1. Startup

Pelajaran Dari Tiga Investor Alumni Harvard untuk Membangun Startup

Belajar cepat, kenali CEO yang tepat, dan miliki wawasan unik untuk masuk ke pasar yang besar

Dunia startup digital kini tengah menjadi candu bagi para pengejar mimpi, apalagi dengan segala gemerlap status yang ditawarkan. Tapi, berpetualang di dunia tersebut tidak sesederhana kelihatannya, perlu bekal yang banyak. Sebagai permulaan, Anda mungkin patut untuk mempertimbangkan tiga hal yang disampaikan oleh tiga investor alumni Harvard yang dituangkan Terrence Yang dalam tulisan di halaman Medium-nya.

Di kuartal pertama tahun 2015 ini, Universitas Harvard sempat mengadakan sebuah acara dengan tema “Founders & Funders Panel How to Start Your Startup and Get Funded”. Dalam acara tersebut, Terrence Yang bersama Mark Schwartz dan Gracye Cheng, ketiganya merupakan alumni Harvard, hadir sebagai narasumber dari sisi investor.

Mark Schwartz adalah alumni Harvard Business School dan juga pernah menjabat sebagai anggota board of director Starbucks. Gracye Cheng merupakan lulusan Fakultas Hukum Harvard, Partner Yang Ventures, dan pernah menjadi pengacara korporasi untuk Skadden Arps. Terrence Yang sendiri adalah lulusan Fakultas Hukum Harvard, pendiri & CEO Yang Ventures dan Precelerator.com, dan pernah menjadi investor dan anggota board of director Wikipedia.

Dalam acara yang dipenuhi 400 peserta, menurut Terrence, ada tiga pelajaran utama yang bisa dipetik dari sesi diskusi panelnya. Bagi para pendiri pemula, tiga pelajaran ini bisa jadi bahan pertimbangan sebelum mulai melangkah jauh di dunia startup digital.

Berikut adalah tiga tips dari ketiga investor tersebut:

Belajar cepat

Dalam dunia startup digital, belajar dan mampu menyerap dengan cepat adalah salah satu kunci untuk membangun bisnis yang berkelanjutan. Tingkat pembelajaran Anda lebih penting di sini dibanding dari mana Anda sebagai pendiri memulai semuanya. Pastikan Anda bukanlah orang paling pintar di ruangan dan selalu buat diri Anda dikelilingi oleh orang yang lebih berbakat.

Disampaikan Terrence, Mark menyebutkan bahwa Howard Schultz (CEO Starbucks) adalah seorang pembelajar super cepat. Howard memastikan ia tidak pernah menjadi orang terpandai di ruangan dan dirinya selalu berupaya untuk dikelilingi dengan mereka yang memiliki bakat yang luar biasa.

Ketahui siapa yang tepat menduduki posisi CEO

Ketika memulai startup, tak selamanya seorang founder dapat langsung menjadi CEO. Dalam kasus yang langka, investor juga akan mempertimbangkan seorang co-founder dengan karakter CEO yang lebih kuat untuk menjadi CEO. Pendiri belum tentu dapat menjadi CEO selamanya. Yang perlu dilakukan adalah dapat mempertahankan suara mayoritas dan membuktikan bahwa Anda memiliki materi CEO melalui pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

Terrence menyampaikan bahwa banyak investor yang ingin seseorang yang “tampaknya seperti seorang CEO, dapat menjalankan bisnis sebagai seorang CEO, dan tidak memelukan banyak job training". Pendiri yang mengerti bisnis akan dianggap jauh lebih efektif di penggalangan dana, merekrut telenta, mendapatkan umpan balik pengguna, atau menjual produk kepada pelanggan.

“Mungkin salah satu co-founder [yang paham] bisnis [dapat] memberikan jawaban yang lebih baik dan tampaknya jauh lebih tangguh sebagai CEO. Dan lain-lain,” paparnya.

Memiliki wawasan yang unik untuk memasuki peluang pasar yang besar

Akhir cerita, menurut Terrence, Anda boleh tertinggal dalam hal pendanaan bila Anda maju dalam hal pemikiran. Beberapa investor akan menekankan pada peluang pasar yang besar dan itu bisa berarti ada kerentanan dalam kompetisi. Pasar yang kecil bisa saja tumbuh dengan cepat suatu hari nanti begitu juga sebaliknya.

Untuk membuatnya lebih sederhana, keberhasilan layanan ojek berbasis aplikasi di Indonesia yang dapat memanfaatkan peluang pasar unik di tengah besarnya ukuran pasar adalah contoh yang tepat.