Misi Wahyoo Naik Kelaskan Usaha Pemilik Warung Makan
Pendiri Wahyoo Peter Shearer ingin memudahkan pemilik warteg menjalankan usaha
Berawal dari ide sederhana, Wahyoo kini bertransformasi menjadi layanan terpadu yang mendukung pertumbuhan usaha pemilik warung makan atau warteg. Didirikan Peter Shearer yang dikenal sebagai serial entrepreneur, Wahyoo kini telah memiliki sekitar 12 ribu mitra di kawasan Jabodetabek.
Perusahaan telah mengantongi pendanaan jutaan dollar dari berbagai investor, termasuk Intudo Ventures, Kinesys Group, SMDV, East Ventures, Indogen Capital, Selera Kapital, dan Amatil X (Coca-Cola Amatil).
Kepada DailySocial, CEO Wahyoo Peter Shearer mengungkapkan strategi bisnis dan rencana Wahyoo memberikan social impact kepada pelaku UMKM di Indonesia, khususnya pemilik warung makan.
"Kegagalan" yang menginspirasi
Sebelum membangun Wahyoo, Peter telah bekerja di beberapa perusahaan. Salah satunya adalah advertising agency. Meskipun tidak berhasil menjadi pegawai tetap, pengalaman selama bekerja di agency tersebut memberikan inspirasi tersendiri bagi Peter untuk membangun Wahyoo.
Di sesi webinar DSLaunchpad Ultra beberapa waktu yang lalu, Peter mengungkapkan, ia sempat kembali bekerja di perusahaan keluarga, yaitu konveksi. Selain itu Peter juga beberapa kali mendirikan perusahaan, sebelum akhirnya terlibat bersama AR&Co yang fokus kepada pengembangan Augmented Reality (AR).
Dengan latar belakang periklanan, ide pertama kali yang terlintas adalah membuat warteg-warteg sebagai medium beriklan. Setiap brand dan produk bisa menggunakan warteg sebagai tempat mereka memperkenalkan ide dan brand.
Di tengah jalan, Peter menemui kendala. Tidak ada perubahan berarti di dalam dunia per-warteg-an, masih sama-sama kurang bersih, kurang teratur, dan masih sangat tradisional.
"Inilah yang mendorong saya untuk melakukan perubahan di dalam industri warung makan tradisional. Dengan kemampuan branding dan teknologi, serta passion di kuliner, menjadi fokus bagi saya membangun startup yang fokusnya membantu mereka agar warung makan tradisional bisa naik kelas," kata Peter.
Permasalahan sosial
Beberapa ide bisnis justru hadir ketika Peter mendengarkan curhatan pemilik warung. Perubahan ide awal membangun jaringan periklanan dan beralih ke menyuplai kebutuhan bahan baku adalah permintaan pemilik warung makan itu sendiri. Mereka yang bertanya langsung apakah Wahyoo juga menyuplai kebutuhan mereka seperti beras, minyak goreng, telur dan lainnya.
Selama ini mereka cukup direpotkan harus bangun di pagi hari untuk berbelanja dan melakukan banyak hal lainnya sebelum membuka warung makan.
Contoh lain adalah keluhan permasalahan keuangan karena minimnya literasi dan manajemen keuangan yang benar. Wahyoo kemudian terinspirasi mengeluarkan fitur pencatatan keuangan pada aplikasi dan berharap ke depannya akan ada (atau membantu) solusi finansial untuk mereka.
"Jadi menurut saya listen to your target audience is very important. Lalu bukan hanya mendengarkan, tapi juga mempunyai empati. Empati yang merasakan kesulitan apa yang mereka rasakan. Sehingga dengan kemampuan kita bisa membantu memberikan solusi yang nyata diperlukan bagi mereka," kata Peter.
Ada beberapa permasalahan sosial yang terjadi pada warung makan tradisional. Masalah lingkungan terkait pembuangan sampah merupakan salah satu yang menjadi perhatian. Belum lagi masalah kesehatan tentang bagaimana mereka bisa memperhatikan kualitas produk yang benar, bagaimana konsumen bisa memahami pentingnya gizi pada makanan, dan pentingnya higienis dalam menyajikan makanan dan juga pada saat memasak.
Masalah ekonomi juga menjadi perhatian Wahyoo. Bagaimana para pemilik warung bisa maju sebagai pengusaha sehingga lebih sejahtera. Selain itu masalah pendidikan tentang bagaimana generasi mereka selanjutnya bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Yang terakhir adalah masalah literasi digital.
"Memang warung makan tradisional terlihat kecil, tapi ternyata banyak sekali permasalahan yang perlu dibenahi dan mereka perlu dibantu. Kami percaya ketika mereka terbantu, efek ekonomi, efek lingkungan, efek sosial budaya yang lebih baik akan secara otomatis membuat Indonesia lebih baik," kata Peter.
Rencana dan target
Ekspansi layanan yang agresif membuat bisnis Wahyoo bertumbuh kencang. Awal tahun 2020, mereka mengakuisisi Alamat.com. Dua pendiri Alamat.com saat ini bergabung dengan Peter di jajaran manajemen perusahaan, yakni Daniel Cahyadi sebagai COO dan Michael Diharja sebagai CTO.
Wahyoo juga kini mempunyai bisnis unit Bikin Tajir Group yang melahirkan produk private label untuk dipasarkan bagi para mitra Wahyoo, seperti Ayam Goreng Bikin Tajir (AGBT) dan Bebek Goreng Bikin Tajir (BGBT). AGBT sudah memiliki 350 outlet dan BGBT yang baru diluncurkan tahun ini sudah Memiliki 40 outlet yang tersebar di Jabodetabek. Mempunyai private label produk menjadi strategi Wahyoo agar para mitra bisa mendapatkan pendapatan lebih banyak lewat menu baru yang belum pernah disajikan sebelumnya oleh para mitra Wahyoo.
"Saat ini kami menargetkan [membantu] seluruh UMKM Kuliner, tidak hanya warung makan tapi juga mungkin tempat makan dan rumah makan yang skalanya kecil dan menengah. Dengan adanya infrastruktur yang sudah terbangun selama 4 tahun, dengan pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami ingin dampak yang lebih luas lagi," kata Peter.