Kailoka, Brand Kerajinan Kayu Lokal yang Terus Semangat Berinovasi di Tengah Kompetisi
Harizal selaku Founder Kailoka, membagikan pengalaman berharganya dalam membangun Kailoka
Meski saat ini tengah ramai serangan brand luar ke dalam negeri, namun brand lokal masih mempertahankan eksistensinya dan terus berusaha mencuri hati masyarakat. Salah satu brand lokal yang semakin eksis, terutama di era digital seperti sekarang, adalah Kailoka.
Kailoka merupakan brand kerajinan kayu lokal yang banyak terbantu oleh adanya digitalisasi. Harizal, selaku Founder Kailoka, membagikan pengalaman berharganya dalam membangun Kailoka sebagai salah satu brand lokal yang bertahan dan berkembang di era internet.
Sebuah Solusi Pemanfaatan Kayu Sisa Furniture
Harizal merupakan seorang desainer interior sekaligus founder Kailoka. Dalam kesehariannya sebagai desainer interior, Harizal bercerita bahwa ia sering menemukan kayu-kayu sisa olahan furniture yang terbuang begitu saja.
Dari situlah ide untuk membuat bisnis yang memanfaatkan kayu muncul dan terbentuklah Kailoka yang namanya merupakan gabungan antara bahasa sunda dan sansekerta, Kai dan Loka.
“Kailoka adalah brand yang terdiri dari dua kata, bahasa sunda dan sansekerta, dimana Kai adalah Kayu dan Loka adalah tempat. Hal ini menggambarkan Kailoka adalah ide yang muncul karena profesi saya sebagai desain interior yang menemukan sering kali bahan kayu sisa olahan furniture yang terbuang,” kata Harizal.
Memulai dengan Segmen Market Luar Negeri
Tahun 2018 merupakan tahun yang mengawali perjalanan Kailoka dengan produk jam tangan ukir berbahan kayu. Meski kesulitan menarik minat market dalam negeri, namun dengan produk tersebut, Kailoka berhasil masuk ke pameran di Manila Fame.
“Kailoka dimulai 2018, dan mulai dengan produk jam tangan yang diukir, walaupun segmen market di indonesia masih kurang namun produk tersebut sempat membawa kailoka pameran di manila fame,” ujar Harizal.
Kemudian, di tahun 2019, Kailoka mulai berinovasi dengan merilis model-model baru yang menyesuaikan dengan target market dalam negeri.
Berhasil Bertahan dari Tekanan Ekonomi saat Pandemi
Jika membahas mengenai perjalanan bisnis di beberapa tahun terakhir ini, fenomena pandemi tidak bisa luput untuk dibicarakan. Banyak bisnis yang tersendat dari segi penjualan selama masa pandemi. Namun, untuk Kailoka, Harizal mengakui tidak mengalami hambatan dalam penjualan selama masa pandemi, melainkan proses produksi yang terganggu.
“Pandemi tidak mengganggu penjualan, namun mengganggu produksi kami dimana pekerja yang memproduksi mengalami tekanan ekonomi yang cukup kuat, sehingga mekanisme pembayaran yang sebelum pandemi digunakan tidak dapat digunakan lagi. Alhasil, produksi tersendat.”
Meski akhirnya sempat vakum pada 2020 akibat pandemi, Kailoka kini bisa kembali bangkit dan bertahan hingga sekarang. Di tahun 2021, proses produksi Kailoka kembali aktif dan penjualan mulai kembali berjalan lancar karena banyaknya fasilitas pameran dari pemerintah.
Tidak Menyerah dalam Menyuguhkan Produk Unik
Selain pandemi, tantangan lainnya yang dihadapi Kailoka menurut Harizal adalah menyuguhkan produk yang tidak hanya disukai, tapi juga unik dengan proses produksi yang mudah.
Tapi, meskipun hal itu merupakan tantangan tersendiri bagi Kailoka, namun Kailoka selalu berhasil untuk terus berinovasi menciptakan produk unik dan memenuhi keinginan pasar. Sehingga, Kailoka tetap ada sampai sekarang di tengah kompetisi era digital dengan brand luar dan brand lokal lainnya.
“Kami tetap ada sampai sekarang di tengah - tengah kompetisi yang ada karena kailoka menanamkan semangat untuk tidak menyerah dan terus berinovasi untuk unik dan menenuhi kebutuhan atau keinginan pasar,” kata Harizal.
Internet Berperan Besar dalam Setiap Proses
Berbicara mengenai peran internet bagi Kailoka, Harizal mengatakan bahwa internet memiliki peran sangat besar bagi Kailoka. Tidak hanya dari segi pemasaran, internet juga turut andil dalam proses pencarian ide dan proses produksi.
Dengan perkembangan internet yang cukup pesat belakangan ini, tak heran internet berperan besar dalam setiap proses perkembangan Kailoka. Kemajuan internet juga menghasilkan semakin banyaknya platform digital yang membantu bisnis berbagai skala berkembang.
Namun, bukan berarti sebuah bisnis harus menggunakan semua platform digital yang tersedia. Penggunaannya tentu tetap memperhatikan kebutuhan bisnis atau brand itu sendiri agar tetap efektif.
Untuk Kailoka, platform digital yang paling berperan besar adalah website Kailoka sendiri. Website toko online merupakan platform digital yang dipilih oleh Kailoka yang menggunakan sistem checkout melalui WhatsApp alih-alih melaluiwebsitee-commerce.
Rencana Merambah Pasar secara Online dan Offline
Adanya digitalisasi memungkinkan banyak bisnis dapat merambah pasar yang lebih luas secara mudah. Hal itu juga merupakan rencana Kailoka ke depannya. Dengan semakin mudahnya akses masyarakat karena digitalisasi, maka semakin mudah juga bagi Kailoka untuk menjangkau target market lebih luas.
“Pasti (mau merambah pasar lebih luas). Bahkan bukan hanya pada proses pemasaran, Kailoka sedang mempersiakan produk jam kayu yang dikombinasikan dengan teknologi digital,” terang Harizal.
Selain merambah pasar secara online, Kailoka kini juga mulai mengembangkan toko secara offline. Saat ini, kailoka telah mendapatkan fasilitas untuk display produk di Galeri Patrakomala Dekranasda Bandung, tepatnya di Jalan Jakarta nomor 34 kota Bandung.
Tidak hanya itu, Kailoka juga membuka kesempatan untuk rekan-rekan dan keluarga yang ingin turut berpartisipasi dalam produksi proyek dengan mekanisme bagi hasil sebagai salah satu cara mengembangkan Kailoka.
Dengan strategi dan rencana yang sudah disiapkan, Harizal berharap ia dapat membawa Kailoka menjadi brand kerajinan kayu Indonesia yang dikenal luas.
Hambatan Terbesar Bukan Teknologi, Melainkan Kemauan
Bagi beberapa bisnis, umumnya bisnis yang sebelumnya offline based, teknologi terkadang menjadi hambatan. Tapi, bagi Harizal, teknologi sebenarnya bukanlah hambatan. Hambatan terbesar menurutnya adalah kemauan dan keberanian.
“Teknologi bukan hambatan, karena hambatan terbesar adalah kemauan dan keberanian. Apapun teknologi yang kita manfaatkan, maka penguasaan kita kepada teknologi tersebut yang menentukan kita berhasil atau tidak,” ujar Harizal.
Tanpa adanya kemauan dan keberanian yang besar, maka tidak hanya teknologi, apapun itu bisa menjadi hambatan. Sebaliknya, jika semua diawali dengan tekad yang bulat, maka tidak akan ada hambatan yang berarti, termasuk teknologi.
Banyak sekali yang dapat dipetik dari pengalaman yang dibagikan oleh Harizal dalam membangun Kailoka.
Mulai dari munculnya ide bisnis dari lingkungan sekitar, pemanfaatan teknologi yang maksimal namun tetap sesuai kebutuhan, kiat go digital, hingga kisah Kailoka yang terus bertahan di tengah kompetisi bisnis yang semakin sengit.
Karena nyatanya, membangun dan mempertahankan bisnis di era digital seperti sekarang tidaklah sulit asalkan diawali dengan kemauan dan keberanian yang besar, serta diiringi semangat untuk terus berinovasi.