Iwan Tantra: Entrepreneur adalah Seseorang yang Berani Memulai Sesuatu yang Tidak Pasti
Salah satu pendiri PinkEmma Iwan Tantra, pernah mendapatkan saran untuk tidak menjadi entrepreneur. Menurut pemberi saran, ia tidak memiliki pengalaman dalam berbisnis. Untungnya ia tidak menuruti saran itu seumur hidupnya. Setelah merasa cukup punya pengalaman dan keahlian, ia memutuskan terjun di bisnis digital.
“Beruntung saat itu saya (sempat) ikuti nasihatnya. Saya urungkan niat dan kemudian saya bergabung kembali dengan sebuah perusahaan. Nah di tempat inilah saya akhirnya bertemu dengan partner bisnis saya,” ujar lulusan Stanford University dengan gelar Master of Computer Science ini.
Hikmah yang dipetik Iwan untuk terjun ke dunia bisnis adalah seseorang harus mempunyai pengalaman dan pengetahuan terlebih dahulu, seperti yang disarankan temannya itu. Menurutnya dunia bisnis adalah dunia yang tidak bisa diprediksi dan dipastikan, sedangkan pengalaman dan pengetahuan adalah sesuatu yang bisa terus ditambah dan diasah oleh seorang calon pebisnis.
PinkEmma didirikan bersama empat orang partner lainnya. Meski terdiri dari lima C0-Founder, Iwan tidak merasa kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. "Bisnis itu diperlukan banyak keahlian. Membangun usaha dengan founder lebih dari satu tak masalah, asal kombinasi skill antara sesama founder saling melengkapi," ujarnya santai saat ditemui DailySocial.
Buat seorang Iwan Tantra, bisnisnya tidak jauh-jauh dari industri digital.
Sebelumnya ia pernah mendirikan Code Jawadi tahun 2002 yang bergerak di bidang software development sebagai Founder dan CTO. Berikutnya ia mendirikan Talktify, sebuah platform chat untuk belanja. "Saat ini Talktify digabungkan ke dalam PinkEmma dan sudah diimplementasikan dengan Kakaotalk," cerita penikmat whisky dan wine ini.
Iwan mengakui dirinya memiliki darah digital. "Saya terbiasa menangani bits and bytes. Dan ternyata yang paling asyik (dari) Internet itu adalah driving force dari segala macam perubahan pesat yang terjadi dalam 15 tahun terakhir ini. Klop deh. Hobi yang berdampak luas. Saya ingin menjadi bagian dan memberikan kontribusi di sini,” aku Iwan yang sejak SMP sudah tertarik di dunia pemrograman.
Meski "maniak komputer", saat kuliah sarjana Iwan malah mengambil jurusan Teknik Kimia di University of Minnesota-Twin Cities. Saat itu pilihannya lebih karena menuruti saran orangtua. Iwan mengungkapkan, “Katanya biar punya skill lain selain komputer. Namun setelah itu saat meneruskan gelar Master saya kembali kepada hobi saya.”
Alasan terjun menjadi entrepreneur diakui Iwan karena ingin memiliki kebebasan untuk bisa melakukan hal-hal yang disuka. Ia berkata “Dengan melakukan hal-hal yang saya suka dan dengan sepenuh hati, otomatis hasilnya akan lebih maksimal. My work becomes my life that I enjoy doing. Oh ya, sebelum menjadi entrepreneur saya sempat tiga kali bekerja di perusahaan. Dan tiga-tiganya tidak ada yang lebih lama dari 11 bulan.“
Tidak heran jika Iwan terlihat sangat menikmati mengelola PinkEmma. PinkEmma sendiri adalah layanan e-commerce fashion dan beauty, yang gencar menarik traffic konsumen dengan beragam program, termasuk menggandeng Kakaotalk untuk fasilitas chat to buy. Salah satu program PinkEmma yang cukup sukses menarik perhatian publik adalah PinkEmma Signature Line, tempat para selebriti memasarkan brand fashion mereka di PinkEmma. Selebriti yang sudah bergabung di antaranya adalah Zaskia Sungkar, Titi Kamal, dan Risty Tagor. Selain itu PinkEmma telah menggandeng lebih dari 200 brand dan memiliki kantor cabang di Bandung.
Tahun ini PinkEmma mematok pertumbuhan bisnisnya mencapai dua hingga lima kali lipat.
Menjadi seorang pengusaha, bagi Iwan, adalah berani memulai sesuatu karena benar-benar percaya. Percaya tidak saja berdasarkan fakta atau data tetapi lebih berdasarkan gut feeling, inner voice, dan menggunakan berbagai cara dan sumber daya untuk mencapai tujuan atau visi tersebut. "Semuanya demi satu, yaitu sebuah visi di mana the world is a better place,” tutupnya.