Isu Terlupakan Industri Kreatif Berbasis Teknologi: Regenerasi SDM!
Dengan adanya menteri baru yang memimpin Kemenkominfo dan badan baru yang akan fokus untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif di Indonesia, seperti salah satu isu paling penting justru banyak dilupakan: regenerasi SDM yang luar biasa kurang. Infrastruktur dan regulasi memang isu krusial, saya setuju, tapi silahkan tanya semua startup teknologi di Indonesia, mereka semua pasti setuju dengan kurangnya SDM berkualitas yang mampu bekerja sesuai standard di industri teknologi.
Programmer, desainer, marketing, dari level entri, manajemen sampai eksekutif semua dicari untuk mengisi kekosongan di perusahaan teknologi baik itu level startup sampai ke korporasi. Sulitnya mencari SDM yang berkualitas ini menyebabkan melambungnya tingkat gaji untuk orang-orang yang memiliki keahlian tersebut. Meskipun hal ini bagus untuk para talenta yang sudah memiliki skill yang dicari, namun dalam jangka panjang hal ini bisa mengambat pertumbuhan laju industri kreatif berbasis teknologi Indonesia yang sedang berlari kencang.
Salah satu penyebab utama dari kekurangan ini adalah rendahnya kualitas lulusan TI yang memiliki skill signifikan dalam bidang programming. Tentu saja ada banyak lulusan TI yang memang benar-benar memiliki skill memadai atau bahkan lebih tinggi dari rata-rata, namun jumlah lulusan TI dengan kemampuan ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah lulusan TI tiap tahunnya. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang mengandalkan teknologi jadi terpaksa bajak sana-sini, yang pastinya menjadi tidak mudah untuk menggaji orang-orang ini dengan gaji yang tinggi karena demand yang tinggi.
Alangkah baiknya jika pihak swasta, mungkin difasilitasi oleh pemerintah untuk bisa bekerjasama untuk meningkatkan kualitas belajar para siswa SMK/STM atau mahasiswa untuk siap kerja di industri teknologi melalui pelatihan-pelatihan pemrogramman, desain, dan lain-lain. Beberapa organisasi dan institusi pendidikan sudah mulai memfasilitasi hal ini namun mengingat tingginya jumlah permintaan maka butuh bantuan untuk membuat program ini menjadi lebih masif.
Lagipula, bagaimana startup-startup kita mau menjadi startup kelas dunia kalau programmernya saja tidak ada?