Capai 100 Ribu Pelanggan, Layanan Video on Demand Iflix Masuki Indonesia Akhir Tahun
Sudah tersedia di Malaysia dan Filipina bekerja sama dengan operator seluler lokal, sebentar lagi memasuki pasar Thailand
Layanan streaming video on demand (VOD) Iflix mengumumkan pencapaian 100 ribu pelanggan dalam enam minggu setelah ketersediaannya di Malaysia dan Filipina. Mereka bakal memasuki pasar Thailand dalam waktu dekat dan menjanjikan kehadiran di Indonesia sebelum akhir tahun. Dalam lima tahun ke depan, Iflix menargetkan memiliki lebih dari 20 juta pelanggan.
Layanan yang pada dasarnya meniru model bisnis Netflix ini didirikan oleh Catcha Group yang berbasis di Malaysia. Di Indonesia grup bisnis ini memiliki beberapa marketplace, seperti rumah123, mobil123, dan RumahdanProperti.com. Saat ini Iflix telah tersedia di Malaysia dan Filipina bekerja sama dengan operator seluler setempat.
Melihat absennya Netflix di kawasan ini dan tingginya permintaan akan layanan VOD berbasis Internet, Iflix akan bersaing dengan HOOQ untuk menggaet lebih banyak pelanggan Asia Tenggara. HOOQ diinisiasi oleh SingTel Group.
Iflix saat ini bisa diakses melalui desktop dan aplikasi mobile dan tablet. Mereka juga baru-baru ini memberikan paket bundle Chromecast untuk kemudahan menyaksikan di layar televisi. Biaya yang dikenakan kurang dari $3 (kurang dari Rp 36 ribu) per bulan, baik di Malaysia maupun Filipina untuk menyaksikan film dan serial televisi secara tak terbatas setiap bulannya.
Iflix sendiri bakal tersedia di Thailand dalam waktu dekat dan CEO Iflix Malaysia Azran Osman-Rani kepada Digital News Asia menjanjikan kehadiran Iflix di Indonesia sebelum akhir tahun. Melihat pola yang ada, besar kemungkinan Iflix akan menggandeng XL Axiata sebagai partner, apalagi Osman-Rani sendiri pernah menjadi Komisaris XL. HOOQ sendiri hampir pasti masuk ke Indonesia bersama Telkomsel yang merupakan bagian SingTel Group.
Group CEO Iflix Mark Britt tentang pertumbuhan Iflix menyebutkan, "Dunia digital memiliki peranan lebih besar di masyarakat saat ini dan pola konsumsi telah berubah. Ketimbang sekedar bergantung pada televisi di rumah untuk konten berita, informasi, dan hiburan, mereka kini beralih ke perangkat pintar mereka untuk konten yang diinginkan apapun dan kapanpun."
"Kami mengekspektasikan jumlah pengguna smartphone di negara ASEAN mencapai 240 juta di tahun 2018, dengan 14-38% secara regular menggunakan ponselnya untuk menonton video berdurasi panjang," ujarnya.