1. Startup

IDA, Bekraf, dan Baidu Rilis Studi Konsumsi Media Online di Indonesia

Snapchat, Go-Jek, OLX dan BBM merupakan aplikasi favorit yang paling banyak diunduh di perangkat smartphone Android

Indonesian Digital Association (IDA), Baidu, dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) hari ini meluncurkan riset “Studi Konsumsi Media Online” di kantor Kaskus Jakarta. Acara yang turut dihadiri oleh Ketua IDA Edi Taslim, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Country Director Baidu Bao Jianlei mengupas semua tren serta tingkat konsumsi berita melalui smartphone yang ternyata merupakan perangkat tertinggi di perkotaan Indonesia.

“Saat ini masih kurang riset yang dikeluarkan terkait dengan konsumsi media terhadap pemberitaan secara online, tentunya dengan diluncurkannya hasil studi ini dapat membantu angoota IDA secara khsusus dalam hal memberikan konten yang menarik dan bermanfaat untuk publik,” kata Edi.

Sementara itu Bekraf menyambut baik adanya riset yang dikeluarkan khusus untuk memantau aktifitas yang terjadi oleh konsumen terkait pemberitaan di smartphone, dengan demikian Bekraf selaku lembaga yang menaungi banyak insan periklanan dan lainnya dapat menerapkan hasil riset ini dengan baik dan tentunya tepat sasaran.

“Kami mengajak para kreator untuk terus berkreasi dan pintar dalam memanfaatkan teknologi. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru ekonomi digital di Asia,” kata Triawan Munaf.

Indonesia sebagai negara di Asia Tenggara yang dikenal sebagai Mobile-First Country, memiliki kebiasaan yang cukup unik dan tentunya berbeda dengan negara lainnya di Asia Tenggara. GfK selaku perusahaan market research terkemuka di Indonesia, melakukan riset di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung dan Semarang di penghujung tahun 2015 dan mencakup 1521 panelis serta 775 responden yang dilakukan wawancara langsung.

Mengupas potensi media dan pemasaran berdasarkan panel digital media

Keberadaan smartphone saat ini sudah banyak merubah kebiasaan masyarakat memanfaatkan informasi, mengkonsumsi barang dan lainnya. Semua hal tersebut biasa dilakukan secara multitask oleh sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia.

Dengan makin banyaknya konten yang ada di dunia digital saat ini, tentunya menjadikan tantangan untuk advertiser dan agency untuk menilai konten seperti apa yang sesuai, dimana lokasi, device apa yang ingin ditarget dan masih banyak lagi. Itulah perubahan yang dihasilkan berdasarkan makin maraknya konten digital saat ini.

Dalam hal ini, GfK melakukan pendekatan dengan cara multi approach untuk mendapatkan hasil studi yang relevan. Riset dikategorikan dalam 3 bagian, yaitu device behaviour, media behaviour (TV, radio, print, majalah) dan other data set (purchase data, demographic, lifestyle data)

Hasil studi menghasilkan bahwa pembaca berita online cenderung didominasi oleh kelompok usia 33-42 tahun dan lebih banyak dari kalangan pria daripada wanita. 60% di antaranya membaca berita secara rutin tiap minggu sementara 24% lainnya membaca berita setiap hari. Dari segi status sosial ekonomi lebih banyak didominasi oleh SES A dan B.

Konten yang paling banyak dibaca di smartphone di antaranya adalah berita hiburan, musik, dan film, disusul dengan isu sosial masing-masing mencapai 73% dan 70%. Sementara itu Detik merupakan portal berita favorit yang dipilih oleh responden disusul dengan BABE. Yang perlu diperhatikan oleh media online yang ada, terkait dengan pembuatan konten idealnya adalah buatlah konten yang bisa disesuaikan dengan target pasar yang ada, mulai dari kalangan millenial, pekerja hingga orang tua.

Sementara itu pembaca Indonesia lebih menyukai berkunjung ke situs yang menyuguhkan berbagai tipe konten sebanyak 83% dan sebanyak 17% lebih memilih untuk membaca di situs yang spesifik membahas kategori konten tertentu. Hal ini juga berhubungan dengan lanskap pemain lokal yang pada umumnya memang lebih banyak didominasi oleh situs berita umum. Sebagian besar responden menemukan berita melalui mesin pencari dengan persentase 31%, kanal di situs 28%, dan melalui media sosial sebanyak 24%, sementara hanya 10% saja yang langsung membuka dari halaman muka situs.

Snapchat, BBM, OLX, dan GO-JEK aplikasi favorit

GfK juga mencatat durasi pemakaian smartphone setiap harinya rata-rata sebanyak 5,5 jam, dan sebanyak 44 kali aplikasi dibuka oleh pengguna setiap harinya. Untuk platform chat messaging BBM dan WhatsApp masih mendominasi dan merupakan chat platform favorit di Indonesia. Sementara untuk media sosial, Facebook mengalami jumlah penurunan dan kenaikan yang kerap berubah sementara Instagram terus merangkak naik, mulai dari jumlah pengguna hingga engagement.

Untuk platform mobile, Android di Indonesia masih mendominasi dengan besar persentase 96%. Untuk aplikasi yang paling banyak diunduh oleh pengguna dalam smartphone adalah games/permainan, disusul dengan chat/messaging dan tentunya media sosial. Clash of Titans merupakan games paling banyak diunduh, Snapchat merupakan layanan pesan foto yang paling digemari, OLX menjadi aplikasi terkait e-commerce yang paling populer, dan GO-JEK merupakan aplikasi transportasi yang paling banyak diunduh oleh pengguna Android di Indonesia.

Yang menarik dalam hasil studi tersebut turut dibahas consumer behavior mengenai alasan konsumen mengunduh aplikasi, menghapus dan menjadikan aplikasi tersebut useful dan useless.

Secara keseluruhan hasil riset terbilang cukup lengkap dan tentunya rekevan dengan industri terkait, namun demikian hasil studi yang diluncurkan oleh IDA, Bekraf dan Baidu ini belum bisa dikonsumsi untuk publik dan hanya untuk kalangan terbatas. Seperti yang dijanjikan oleh Baidu, dalam waktu dekat Baidu juga akan merilis hasil studi penggunaan aplikasi mobile di Indonesia.

“Baidu sepenuhnya mendukung pengembangan ekosistem digital di Indonesia, pengadaan riset menjadi penting karena industri digital perlu didukung data industri untuk bisa berkembang. Kami berharap riset ini menjadi salah satu acuan bagi pemain digital di Indonesia dan mempelajari kebiasaan netizen di Indonesia,” ungkap Country Director Baidu Bao Jianlei.