Lima Hal yang Harus Dihindari Saat Kelola Hubungan dengan Investor
Perhatikan larangan ini saat mencoba membina hubungan yang baik dengan investor Anda
Tak dapat dipungkiri investor memang memegang peranan penting dalam pertumbuhan dari sebuah startup. Dalam perjalanannya, bukan tak mungkin hubungan investor-startup dapat menjadi sangat "tricky" jika tak dikelola. Daria Shualy dari Dapulse sudah pernah mengalaminya, terutama ketika ia menjadi founder dan CEO dari startup yang dibangunnya pertama kali. Berikut ini lima tips berdasarkan pengalamannya.
Bagi Daria, dari sekian banyak kesalahan yang pernah dibuatnya saat menjadi founder untuk pertama kalinya adalah mengelola hubungan dengan investor. Saat itu, ia sebenarnya memiliki investor yang berada di pihaknya dan paham dengan kondisi startup yang sedang dibangunnya, yakni Sense of Fashion. Tapi di saat yang bersamaan dia juga punya investor yang tidak pas dengan startup miliknya, baik sebagai social marketplace maupun layanan fashion.
Tindakan yang salah justru datang dari Daria sendiri ketika menangani hubungan ini dan malah membuat keadaan semakin buruk untuk perusahaan dan dirinya. Belajar dari pengalaman tersebut, Daria menyebutkan setidaknya ada lima larangan yang harus diperhatikan saat coba membina hubungan dengan investor.
1. Alasan berinvestasi adalah Anda, bukan yang lain
Saat Daria mendirikan startup pertamanya, yaitu Sense of Fashion, tiga investor pertamanya datang karena dirinya. Bagi ketiga investor tersebut Daria punya energi (passion) dan kemampuan untuk membuat orang lain mengikuti visinya. Namun, hal ini tak berlaku bagi investor keempat yang datang karena pengaruh sebagian besar investor lain.
Menurut Daria, sebenarnya investor kempat itu masih ingin berada di bisnis sebelumnya yang tidak berhasil. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan startup Daria berjalan dengan baik dan ini mendorong investornya untuk menjadi CEO. Daria menyetujuinya, tetapi kemudian ia menyadari bahwa itu adalah keputusan yang salah.
Menurut Daria:
"Tidak hanya ini awal dari jalan panjang dan menyakitkan saya untuk keluar dari perusahaan saya sendiri, (tetapi) itu juga saat perusahaan mulai turun. Bukan karena investor yang menjadi CEO tidak kompeten, tetapi karena aku satu-satunya orang dengan visi lengkap di kepalaku. Menit ketika pendiri mundur menjadi CEO, adalah menit di mana perusahaan mulai menjadi zig-zag seperti mabuk di tempat parkir yang gelap."
2. Jangan biarkan orang lain menjadi CEO
Masih terkait dengan poin pertama, menurut Daria setidaknya dalam tiga tahun pertama perusahaan tak boleh ada yang menjadi CEO selain founder perusahaan dan ada dua alasan bagus untuk ini. Alasan pertama dan yang paling penting yaitu di awal kehidupannya, perusahaan hanya ada di kepala founder, visi Anda sebagai founder. Alasan kedua adalah si pemilik visi ini merupakan satu-satunya orang yang memiliki passion untuk bertahan dari pasang surut yang akan terjadi.
"Selaraskan perusahaan Anda terlebih dahulu, jika diperlukan, baru pertimbangkan kemungkinan orang lain untuk memimpin demi kepentingan pertumbuhan," ujarnya.
3. Jangan over sharing
Investor perlu tahu informasi perkembangan dari perusahaan Anda, tetapi tidak secara berlebihan karena itu dapat memicu kekhawatiran mereka. Jika investor Anda khawatir, itu bukan pertanda yang bagus. Jadi berbagilah informasi sewajarnya pada investor Anda, meskipun sangat menggoda untuk melakukan lebih karena ia (investor) ramah, sabar, dan banyak membantu.
Daria mengatakan, "Anda adalah pendiri dan CEO. Itu adalah tugas Anda untuk kehilangan tidur, bukan investor Anda."
4. Jangan membuat investor dalam keadaan menebak-nebak
Kebalikan dari over sharing adalah tidak membuat investor berada dalam gelap. Menurut Daria ketika investor tidak tahu apa yang terjadi dengan perusahaan, mereka akan mulai gugup dan mulai berbagi kecemasan dengan yang lain. Ini buruk, karena dapat berujung pada hilangnya kepercayaan investor terhadap kepemimpinan Anda.
5. Jangan buat keputusan saat "Board Meeting"
Perlu diingat bahwa board meeting (rapat dewan direksi) bukanlah keadaan di mana Anda mengambil keputusan penting dan besar. Dalam rapat dewan tersebut yang perlu dilakukan hanya berbagi kabar terbaru mengenai bisnis yang sedang berjalan. Daria pernah mencoba mengambil keputusan besar saat rapat dewan dan menurutnya hasil yang diperoleh adalah bencana.