Ilmuwan Kembangkan Wearable Device Untuk Lebah
Salah satu impian yang ingin direalisasikan para ilmuwan adalah menyempurnakan fungsi dan fleksibilitas wearable tech: jam tangan yang Anda pakai, kaca mata dengan augmented reality seperti Google Glass, hingga device VR.
Sejauh ini perangkat wearable tech hanya dirancang untuk memudahkan kehidupan manusia, tapi jarang di antara mereka yang dibuat untuk melestarikan kehidupan di bumi.
Namun akhirnya para ilmuwan asal Australia menemukan sebuah cara untuk memanfaatkan perangkat wearable untuk fungsi yang lebih 'mulia' tersebut. Ilmuwan asal Hobart, Tasmania yang tergabung dalam nama CSIRO berhasil menciptakan device untuk dikenakan oleh lebah. Wearable device ini sangat kecil dan ringan - hanya berukuran 2,5 milimeter, sehingga tidak menyusahkan para lebah dalam melakukan 'aktivitas mereka' sehari-hari.
Info menarik: Valve: Virtual Reality Akan Merombak Kiblat Industri Hiburan ke Dunia Komputer
Lalu kita bertanya, mengapa harus lebah? Mengapa bukan semut, laba-laba atau jangkrik? Para ilmuwan tersebut menjelaskan bahwa mereka sedang mencari jawaban mengapa populasi lebah terus berkurang drastis. Tentu saja berkurangnya populasi lebih dalam jumlah sangat banyak akan mempengaruhi kesuburan, pertumbuhan dan penyebaran flora di bumi: kita tahu, lebah berperan besar dalam proses penyerbukan.
Dokter Paulo de Souza, salah satu pengembang device wearable untuk lebah dari CSIRO menjelaskan, "Dengan menggunakan teknologi ini, kami berupaya untuk mempelajari hubungan lebah dengan lingkungan. Dan perangkat tersebut akan membuat kita paham kondisi agar lebih hidup optimal serta apa yang menyebabkan koloni mereka terus berkurang."
Ia melanjutkan, "Lebah adalah serangga sosial dan bekerja dengan 'jadwal' yang mudah diprediksi. Karena alasan itu kita akan lebih mudah mengenal dan mengindentifikasi aktivitas mereka serta mempermudah mempelajari hidup lebah."
Info menarik: Dengan SmartWallit Pro Anda Tidak Akan Lagi Kehilangan Dompet
Lalu bagaimana mereka memasangkan device kecil ini di punggung lebah, bukankah lebah yang merasa terganggu akan menyengat? Ilmuwan CSIRO menemukan sebuah cara cerdas dan mudah: mereka masukkan lebah-lebah tersebut ke lemari pendingin, membuat mereka 'tertidur' sementara, lalu sensor wearable ini ditambatkan ke lebah dengan zat perekat. Menurut Dokter Paula, proses ini tidak berbahaya dan tidak mengganggu mereka terbang.
Tujuan utama proyek ini ternyata untuk mencari jawaban dampak penggunaan pestisida pada lebah. Device tersebut bekerja hampir sama seperti teknologi e-toll pass yang digunakan pada jalan-jalan tol di negara maju. Ia juga memiliki sensor RFID untuk merekam lebah saat sampai pada satu zona tertentu. Kemudian data akan terkirim secara otomatis ke komputer pusat, dan komputer akan menciptakan sebuah model pola pergerakan.
Selanjutnya, ilmuwan CSIRO mencoba membuat wearable tech untuk lalat buah dan nyamuk. Kini mereka sedang mengembangkan sensor sebesar satu milimeter...