sedang mencari bala bantuan untuk job yang bertubi-tubi, seperti juga yang menjadi salah satu tujuan acara ini.
Berbagai hal tentang bisnis plan, manajemen serta strategi monetize juga menjadi hal penting yang harus dipikirkan oleh para startup, meski ini juga tidak berlaku untuk seluruh startup, karena ada beberapa tipe startup juga yang menjadikan aplikasi webnya sebagai portofolio untuk mendapatkan proyek lain atau pengembangan dari aplikasi web yang mereka buat dan bukan sebagai sumber pemasukan utama.
Acara yang berlangsung sekitar 4 jam kurang ini memang harus terus dilakukan, selain membangun ekosistem IT, web apps, startup serta kerja-kerja kreatif lain seperi web desain, content writer dan desain grafis, acara seperti ini juga bisa memberikan info bagi para calon klien di lokal bahwa para pekerja IT di dini banyak dan hasil karyanya juga baik. Sehingga industri berbasis IT dan para startup bisa terus bermunculan.
Satu saran terakhir untuk menutup artikel ini adalah, saran untuk para startup dan pekerja IT untuk mempelajari kembali teknik-teknik presentasi, seperti pembuatan slide yang disesuaikan dengan audience serta lokasi acara presentasi untuk gedung tertutup tentu akan berbeda dengan gedung terbuka, grafis slide, pemilihan point-point pada slide, penguasaan audience sampai intonasi, karena acara seperti Fowab berfokus pada presentasi, maka membuat audience untuk tetap memperhatikan dan tidak bosan adalah yang utama selain pesan presentasi yang tetap harus bisa tersampaikan.
Selamat untuk Fowab, semoga acara ke depan bisa terus hadir dan bisa merangkul para pebisnis dan praktisi internet lebih banyak lagi. Maju startup dan IT lokal!
Terima kasih untuk teman-teman di Fowab. Pembaca DailySocial bisa mengikuti Fowab di Twitter di sini atau akun Facebook mereka di sini.
ps: maaf kalo fotonya agak kabur.