1. DScovery

Grosir: Pengertian, Keuntungan, Jenis, dan Bedanya dengan Eceran

Berikut rangkuman informasi mengenai pengertian grosir hingga perbedaan dengan eceran buat kamu yang ingin berbisnis di bidang ini.

Grosir adalah istilah yang sering digunakan dalam transaksi perdagangan. Misalnya, grosir ditemui ketika kamu sedang berbelanja di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia. Hal yang paling mencolok dari grosir tentunya perbedaan harga grosir dengan harga eceran.

Nah, untuk lebih memahaminya, kami akan membahas pengertian, jenis serta perbedaan antara grosir dan eceran. Simak terus artikel ini!

Apa Itu Grosir?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, grosir artinya pedagang yang menjual barang dalam jumlah besar. Sedangkan, menurut ahli bisnis, Irma Nilasari dan Sri Wilujeng, grosir adalah pihak perantara pedagang yang saling terikat perdagangan dalam kuantitas banyak dan tidak melayani konsumen tingkat akhir.

Secara umum, arti wholesaler atau grosir adalah pembelian dalam skala besar. Grosir dilakukan oleh banyak pedagang besar yang ingin membeli barang dalam jumlah banyak namun dengan harga rendah. Sesuai anggapan ahli, pedagang grosir juga dianggap sebagai perantara produsen dan pedagang eceran dalam perdagangan.

Nantinya, barang tersebut akan dijual kembali ke pedagang eceran dengan selisih harga tertentu. Dari selisih harga itulah, pedagang grosir mengambil keuntungan. Kemudian, barang yang sudah dibeli akan dijual dalam toko grosir dengan harga khusus.

Harga itulah yang kemudian disebut sebagai harga grosir atau harga yang dikenakan kepada pedagang eceran untuk jumlah pembelian tertentu. Sedangkan, toko grosir adalah toko pedagang grosir yang menjual barang-barang dengan harga grosir.

Keuntungan Penjualan Grosir

Penjualan grosir akan lebih menguntungkan dari sisi komoditas, meskipun harganya lebih murah dari eceran. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pedagang grosir membeli barang dengan jumlah banyak namun dengan harga murah.

Dari sinilah, pedagang grosir akan melakukan mark up atau memberikan selisih harga dari barang yang dibeli untuk dijual kembali ke pihak lainnya. Dengan mark up yang kecil saja, pedagang grosir sudah untung mengingat jumlah barang yang dibeli.

Mari kita bahas dalam sebuah contoh kasus.

Misalnya, ada seorang pedagang grosir yang bergerak di industri pakaian. Produsen memberlakukan harga grosir untuk produk kaos anak-anak seharga Rp 30.000 untuk pembelian minimal 500 pcs. Maka, pedagang grosir butuh setidaknya Rp 15 juta untuk membelinya.

Yang dilakukan kemudian adalah melihat harga eceran pakaian anak-anak di pasar. Katakanlah, harga ecerannya adalah Rp 50.000. Maka, pedagang grosir bisa menjual di harga Rp 40.000 atau harga apapun yang di bawah Rp 50.000.

Dalam kasus ini, coba gunakan Rp 40.000. Kemudian, pedagang grosir juga harus menentukan minimal pembelian, misalnya kita pakai pembelian minimum 1 lusin. Apabila satu lapak eceran membeli dengan minimum 1 lusin, maka ia harus membayar Rp 480.000.

Dari sinilah keuntungan yang didapat pedagang grosir, yaitu sebesar Rp 120.000 yang berasal dari selisih harga produsen dengan harga grosir dikalikan dengan jumlah pembelian. Tak saklek dengan aturan tersebut, pedagang grosir bisa mengutak atik penjualan grosir untuk mendapat keuntungan maksimal.

Misalnya dengan menurunkan harga menjadi Rp 35.000 per pcs, namun dengan jumlah minimum pembelian yang dinaikkan, yaitu 3 lusin. Meski lebih murah, keuntungan yang didapat akan lebih banyak yaitu Rp 180.000.

Jenis-Jenis Grosir

Mungkin kamu baru mengetahui jenis grosir yang ada di pasar atau di toko dekat rumahmu. Namun, terdapat banyak jenis grosir yang perlu kamu ketahui jika ingin berbisnis di bidang ini.

Berdasarkan Barang yang Dijual

  1. The Specialist Wholesaler (pedagang grosir khusus). Sesuai namanya, pedagang grosir satu ini hanya membeli barang tertentu yang spesifik dalam jumlah banyak. Misalnya, seorang pedagang grosir hanya menyediakan stok pakaian anak. Maka, ia tidak membeli pakaian lainnya misalnya pakaian dewasa atau yang sejenisnya.
  2. The General Line Whosaler (pedagang grosir umum). Sebagai kebalikan dari jenis yang pertama, pedagang grosir tipe ini akan menjual berbagai merek dan variasi produk. Selain itu, jika pedagang grosir khusus memilih satu bidang tertentu, maka tipe ini akan menyetok berbagai barang meski di bidang yang berbeda.

Berdasarkan Luas Daerah Usaha

  1. The Regional Wholesaler (pedagang grosir wilayah/provinsi). Adalah grosir yang cakupan pemasarannya berada di wilayah atau negara bagian tertentu. Tak menutup kemungkinan bahwa pedagang grosir jenis ini juga memperluas pasarnya ke wilayah yang berdekatan. Contoh grosir jenis ini adalah grosir di wilayah Surabaya yang juga mencakup Sidoarjo karena jaraknya yang relatif dekat.
  2. The Local Whosaler (pedagang grosir lokal). Merupakan grosir di tingkat kota/kabupaten yang cakupan pasarnya terbatas pada wilayah lokal terkait. Contohnya adalah pedagang grosir kota Jakarta yang menjual barang grosir terbatas di kota tersebut.
  3. The National Wholesaler (pedagang grosir nasional). Sesuai namanya, jenis pedagang grosir ini menjual barang grosir di level nasional, misalnya layanan grosir di negara Indonesia. Mereka mempunyai kantor pusat yang akan mengantarkan grosir ke semua wilayah Indonesia.
  4. The International Wholesaler (pedagang grosir internasional). Pedagang grosir jenis ini memiliki level tertinggi, yaitu internasional. Dengan level tersebut, mereka akan melakukan ekspor/impor, atau bahkan melakukan keduanya.

Berdasarkan Lapangan Kegiatan

  1. The Service Wholesaler (grosir penuh). Jenis ini merupakan pihak yang kegiatannya murni melakukan apa yang umumnya dilakukan oleh seorang pedagang grosir secara penuh. Misalnya, dari kegiatan pembelian barang, mengurus gudang, hingga pengantaran pesanan ke pedagang eceran. Biasanya, jenis ini dilakukan oleh perusahaan penyedia barang tahan lama dalam jumlah yang sangat besar.
  2. The Whole Collector (grosir pengumpul). Sedangkan, pedagang grosir jenis ini mengumpulkan barang karena keinginan sendiri ataupun karena mendapat pesanan terlebih dahulu.
  3. The Limited Function Wholesaler (grosir terbatas). Jenis ini merupakan kebalikan dari grosir penuh di mana pedagang grosir hanya melakukan sebagian kegiatan atau terbatas pada kegiatan tertentu dalam grosir. Misalnya dengan hanya melakukan pembelian dan pengantaran barang, tanpa menyimpan barang di gudang.
  4. Truck Wholesaler (grosir truk). Sebagai turunan dari grosir terbatas, pedagang grosir jenis ini hanya melakukan kegiatan pengiriman barang menggunakan truk.
  5. Cash Carry Wholesaler (grosir tunai). Sesuai namanya, transaksi penjualan grosir jenis ini dilakukan dengan pembayaran secara tunai di tempat alias toko grosir terkait. Selain itu, tidak ada jasa pengiriman barang seperti pada grosir truk.
  6. Mail order wholesaler (grosir pesanan lewat pos). Adalah kegiatan grosir yang transaksinya melalui pos. Pedagang eceran memesan barang, lalu pedagang grosir akan mengirimkannya melalui layanan pos untuk mengurangi biaya operasional pengiriman.
  7. Manufacture wholesaler (grosir pabrik). Pedagang grosir jenis ini melakukan kegiatan grosir sebagai pemasok kebutuhan barang dari industri tertentu. Misalnya, grosir kain untuk pabrik pembuat pakaian.
  8. Dropshipper (grosir pengiriman). Istilah ini menjadi sangat umum belakangan ini, karena menjadi bisnis yang cukup menjanjikan di mana seorang dropshipper tidak perlu menyimpan barang untuk mendistribusikannya. Dropshipper hanya perlu mempromosikan barang, lalu barang tersebut akan dikirimkan langsung oleh produsen ke konsumen.

Perbedaan Grosir dan Eceran

Perbedaan paling kentara antara grosir dan eceran adalah harga dan jumlah barang. Grosir adalah pembelian barang dengan harga grosir tetapi dalam jumlah banyak. Harga grosir adalah harga untuk pembelian barang dalam jumlah tertentu.

Sedangkan, eceran adalah pembelian tunggal atau dengan jumlah lebih sedikit dari grosir yang dikenai harga satuan. Meski begitu, terdapat beberapa perbedaan lainnya yang dapat diidentifikasi mengenai grosir dan eceran, yaitu sebagai berikut.

  1. Hubungan perdagangan. Pedagang grosir akan menjalin hubungan dengan produsen dan pedagang eceran. Sedangkan pedagang eceran akan menjalin hubungan dengan pedagang grosir dan konsumen tingkat akhir.
  2. Harga dan jumlah barang. Harga grosir akan selalu lebih murah daripada harga eceran. Selain itu, jumlah komoditas grosir juga lebih besar daripada eceran.
  3. Modal awal bisnis. Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis grosir lebih besar daripada eceran karena harus membeli barang dengan jumlah banyak. Besaran modal awal akan bergantung dengan bidang bisnis yang digeluti. Misalnya untuk membuka toko grosir sembako, rata-rata membutuhkan modal Rp 500 juta di awal.
  4. Keuntungan dalam satu transaksi. Penjualan grosir tentunya lebih menguntungkan dalam satu transaksi karena komoditasnya, meski harganya lebih murah
  5. Rantai distribusi. Penjualan grosir bisa ke pihak manapun tergantung jenis bisnisnya, misalnya pengecer, pedagang besar lainnya, perusahaan industri, hingga lembaga pemerintah. Grosir tidak menjual langsung kepada konsumen tingkat akhir. Sedangkan, rantai distribusi pedagang eceran akan selalu bertemu dengan konsumen tingkat akhir secara langsung.
  6. Aspek marketing. Bisnis grosir tidak memiliki syarat yang dibutuhkan untuk menjual barang secara eceran, misalnya membuka toko yang strategis atau kebutuhan biaya promosi. Sebaliknya, toko eceran harus memilih lokasi strategis dan tak jarang butuh biaya untuk mempromosikan tokonya.

Demikian pembahasan hari ini mengenai pengertian grosir hingga perbedaanya dengan eceran. Perlu diingat bahwa bisnis grosir memang menguntungkan, tetapi kamu juga harus menyiapkan modalnya yang relatif besar. Selamat berbisnis!

Sumber gambar header: Pixabay

{$categories[0]['slug']}