Monetisasi Jejaring Sosial
Namun, setelah 3 bulan muncul pertanyaan baru. Bagaimana mendatangkan uang dari sini? Kita kan perlu uang untuk melakukan maintenance, meng-hire karyawan, biaya hosting, domain, dan lain-lain. Dari mana kita bisa dapat uang dari situs kita? Dan layaknya jutaan pebisnis online lainnya, anda pun membuka spot iklan sebagai sarana pembiayaan (monetisasi). Langkah spontan yang biasa dijumpai di layanan seperti MySpace, LinkedIn, Friendster dan Facebook. Apakah ini salah? Tentu saja tidak, lha wong menghasilkan uang halal kok, so no problem! Masalah mulai muncul ketika kita menyadari betapa kecilnya uang yang kita dapat dari click iklan di situs jejaring sosial kita. VentureBeat
Masalah lain yang muncul adalah kebanyakan metode pengiklanan yang justru menggagalkan usaha dari pengguna untuk engage
Contoh kasus yang cukup mengagetkan saya, adalah bagaimana Facebook benar-benar banting tulang untuk mendapatkan
Kalau saya berfikir bahwa Facebook
Salah satu strategi yang ditempuh Facebook antara lain kerjasamanya
Contoh lain, LinkedIn. Mungkin strategi LinkedIn ini adalah salah satu strategi yang cukup berhasil mendatangkan uang untuk LinkedIn. Bekerja sama dengan Simply Hired, LinkedIn memberikan kemudahan bagi Simply Hired untuk mencari pekerja-pekerja professional berdasarkan profil mereka di LinkedIn. Berhubung LinkedIn memiliki database yang akurat dan dalam jumlah besar, maka LinkedIn tinggal memberikan fitur kemudahan untuk SimplyHired dalam mencari pekerja potensial melalui LinkedIn. Simbiosis Mutualisme halah
Kasus yang sedang hangat-hangatnya, Twitter! Situs microblogging + jejaring sosial ini memiliki basis pengguna yang sangat banyak dari seluruh penjuru dunia. Jutaan pengguna mengirimkan status mereka sampai rate ribuan status per detik. Namun karena metode monetisasi tak kunjung tiba, akhirnya Kevin Thau pun diboyong. Mantan Business Developer Buzzwire ini sengaja didatangkan ke markas Twitter di San Fransisco untuk membawa ide-ide baru mengenai bagaimana mendatangkan revenue untuk Twitter. Sampai sekarang sih memang belum ada terlihat strategi monetisasi yang konkrit di Twitter, namun sudah muncul beberapa
Dari langkah - langkah yang diambil ini, memang sepertinya Twitter memiliki strategi monetisasi yang cukup solid, datang dari seorang web business development yang handal. Kenapa saya bilang solid, karena melihat behaviour audience Twitter (terutama korporat) yang sulit mendapatkan exposure di Twitter ketika baru mendaftar. Adalah sebuah keharusan untuk mem-follow ribuan orang terlebih dahulu untuk mendapatkan exposure yang cukup untuk kemudian di-follow oleh orang lain, dan mendapatkan basis follower yang cukup agar dapat mengefektifkan penggunaan Twitter untuk korporat. Hal ini kemudian "didengar" oleh Twitter dan tentu saja diidentifikasi sebagai lahan revenue yang solid, karena tepat sasaran (untuk pengguna yg membutuhkan exposure) dan tidak mengganggu mayoritas pengguna lain (yang tidak membutuhkan exposure)
Oke, lalu bagaimana dengan layanan lokal? Digli, Fupei, dan berbagai macam layanan jejaring sosial lainnya di Indonesia? Apakah cukup hanya dengan iklan saja? Kalau anda dipilih sebagai CEO dari situs jejaring sosial lokal, strategi monetisasi apa yang akan anda tempuh untuk mendatangkan revenue?
Bacaan
http://clickingandscreaming.com/2009/01/06/monetize-or-die-social-networks-in-2009/
http://www.wired.com/techbiz/it/magazine/16-04/bz_socialnetworks
http://venturebeat.com/2008/11/12/monetizing-social-networks-the-good-the-bad-and-the-ugly/
http://chimprawk.blogspot.com/2006/10/selling-social-networks.html
http://www.buzznetworker.com/twitters-monetization-strategy/
http://www.web-strategist.com/blog/2008/02/11/the-many-challenges-of-social-networks/