LandMapp dan Penyesuaian yang Harus Dilakukan Sebelum Masuk Ke Indonesia
Mulai penyesuaian regulasi, adat hingga permasalahan infrastruktur komunikasi
Sebagai perusahaan rintisan, startup secara utuh mengandalkan pendekatan berbasis digital dan teknologi sebagai modal utama perusahaannya bangkit. Terkadang sebuah bisnis startup bahkan bisa lahir dari ide atau permasalahan yang tidak bisa atau sukar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, atau bahkan bisa saja ide yang benar-benar unik.
Di Ghana, ada sebuah startup yang mencoba membantu para petani kecil di daerah rural untuk mendapatkan legalitas atas tanah yang mereka miliki atau mereka kelola. Startup tersebut adalah LandMapp. Setelah dianggap sukses berjalan di Ghana, kini startup tersebut kabarnya juga akan masuk ke Indonesia.
Isu utama yang diselesaikan startup yang sebenarnya bermarkas di Belanda ini adalah membantu para petani-petani kecil di daerah terpencil untuk mendapatkan akses ke layanan finansial resmi seperti pinjaman, bank, atau lainnya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membantu para petani melakukan pemetaan luas wilayah dan juga pengurusan dokumen legal yang berlaku sesuai dengan aturan dan adat setempat. Dengan teknologi-teknologi terkini seperti cloud dan mobile LandMapp menawarkan harga yang terjangkau untuk layanan yang mereka berikan.
Di laman resminya, ada sebuah posisi yang berkaitan dengan Indonesia, tepatnya posisi Market Research Indonesia yang diisi nama Rio Trimono. Indikasi lain yang memperkuat kabar mengenai target pasar selanjutnya LandMapp ada pada pemberitaan di Distrupt-Affrica. Disebutkan Indonesia, bersama dengan negara-negara lain seperti Pantai Gading, Tanzania, Uganda dan Ethiopia akan menjadi target selanjutnya.
Ada beberapa catatan menarik jika LandMapp membawa konsep mereka yang ada di Ghana ke Indonesia. Permasalahannya bukan hanya masalah regulasi dan hukum yang berlaku yang tentunya terdapat perbedaan, tetapi juga masalah adat. Kita ketahui bersama Indonesia kaya akan peraturan adat yang masih dipegang teguh di masyarakatnya masing-masing.
Jika melihat target pengguna yang disasar, maka LandMapp jika ke Indonesia tentu tidak hanya menyasar para petani di Jawa, tetapi para petani yang ada di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua, dan pulau-pulau kecil lainnya. Yang tentu di setiap wilayah memiliki adat dan aturan masing-masing.
Selain itu menarik juga melihat bagaimana LandMapp mengatasi permasalahan infrastruktur di daerah-daerah rural di Indonesia. Seperti kita ketahui bersama daerah-daerah rural di Indonesia memiliki perbedaan kualitas jaringan internet yang cukup tinggi dengan daerah perkotaan. Ini akan menjadi masalah serius jika LandMapp memang mengandalkan teknologi mobile dan cloud dalam layanannya.