Kerja Sama Strategis Bukalapak dan Asmore akan Hadirkan Produk Investasi di Segmen "Underserved"
Ashmore akuisisi 20% saham BIB
Buka Investasi Bersama (BIB), unit usaha dari Bukalapak, akan tancap gas pada tahun depan pasca mengantongi pendanaan eksternal perdana senilai Rp50 miliar dari perusahaan manajer investasi Asmore Asset Management Indonesia untuk 20% kepemilikan saham. Kedua perusahaan akan bermitra untuk mengombinasikan aspek terkuat yang dimiliki, yakni pengetahuan pasar modal dan teknologi.
Dalam keterangan resmi yang disebarkan pada Selasa (8/12), Presiden Direktur Ashmore Ronaldus Gandahusada mengatakan, Ashmore ingin meningkatkan kemampuan digitalnya melalui investasi di BIB. Pasalnya, era digitalisasi untuk industri aset manajemen merupakan hal yang tidak dapat terhindari, sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah secara langsung lewat kanal digital.
“Kami melihat ada potensi yang cukup besar di Bukareksa, gerai reksa dana Bukalapak, dalam menargetkan populasi yang secara tradisional belum menerima pelayanan keuangan dan mencari kemudahan investasi menggunakan teknologi,” ujarnya.
Presiden Bukalapak dan Presiden Direktur BIB Teddy Oetomo menambahkan kehadiran Ashmore dapat mempercepat misi perusahaan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi semua orang terhadap produk dan layanan investasi, terutama underserved segment.
“Kemitraan strategis ini termasuk kesepakatan distribusi yang memberikan akses kepada pelanggan BukaReksa pada berbagai produk reksa dana Ashmore. Asmore akan mendapatkan akses terhadap pengguna Bukalapak yang masih tumbuh pesat, dengan lebih dari 100 juta pengguna di seluruh Indonesia.”
Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Teddy menuturkan BIB akan terus melakukan peningkatan terhadap layanan dari infrastruktur teknologi dan proses operasional yang lebih tertata, agar BIB menjadi APERD yang reliable untuk bertransaksi reksa dana dengan pengembangan produk, layanan, serta ketersediaan produk investasi lainnya yang beragam.
DailySocial juga turut menanyakan bagaimana perkembangan BIB dan tren investasi sejauh ini. Teddy hanya menuturkan BIB baru mendapat lisensi sebagai APERD pada Oktober 2020, sehingga baru efektif beroperasi pada November 2020. Saat ini prioritas bisnis berpusat pada standarisasi operasional, uji kelayakan dari manajer investasi yang akan bermitra dengan BIB, serta pengembangan produk.
“Dengan pengalaman kami yang panjang di bidang ini, kami percaya sudah berada di jalur yang tepat dan optimis dapat mencapai fokus dan target yang telah kami tetapkan.”
Ketertarikan terhadap platform reksa dana online
Ketertarikan Ashmore terhadap BIB sebenarnya akibat masih besarnya ruang pertumbuhan untuk investasi online yang secara rasio dari populasi penduduk masih kalah jauh. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah SID investor mencapai 3,28 juta pada akhir September 2020. Sementara 2,58 juta di antaranya datang dari investor reksa dana.
Angka tersebut tumbuh 45,76% dibandingkan 2019. Meski demikian, pertumbuhan ini kalah dibandingkan antara 2018 ke 2019 yang tembus 78,25%, sedikit terkoreksi akibat pandemi. Di sisi lain, ada sisi positif yang berhasil ditunjukkan. Pada 2017, jumlah investor belum tembus angka 1 juta investor, namun pada 2019 berhasil tembus 1,5 juta.
More Coverage:
Sebelumnya, beberapa aksi korporasi antara perusahaan keuangan dengan fintech kerap terjadi. Misalnya, Ajaib Group yang mengakuisisi Primasia Unggul Sekuritas (kini rebranding Ajaib Sekuritas), FUNDtastic mengakuisisi Invisee senilai $6,5 juta demi memiliki izin tambahan sebagai APERD dan mitra distribusi surat hutang negara, Stockbit yang mengakuisisi Bibit, dan OVO berinvestasi di Bareksa.
-
Gambar header: Depositphotos.com