1. Startup

Jawaban Untuk Mr.Murdoch Dari Google

Beberapa minggu ini berita tentang niatan Rupert Murdoch, seorang taipan media AS untuk menarik situs-situs media yang ada di bawah klannya dari index Google beredar di media-media internet. Beragam komentar muncul, baik yang setuju maupun yang mencoba menganalisis apa sebenarnya kemauan dari Mr. yang satu ini.

Secara sederhana keinginan Mr Murdoch untuk menutup akses Google atas media-media yang berada di bawah klannya, salah satunya karena income. Seperti kita tau industri media AS sempat terus terpuruk, baik segi oplah maupun income, majalah, koran dan berbagai media cetak konvensinal mulai berguguran, salah satu sebab yang dijadiakan tersangka atas peristiwa ini adalah internet dan segala kemudahan yang diberikannya akan akses berita.

Google sebagai search engine paling perkasa menjadi semacam sasaran empuk bagi Mr. Murdoch, dengan alasan banyak pembaca berita lewat jalan belakang dalam mencari berita di situs-situs yang ada dalam jaringan News Corp. Para pengguna Google News dianggap merugikan karena tidak membayar konten yang mereka baca. Jadi News Corp berencana untuk menarik semua konten yang di index oleh Google.

Seiring perkembangan, rumor serta perdebatan tentang hal ini, Google merevisi program First Click Free mereka. First Click Free sendiri adalah sebuah program yang memungkinkan pembaca melihat berita tanpa harus subscribe dengan aplikasi Google News atau Google Search. Pada tanggal 1 Desember kemarin, Google merevisi program ini dengan sebuah tambahan fungsi yang memungkinkan publisher atau penyedia konten berita untuk mengatur limit click yang bisa dimanfaatkan oleh pembaca. Limit ini disediakan oleh Google tidak lebih dari lima kali.

Bisa jadi revisi program ini menjadi jalan tengah untuk penyedia konten berita agar tetap memasukkan link situs mereka di Google, karena sebenarnya hasil pencarian itu menguntungkan dua belah pihak, baik publisher maupun Google.

Persaingan media konvensional dan internet memang tidak terlalu terasa di Indonesia, malah, publisher konvensional berlomba-lomba membuat situs untuk versi cetak mereka, dan para penyedia konten full on-line pun masih terus bermunculan. Ketika awal perkembangan internet yang begitu booming, memang sempat terdengar isu bahwa media internet akan mematikan media cetak, dan banyak publisher yang kemudian mendirikan versi online mereka, beberapa hanya ikut-ikutan tapi sebagai lagi secara serius mengemas versi on-line mereka dengan prinsip-prinsip web 2.0.

Tapi setidaknya, setiap perkembangan di negara maju tentu akan memberikan dampak (meski kecil)  pada negara berkembang, seperti Indonesia, apalagi perkembangan internet di sini, secara total masih dalam taraf belajar.

Apakah revisi program ini menjadi salah satu indikasi Google takut bersaing dengan Bing, karena beberapa rumor mengatakan bahwa Bing mendekati News Corp dan menyetujui rencana mereka untuk menarik konten dari mesin pencari Google. Ataukah ini salah satu strategi yang ingin dikembangkan Google sebagai jalan tengah, yang bisa mengakomodasi dua belah pihak, publisher juga user.

Bagaimana pendapat anda? Pilih Mr.Murdoch atau Google? Atau pilih jalan tengah? Share pendapat anda pada kolom komentar.