Menanti Adaptasi Facebook Places Oleh Pengguna Lokal
Jika ini diterapkan untuk pengguna luas, tentunya akan menambah ramai aktivitas check-in, apalagi jika ditambah beberapa fitur yang telah ada di Facebook, seperti post foto atau chat dengan pengguna yang berada di satu lokasi. Fasilitas ini juga bisa semakin meluas ketika check-in ditambahkan fitur promo layaknya di Foursquare. Pemilik merek atau penyelenggara event banyak yang menggunakan Facebook sebagai sarana promosi, ketika fitur ini bisa digunakan, adaptasi oleh brand/event organizer tentunya tinggal menunggu waktu.
Di sisi lain, fasilitas check-in dari Google juga terus mengalami perkembangan, masih seperti yang dituliskan TechCrunch, aplikasi Google Latitude untuk iPhone juga mengalami perbaikan, fasilitas check-in dan tersedia di 30 bahasa (pengguna Android telah bisa menikmati fasilitas ini lebih dahulu). Google sendiri memiliki HotPot, rekomendasi berbasis lokasi, Google Place untuk melihat berbagai tempat disekitar kita serta Google Latitude.
Jika semua di integrasikan, maka Google juga bisa menjadi ancamam bagi Facebook Places, bukan hanya peluang pengguna untuk melakukan check-in, tetapi peluang untuk pemilik lokasi juga terbuka lebar, jangkauan Google bisa jadi lebih luas, setidaknya bisa lebih cepat, apalagi mengingat mereka kini punya perhatian khusus juga untuk pengguna Indonesia.
Bagi saya, promosi berbasis lokasi dengan memberikan potongan harga atau penawaran khusus ketika konsumen melakukan check-in adalah menyenangkan (di sisi konsumen), dan bisa menjadi salah satu bentukan promo low budget high impact, di sisi produsen (merchant/pemilik merek), dengan strategi yang tepat, promosi bisa berjalan di platform lain, layaknya yang sekarang dilakukan di Twitter, atau Facebook.
Dan ketika adaptasi Facebook Places menghasilkan aktivitas check-in yang besar, ini bisa menjadi peluang bisnis bagi para pemilik lokasi; komentar, Like, serta aktivitas pada lokasi tertentu bisa menjadi masukan berharga. Karena lokasi termasuk dalam Community Pages minimal, pemilik lokasi bisa melakukan cek secara manual aktivitas yang ada di lokasi mereka, berkomentar atau membangun percakapan dengan konsumen yang melakukan check-in di lokasi tersebut.
Layanan berbasis lokasi masih menjadi primadona di Indonesia, selain dari layanan yang sudah ada seperti Foursquare (*), Gowalla dan Koprol, beberapa LBS lokal seperti PersonaFlag, Bouncity, Tasterous juga masuk dalam segmen layanan berbasis lokasi, meski dengan penerapan yang berbeda-beda. Persaingan tentu akan muncul dan saling berebut konsumen akan terjadi.
Facebook memang memiliki pengguna yang sangat luas di Indonesia yang menjadikan mereka memiliki landasan yang cukup kuat untuk adaptasi user, akan menjadi menarik melihat bagaimana adaptasi pengguna lokal atas Facebook Places yang lambat laun mulai bisa digunakan oleh pengguna umum dan bagaimana layanan lain bersiap menghadapi persaingan ini.
Anda pengguna Facebook? Sudah mencoba Facebook Places? Bagaimana pendapat Anda, apakah mungkin adaptasi check-in akan semakin luas lewat Facebook dan mungkinkah tumbuh peluang untuk pemilik lokasi/event organizer atau brand untuk memanfaatkannya?
(*) ketepatan data belum dapat dikonfirmasi, basis yang digunakan adalah data Alexa.com yang mencatat statistik situs, sedangkan Foursquare sendiri adalah aplikasi mobile, dan banyak diakses dari ponsel yang sulit dijaring dengan data statistik Alexa.
Update: Ada penambahan tautan dan keterangan tambahan yang saya lakukan, tentunya tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.