Evolusi Nyata Warung dengan Teknologi
Konsep dan pendekatan O2O yang dilakukan sejumlah perusahaan teknologi membawa angin segar bagi bisnis warung / toko kelontong
Kita saat ini menjadi saksi evolusi pengemudi ojek. Tak hanya sebatas transportasi kini mereka mampu penjadi pembeda. Berkat teknologi kini mereka bisa menjadi kurir pengantar barang atau makanan. Teknologi berhasil membuat pengemudi ojek kembali berdaya di jalanan. Warung menyimpan potensi yang serupa, kembali menjadi lebih berdaya berkat bantuan teknologi.
Hal ini yang tengah diupayakan Kudo, Bukalapak melalui Mitra Bukalapak, Tokopedia melalui Mitra Tokopedia, Wahyoo, dan WarungPintar. Semuanya melakukan pendekatan offline to online (O2O) untuk mengoptimalkan potensi dari warung sebagai bagian penggerak ekonomi digital selanjutnya.
Vice President O2O Bukalapak Rahmat Danu Andika kepada DailySocial menjelaskan bahwa saat ini Bukalapak, melalui Mitra Bukalapak, berusaha untuk mendorong usaha kecil dengan teknologi dan distribusi yang lebih efisien. Warung dinilai bisa jembatan bagi masyarakat untuk menjangkau produk-produk digital dan menjadi bisnis yang lebih modern berkat alat pengelolaan bisnis yang disediakan.
"Seperti yang kita ketahui, sektor UMKM menjadi salah satu penopang penting ekonomi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga diproyeksikan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020."
"Bukalapak yang memiliki visi menjadi perusahaan teknologi yang menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang menyeluruh melihat hal ini sebagai tantangan sekaligus kesempatan, bagaimana kami dapat mentransformasikan teknologi sehingga dapat menciptakan dampak yang luas bagi para pelaku usaha kecil dan membuka banyak kesempatan bagi apra pelaku usaha kecil termasuk warung untuk meningkatkan daya saing dan jangkauan bisnis mereka," terang Danu.
Hal yang senada disampaikan CEO Kudo Agung Nugroho. Warung tradisional disebut menjadi salah satu pilar terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun kehadiran minimarket modern membuat mereka kesulitan bersaing. Pengelolaan yang masih tradisional juga membuat mereka tidak bisa mengoptimalkan bisnisnya.
"Melihat kondisi tersebut (peranan UMKM terhadap PDB negara), peluang untuk memberdayakan warung sangat besar karena warung adalah salah satu aset bangsa terhadap kemajuan ekonomi yang perlu diberikan perhatian dan kesempatan untuk bersaing dengan menggunakan teknologi. Melalui teknologi yang diberikan oleh Kudo, warung dapat selangkah lebih maju dan mampu bersaing dengan minimarket modern," terang Agung.
Evolusi warung, tak hanya sekedar jual produk digital
Masuknya teknologi di warung warung ini dimulai dari hal yang paling sederhana, melayani pembelian produk digital seperti pulsa dan paket data. Setelah efek positif terasa masing masing perusahaan digital ini mengembangkannya dengan keahlian masing masing.
Bukalapak misalnya, mereka memulai dengan menghadirkan aplikasi yang bisa digunakan oleh para mitranya untuk membeli pulsa, paket data, tiket kereta, pembayaran tagihan, dan produk digital lainnya.
Kemudian secara bertahap mereka menghadirkan layanan pembelian barang grosir. Layanan ini dihadirkan untuk memudahkan Mitra Bukalapak yang berbentuk warung untuk membeli barang dagangan dengan penawaran dan harga yang menarik berakat kerja sama Bukalapak dengan berbagai macam brand dan pemain terkait.
Danu menceritakan. cikal bakal Mitra Bukalapak dimulai pada tahun 2017, di mana dari data yang ada kebanyakan reseller Bukalapak adalah warung.
"Sejak 2017, siapa pun bisa jadi reseller bukalapak. Karena kebanyakan yang menggunakan warung, akhirnya kita research sehingga hadir fitur 'kulakan' untuk stock. Distribusi yang ndak efisien. Sejak 2017 kita membuat distribution center bekerja sama dengan banyak pihak," lanjut Danu.
Salah satu Mitra Bukalapak yang ditemui DailySocial mengaku mendapat sejumlah keuntungan. Salah satu yang paling kentara adalah pilihan pembayaran dan juga pilihan cara untuk mendapatkan barang dagangan. Dengan hadirnya fitur pembelian stok, mereka dapat kesempatan untuk menikmati kemudahan pemesanan, gratis ongkos kirim hingga berbagai macam promo yang ditawarkan Bukalapak. Termasuk fitur kirim-kirim uang melalui aplikasi.
"Selain Mempermudah pembayaran, untuk warung dan penyet juga bisa bayar melalui saya. Sebelumnya salesman datang, sekarang setelah jadi Mitra Bukalapak ada pilihan, dari Bukalapak biasanya ada promo dan free ongkir," cerita mitra Bukalapak tersebut.
Selanjutnya Bukalapak juga akan mengintegrasikan layanan yang ada untuk bisa juga dimanfaatkan untuk Mitra Bukalapak. Seperti BukaMotor yang memungkinkan Mitra Bukalapak menjadi "perantara" untuk membelikan sepeda motor masyarakat yang ada di sekitarnya.
Mitra Bukalapak juga akan mampu menerima pembayaran menggunakan berbagai macam jenis e-money karena sudah menerapkan QRIS (QR code Indonesia Standar), sebuah standar kode QR yang dikeluarkan pemerintah. Warung yang menjadi mitra juga dimungkinkan sebagai "agen" pencairan "saldo" dari mitra lainnya.
Kudo juga memiliki misi yang sama, menghadirkan layanan lengkap bagi para penggunanya, perlahan-lahan melengkapi dan menginovasi fitur dan yang ada. Kini tak hanya produk digital, pembayaran tagihan, dan pembelian stok barang para pengguna Kudo sudah bisa melakukan kirim dan setor uang dan membantu proses pendaftaran menjadi driver Grab.
"Salah satu hal yang menjadi fokus saat ini adalah memberikan layanan keuangan digital kepada masyarakat luas dengan keterbatasan akses digital dan perbankan melalui kolaborasi dengan BNI untuk menghadirkan layanan kirim uang melalui jaringan agen Kudo," terang Agung.
Kudo sejak bulan Februari silam mulai mengkapanyekan #MajuinWarung. Selain kemudahan akses untuk "kulakan" atau stok barang mereka juga akan mendapatkan konsultasi yang diberikan langsung oleh tim Kudo. Tim tersebut secara berkala akan memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan usaha warung para agen Kudo.
Mengusung semangat yang sama Warung Pintar melakukan pendekatan yang berbeda. Mereka mengubah warung tak hanya dari produk dan layanan digital tetapi juga secara fisik. Menyulapnya menjadi tempat yang nyaman dan cukup "cozy" dengan hadirnya wifi, televisi, kulkas, akses wifi dan beberapa perlengkapan lainnya.
Warung Pintar awalnya dimulai sebagai proyek spesial di East Ventures. Mereka menangkap keresahan Pak Jun, pemilik warung di depan coworking space Jakarta Smart City Hive, yang khawatir warungnya tutup. Berangkat dari sana tim Warung Pintar memindahkan lokasi warung Pak Jun ke dalam area parkir dan merenovasinya.
Selang satu bulan kemudian pendapatan Pak Jun pun meningkat hingga 7 kali. Dari sanalah kemudian merevolusi warung dengan teknologi menyimpan potensi menyelesaikan masalah yang dihadapi pemilik warung.
“Kami terus berinovasi dan mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan serta mitra kios agar teknologi yang kami kembangkan dapat diakses dan mudah digunakan oleh mereka. Kami terus mencoba memecahkan masalah hyperlocal yang dimiliki para warung ini setiap hari dengan teknologi terbaru serta pengetahuan global tentang produk. Oleh karena itu kami tengah membangun tim engineering dengan pemahaman teknis yang kuat dan hati yang besar bagi masyarakat Indonesia,” jelas CTO Warung Pintar Sofian Hadiwijaya kepada DailySocial Agustus tahun lalu.
Upaya untuk menyejahterakan warung juga dilakukan oleh Wahyoo. Mereka menghadirkan sebuah konsep yang akan mengintegerasikan teknologi dengan usaha warung makan. Termasuk dari segi tampilan dan distribusi bahan-bahan makanan.
Sejauh ini Wahyoo menawarkan kemudahan bagi pemilik warung untuk berbelanja kebutuhan seperti bumbu dan kebutuhan makanan. Namun pendiri sekaligus CEO Wahyoo Peter Shearer menjanjikan sejumlah inovasi teknologi lainnya yang akan digunakan oleh pengguna Wahyoo.
"Wahyoo punya beberapa pipeline teknologi untuk mendukung warung makan. Saat ini produk teknologi yang kami keluargan berupa aplikasi yang memudahkan pemilik warung untuk berbelanja. Tapi kedepannya akan ada beberapa teknologi yang kami luncurkan seperti penggunaan POS dan aplikasi khusus pelanggan warung makan," terang Peter.
Adopsi teknologi masih jadi tantangan
Sama halnya dengan solusi berbasis teknologinya, proses menginovasikan warung juga dihadapkan dengan tantangan adopsi teknologi yang belum banyak menyentuh para pelaku warung. Mau tidak mau harus ada pendampingan atau tim khusus yang membantu penetrasi teknologi hingga ke mitra.
Wahyoo misalnya, mereka dihadapkan tantangan ketika menjumpai beberapa pemilik warung yang sudah berumur dan belum menggunakan smartphone.
"Tantangannya lebih karena beberapa pemilik warung sudah berumur dan belum menggunakan smartphone atau yang meminjam milik anaknya. Tapi kami rasa itu bisa kami atasi dengan beberapa program kami, yaitu pembiayaan elektronik," jelas Peter.
Kudo pun juga demikian, dengan pasar Indonesia yang cukup beragam dan masih banyak warung tradisional yang sama sekali belum tersentuh teknologi, tantangannya adalah mengajak mereka untuk mau belajar dan mengoptimalkan teknologi. Tentunya dengan strategi yang berbeda-beda.
"Salah satu strategi yang kami lakukan adalah dengan merekrut tim lokal yang benar-benar memahami kebiasaan dan kebutuhan masyarakat sehingga strategi kami dapat terimplementasikan dengan baik, dan juga dengan menghadirkan teknologi yang mudah digunakan oleh para pemilik warung ini untuk dapat memaksimalkan usaha mereka," jelas Agung.
Bagi Bukalapak tantangan terbesar dalam upaya membuat warung naik kelas adalah menciptakan infrastruktur teknologi dan edukasi yang tepat bagi mitra-mitra mereka, terutama untuk meyakinkan bahwa teknologi yang sedang dikembangkan bisa memberikan dampak positif bagi mitra.
"Kami juga terus berupaya untuk memberdayakan para mitra Bukalapak melalui berbagai pelatihan, karena kami yakin, yang terpenting dalam meningkatkan potensi ekonomi digital adalah daya saing dan kualitas SDM yang harus kita tingkatkan terus," jelas Danu.
Proses untuk hadir di seluruh negeri
Baik Bukalapak, Kudo, Warung Pintar dan Wahyoo tengah mengusahakan yang terbaik untuk solusi yang mereka kembangkan. Danu mengklaim saat ini mereka sudah memiliki lebih dari 900.000 mitra warung dengan 14 pusat distribusi yang berada di Sumatera dan Jawa. Sementara untuk mitra yang bersifat individu atau perorangan sudah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Bukalapak bahkan optimis bisa mendapatkan 3 sampai 3,5 juta mitra, baik mitra warung maupun individu, di tahun ini. Sebab Mitra Bukalapak adalah salah satu fokus perusahaan saat ini. Danu juga berujar bahwa akan ada banyak kejutan di semester dua tahun ini dari Bukalapak.
"Potensinya tidak terbatas, untuk sekarang kita masih fokus apa yang sedang kita kerjaan ngurusi warung. Begitu kita bisa bermitra dengan tempat centre of society kesempatannya terbuka lebar. Mudah-mudahan kita bisa ke sana (shifting offline ke online). Potensinya masih terbuka luas," terang Danu.
Untuk Kudo, yang sejak Mei 2017 diakusisi Grab telah berhasil membantu mendaftarkan 800.000 pengemudi Grab melalui agennya. Kerja sama dengan Ovo dan BNI juga menambah fungsionalitas layanan Kudo menjadi lebih lengkap. Hingga saat ini pihak Kudo mencatat sudah berhasil mendapatkan 2,4 juta agen yang tersebar di lebih dari 500 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
"Rencana di 2019 ini adalah memfokuskan pemberdayaan pada pengusaha kecil dan menengah, terutama warung-warung di Indonesia untuk bisa maju, lebih produktif meningkatkan kesejahteraan serta berkontribusi membangun bangsa melalui teknologi dengan Kudo," ujar Agung.
Untuk Warung Pintar, yang beberapa waktu lalu mengamankan pendanaan seri B senilai 390 miliar dari SMDV, Vertex, Pavilion Capital, Line Ventures, Digital Garage, Agaeti, Triputra, Jerry Ng, Ev Growth dan Ovo, berusaha untuk melebarkan jangkauannya di seluruh pulau jawa.
"Rencana dari Warung Pintar selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke pulau jawa dan menambah jumlah warung sebanyak 5000 warung. Serta terus berinovasi untuk menciptakan produk yang dapat meningkatkan kapabilitas bisnis warung," terang Business Development Associate Warung Pintar Dista Mirta Ayu.
Sementara itu Wahyoo, yang memulai debut di 2017, tahun ini menargetkan untuk bisa menginovasi 13.000 warteg (warung tegal). Sejauh ini mereka sudah berhasil menyematkan teknologi di lebih dari 7.000 warteg di Jakarta dan sekitarnya. Dukungan dari investor akan dimaksimalkan untuk peningkatan layanan dan perluasan wilayah.
"Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk serta tim kami, agar Wahyoo bisa menghadirkan pelayanan yang lebih baik kepada para mitra warteg kami serta meningkatkan jangkauan kami ke wilayah yang lebih luas lagi. Saat ini mitra kami masih berpusat di Jakarta. Ke depannya, kami berharap untuk menjangkau wilayah Jabodetabek," jelas Peter mengomentari pendanaan yang didapat beberapa waktu lalu.