Kiat Crowde Mengedukasi Mitra Petani Agar Hasil Lebih Optimal
Belajar dari Head of Operation Crowde Andrew Tobing dalam #SelasaStartup
Industri agrobisnis menjadi salah satu penopang ekonomi negara. Namun para petani seringkali terpinggirkan peranannya, lahannya pun banyak beralih menjadi area industri. Petani di Indonesia rata-rata hanya mampu panen dua kali dalam setahun, hasilnya seringkali tidak cukup untuk menghidupi kehidupan sehari-hari.
Namun kebergantungan negara terhadap pertanian cukup tinggi, sekitar 41% populasi hidup untuk dan dari pertanian. Sementara 60,8% petani Indonesia berusia lebih dari 45 tahun, dibumbui ekosistem penuh korupsi, mulai dari isu lintah darat, kapitalisasi pasar, juga tidak seimbangnya porsi ekspor dan impor. Hal tersebut membuat regenerasi berjalan kurang berimbang.
Untuk mengatasi isu tersebut, Crowde sebagai startup di bidang pertanian turut mencoba memperbaiki kondisi yang ada dengan serangkaian kegiatan, di samping menyalurkan bantuan melalui platform p2p lending besutannya. Dalam #SelasaStartup edisi kali ini, Head of Operation Crowde Andrew Tobing banyak bercerita tentang hal tersebut.
(1) Mengadakan pembinaan langsung
Sebelum langsung dikenalkan dengan metodologi yang sesuai, tim Crowde mengunjungi petani dan membentuk kelompok. Dari situ ada program pembinaan dasar terkait pertanian. Tujuannya untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan mereka dan bagaimana perlakuannya terhadap tanaman yang mereka tanam.
Dari hasil interaksi tim Crowde disimpulkan bahwa petani rata-rata cukup peduli dan tahu apa yang jadi kendala selama ini. Namun hanya saja mereka kurang tahu bagaimana penanganan yang tepat untuk langkah preventif. Ambil contoh, bagaimana mencegah salah satu varietas cabe agar tidak diserang serangga. Ternyata caranya cukup sederhana, petani cukup menaruh lampu dekat tanaman untuk mengalihkan perhatian serangga ke arah lampu.
"Ternyata cara itu banyak dari mereka yang tidak tahu. Langkah pertama adalah kami ingin mereka aware dan mau coba beri edukasi tanpa harus menggurui. Intinya kami mau bangkitkan awareness apa yang mereka lakukan selama ini, ada cara teknis yang lebih baik," kata Andrew.
(2) Pengetahuan tentang manajemen
Berikutnya tim Crowde mengedukasi petani untuk manajamen keuangannya, mengelola administrasi, hingga teknis merawat tanaman buat mencegah potensi terkena hama. Seluruh pengetahuan tersebut harus ditempuh oleh petani agar dapat bekerja lebih terstruktur dan bertanggung jawab untuk seluruh proyek pertanian mereka sendiri.
Seluruh proses ini ujung-ujungnya merupakan bentuk tanggung jawab Crowde terhadap para investor Crowde. Sebab unsur kepercayaan memegang peranan terpenting dalam menjalankan platform p2p lending ini. Investor mengamanahkan dana mereka lewat Crowde untuk dikelola dan memberikan dampak sosial terhadap kehidupan petani.
(3) Tindakan preventif lainnya
Crowde rutin terus melakukan credit scoring pada setiap proyek yang muncul di platform. Pihaknya menempatkan field agent dan project specialist yang bertanggung jawab atas penagihan laporan bulanan ke petani. Berikutnya, agar modal usaha pertanian bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani, Crowde menyalurkan permodalan dalam bentuk zero cash.
Disediakan pula strategi off-taker untuk menjamin harga jual panen selalu terjamin. Jadi setelah panen, Crowde menyediakan kanal distribusi terpercaya untuk memotong rantai lintah darat. Crowde memberikan daftar rekomendasi toko mana saja yang memberikan harga terbaik untuk para petani berdasarkan hasil grading yang sudah ditentukan sebelumnya.
Beberapa supermarket yang menerima hasil panen petani adalah Lotte Mart, Yogya, dan Transmart. Apabila ada hasil panen dengan grading yang kurang bagus, masih bisa dijual juga secara langsung ke pasar.
"Kami mengumpulkan data dari hasil grading, lalu memberikan rekomendasi tempat mana saja yang menerima pembelian berdasarkan grading," pungkasnya.