Aria Rajasa: “The Misfits” yang Sukses Jadi Entrepreneur Karena Merasa Tak Pas Bekerja Untuk Orang Lain
“The Misfits”, atau orang-orang yang punya perilaku berbeda dengan norma umum yang ada di sekitarnya, atau gencar mempertanyakan segala norma-norma itu, biasanya akan terasing atau paling tidak berjarak dengan lingkungan sekitarnya. Baik itu di sekolahan atau di pekerjaan. Tetapi ternyata, sikap atau perilaku demikian malah bisa membawa sukses sebagai entrepreneur.
Contoh nyatanya adalah Aria Rajasa, co founder Tees Indonesia dan Gantibaju, yang membawanya sebagai pemenang International Young Creative Entrepreneur (IYCE) 2011 bidang fashion.
Menurut pengakuan Aria sendiri kepada DailySocial, sejak kecil dia sudah dianggap anak yang aneh. “Saya dari dulu selalu mengira bahwa semua orang itu ketika lahir datang dengan user manual kecuali saya. I was always the weird kid in class, I never conform to anything and always questioning every little details,”ujar pria yang mengaku cita-citanya sejak kecil menjadi orang kaya.
“Susah sekali untuk menerima sesuatu karena harus diterima saja. Ini makin sulit karena saya selalu di sekolah negeri sampai kuliah,” tambah lulusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini.
Sikap yang tidak sejalan dengan norma umum itu ternyata berlanjut hingga Aria menjejak ke dunia kerja. “Di kantor juga tidak membaik, saat itu saya baru tahu kalau mempertanyakan bos itu ternyata dianggap kasar padahal kan ya demi kebaikan perusahaan juga. Tapi namanya juga kacung kampret ya jadi dikesampingkan terus, kesal juga jadinya.”
Bayangkan, dalam kurun waktu dua tahun ia pernah hingga enam kali berganti pekerjaan. Karena tak merasa cocok di mana-mana, ia pun memutuskan untuk menciptakan sendiri kondisi sesuai dengannya, yakni mendirikan perusahaannya sendiri. “It’s more of finding a place I can be myself.”
Keputusannya berbuah hasil. Perusahaan jasa desain yang didirikannya, Rajasa Grafika, menuai sukses. Kliennya cukup banyak, termasuk Hotel Hyatt dan Dharmawangsa. Tetapi ternyata itu belum cukup bagi “The Misfits” seperti Aria. Karena perusahaannya mengerjakan pekerjaan untuk para klien, maka kreativitasnya terbatasi.
Akhirnya bersama perusahaannya yang sekarang, Tees Indonesia, dia merasa nyaman dan leluasa mengeluarkan semua kreatifitas.
Tees Indonesia sendiri dapat menjadi cerminan sosok Aria yang selalu berusaha jujur dan menjadi dirinya sendiri. Tees Indonesia memang lahir untuk menyediakan merchandise yang kamu banget. “Inginnya mulai dari head to toe bisa di customize sesuai keinginan. Tetapi mulai dari yang teknologinya dipunyai dulu saja.”
“Saat ini kami mendapatkan banyak order untuk pesanan bulk order dengan waktu cepat and we’re getting good at it. Jadi sekarang sedang disiapkan untuk melayani pemesanan Sablon bukan DTG untuk pemesanan diatas dua lusin. Kecepatan pelayanan kami sekarang untuk satu pemesanan sampai 500 kaos bisa selesai dalam 5 hari. Kami sudah tes dengan kaos dan sekarang sedang mempersiapkan sistemnya dan juga untuk tipe produk yang lain.”
Selain itu, Tees Indonesia saat ini sedang melakukan kerjasama dengan brand yang tidak ingin memproduksi merchandise sendiri tetapi menginginkan stok merchandising berkualitas. “Kami handle shipping dan packaging untuk mereka juga.”
Meski saat mendirikan perusahaan Aria tahu sekali bukan tanpa masalah, namun ia mengaku lebih menikmati hidupnya sekarang. Baginya menjalankan bisnis adalah hal yang susah dan mudah sekaligus, “yang paling saya suka adalah tantangan yang terus datang dan selalu dinamis. Jadinya harus terus belajar. Setiap tahun tu kayaknya merasa ‘kok ya gue bego banget ya tahun lalu'”.
Namun ia merasa cukup beruntung karena dikelilingi oleh mentor yang mempercepat proses belajar, dan menimimalisir kesalahan. “Walaupun kesalahan masih banyak, tetapi semakin berkurang dari tahun ke tahun. “
Nah, lalu di tengah semua ini, mimpi apa yang masih dipunyainya? “Valuasi $100 juta, menyusul sukses Tokopedia! Sepertinya ini adalah mimpi yang layak untuk saya coba gapai,” ujarnya mantap.
Sign up for our
newsletter