1. Startup

Melihat Efektivitas Iklan Mobile dari Pola Pengguna Aplikasi di Indonesia

Menganalisis nilai kebermanfaatan dari dua sisi, pengiklan dan pengembang layanan

Bagi pengembang aplikasi mobile, salah satu kanal pendapatan yang paling umum digunakan ialah melalui iklan. Memang tak banyak pilihan untuk sebuah aplikasi yang diluncurkan secara gratis, umumnya pendapatan pengembang diambil dari konten premium, penjualan merchandise atau iklan. Tetapi metode iklan paling banyak diminati, selain bekerja otomatis, iklan juga memberikan nilai yang cukup signifikan ketika aplikasi mendapatkan jumlah unduhan dan penggunaan yang tinggi.

Namun jika melihat dari perspektif pengguna, apakah iklan sejatinya efektif? Ada dua sudut pandang jika kita membahas seputar kebermanfaatan iklan mobile ini, dari sisi pengembang dan dari sisi pengiklan. Dari sisi pengembang sudah jelas iklan menjadi income menjanjikan. Namun dilihat dari sisi pengiklan, hal ini perlu ditelisik lebih lanjut. Mobile advertising menjadi salah satu fokus survei yang dilakukan JakPat baru-baru ini. Dalam survei tersebut tersaji hasil menarik dari ratusan responden pengguna smartphone di Indonesia

(1) Melihat konten iklan tapi mengabaikan –strategi penempatan iklan untuk kenyamanan pengguna

Dari total responden survei tersebut, 88 persen mengaku ketika menggunakan aplikasi mobile yang terkoneksi dengan internet, mereka sering kali menemui iklan digital yang muncul. Kebanyakan mereka melihat secara seksama adanya iklan ketika penempatannya di atas, di bawah dan dalam bentuk pop ads. Kendati demikian, kebanyakan dari mereka (tepatnya 94 persen responden yang mengatakan menyadari adanya iklan) merasa terganggu. Sebanyak 77 persen terganggu oleh pop ads, 68 persen oleh iklan yang tidak bisa di-skip dan 24 persen dari iklan yang muncul di atas atau di bawah laman aplikasi.

Hal ini memberikan sedikit pemahaman kepada kita sebagai pengembang aplikasi untuk lebih jeli dalam menaruh tata letak iklan pada aplikasi. Dari persentase tersebut, bisa dikatakan bahwa iklan yang muncul sudut atas dan bawah aplikasi masih cukup dimaklumi, tidak membuat pengguna aplikasi merasa terganggu. Namun pada dasarnya kesabaran pengguna tersebut akan berbanding lurus dengan kualitas konten aplikasi yang dikembangkan. Jika aplikasi berbobot atau memiliki daya tarik yang tinggi, iklan pun akan dimaklumi untuk ditunggu. Namun sebagai aplikasi rilisan baru, maka hal ini perlu dipertimbangkan.

(2) Efektivitas iklan terhadap capaian pemasaran masih tergolong rendah di Indonesia

Hanya 20 persen dari total responden yang mengaku melihat iklan dengan berbagai alasan membuka tautan yang disajikan. Ada berbagai alasan mengapa pada akhirnya pengguna tersebut memilih untuk menuju ke tautan yang diberikan dalam iklan, alasan paling dominan karena iklan tersebut menyajikan informasi yang berguna atau menarik. Selain itu beberapa orang membuka tautan iklan dikarenakan penasaran dengan konten yang disajikan pada iklan tersebut. Sisanya dikarenakan "kecelakaan" (salah sentuh).

Pengalaman tersebut turut memberikan beberapa masukan terkait dengan user interface dalam aplikasi oleh pengguna. Beberapa pengguna mengaku kerap terjadi salah sentuh sehingga iklan tersebut terbuka. Sebagian besar mengaku karena tombol "close" yang susah diakses dan keterbatasan ruang gerak jari untuk menyembunyikan lagi iklan tersebut. Di sisi lain dapat disimpulkan, bagi pengiklan dua hal yang dapat dipertimbangkan ketika menyusun konten adalah buatlah informasi semenarik mungkin sehingga terlihat berguna. Atau desain sebuah konten yang menarik sehingga membuat orang penasaran untuk membuka.

Patut menjadi catatan, cara-cara yang "membohongi" pengguna cenderung merusak reputasi brand tersebut. Artinya jika konten yang benar-benar menarik, tidak bersifat "menipu" atau "clickbait". Karena kekecewaan konsumen sasaran akan mengakibatkan stigma negatif terhadap suatu brand.

(3) Jadi, apakah mobile advertising dapat dijadikan pilihan untuk berkampanye iklan di Indonesia saat ini?

Bagan hasil survei berikut ini kami pikir cukup memberikan simpulan untuk demografi konsumen di Indonesia.