Hal-hal yang Harus Disiapkan Mahasiswa IT Saat Masuk ke Dunia Industri
Menguasai keterampilan dasar seperti algoritma dan matematika
Di universitas, jurusan IT dan ilmu yang serumpun seperti ilmu komputer, teknik informatika, dan sistem informasi tergolong menjadi jurusan favorit. Hal yang cukup wajar mengingat industri digital yang kian maju di Indonesia. Tapi dengan banyaknya lulusan IT di Indonesia diikuti dengan kabar mengenai kualitas lulusannya yang mengecewakan. Lalu bagaimana seharusnya mahasiswa atau lulusan IT agar memiliki kualitas yang industri inginkan?
Banyak yang beranggapan bahwa perbedaan kualitas pendidikan IT di Indonesia dan industri IT yang ada disebabkan oleh lingkungan belajar mereka. CEO Dicoding Narenda Wicaksono menilai beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah sumber daya pendidik yang tidak up to date, tidak terhubungnya dunia pendidikan dengan industri, dan terlalu banyaknya informasi yang diterima sehingga pemahaman mahasiswa tidak terlalu dalam.
Beberapa orang menganggap hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius, beberapa lainnya tidak. Direktur Samsung R&D Indonesia Risman Adnan adalah salah satu orang yang memandang jurang kualitas dunia pendidikan dan industri adalah sebuah kesempatan. Kesempatan bagi perusahaan yang bisa membimbing dan menginspirasi mereka menjadi orang-orang berkualitas dan berkompetensi di dunia IT.
Menurut Risman, permasalahan ketersediaan informasi dan bahan belajar sudah terpecahkan. Berkat teknologi yang ada, cara belajar mereka berubah. Tak hanya sebatas di ruang kelas, mereka bisa memanfaatkan kurus daring, dan buku-buku digital sebagai sumber ilmu atau informasi.
Permasalahannya adalah belajar membutuhkan rasa ingin tahu. Risman memaparkan bahwa isu utama di Indonesia adalah kekurangan orang-orang pemikir cerdas yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa. Di sinilah perusahaan bisa mengambil keuntungan. Menginspirasi mereka dengan menumbuhkan rasa ingin tahu untuk belajar.
Kemampuan utama yang harus dimiliki mahasiswa IT
Bagi kalian lulusan IT tentu sudah akrab dengan lowongan pekerjaan yang mencantumkan penguasaan teknologi atau bahasa pemrograman tertentu. Sesuatu yang beragam. Pernahkah terlintas pertanyaan sebenarnya kemampuan apakah yang wajib dikuasai? Kedua narasumber sepakat bahwa algoritma menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki.
Seperti disebutkan di atas akses informasi kini semakin tidak terbatas. Permasalahan-permasalahan teknis dapat dengan mudah teratasi jika mahasiswa menguasai kemampuan dasar seperti algoritma dan kemampuan memahami dan memecahkan sebuah masalah.
Narenda secara spesifik menyebutkan struktur data dan pengetahuan pemrograman berbasis obyek sebagai pendamping kemampuan algoritma. Sedangkan Risman menekankan pada kemampuan dan keterampilan untuk mempelajari hal-hal kompleks sebagai hal yang wajib dimiliki seorang lulusan IT.
“Ambil contoh kemampuan membaca. Ada berapa banyak engineer yang masih membanyak buku konseptual? Atau (ambil contoh) pemecahan masalah, ada berapa dari mereka (engineer) yang masih mengembangkan kompetensi inti mereka pada algoritma? Ini adalah keterampilan dasar yang hilang dan menjadi akar pemasalahan sumber daya di Indonesia.” ujar Risman.
Tips bagi mahasiswa IT untuk menguasai keterampilan IT
Ada banyak cara untuk belajar menguasai keterampilan di dunia IT. Narenda menyebutkan beberapa cara yang bisa dicoba adalah dengan bergabung dengan komunitas. Bergabung dengan komunitas bisa memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi terkini. Selain komunitas, Narenda juga menganjurkan untuk terlibat dalam pengembangan proyek, membuat proyek sendiri, atau mengikuti kompetisi agar memiliki deadline dan terbiasa dengan jadwal yang tertata rapi.
Sementara itu Risman menyarankan agar para mahasiswa mematangkan konsep matematika dan algoritma. Ini bisa sangat membantu mahasiswa dalam berpikir sistematis dan memudahkan dalam mengadopsi teknologi terbaru.
“Saran saya bagi mahasiswa adalah benar-benar menempatkan perhatian pada keterampilan dasar di perkuliahan. (Hal ini bisa) Memudahkan untuk mengejar ketertinggalan teknologi kemudian, tapi tidak sebaliknya,” ungkap Risman.