1. Startup

Lima Pelajaran Inspiratif Bagi Founder untuk Membangun Startup

Belajar dari CMO pertama Just Eat UK Ash Ali dalam sesi #SelasaStartup

Pada sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial kedatangan Ash Ali, CMO pertama Just Eat UK yang juga seorang angel investor dan mentor startup terkemuka. Just Eat merupakan platform penyedia layanan pesan-antar makanan. Saat ini, Just Eat UK telah bermitra dengan 29.000 restoran di Inggris.

Sejalan dengan topik yang dibawakan, Ash mengungkap lima pelajaran inspiratif bagi para founder yang ingin membangun startup. Pelajaran ini didapatkan saat perjalanan membangun Just Eat.

Menurutnya, kebanyakan startup gagal bukan karena tidak mampu merancang atau mengembangkan produk, tetapi karena tidak bisa mendapat traction. Sementara traction tersebut merupakan ukuran keberhasilan untuk model bisnis yang diterapkan.

Model bisnis penting, karena berkaitan langsung dengan bagaimana roda bisnis bekerja. Bahkan model bisnis kadang lebih penting dari pada aset pendukung bisnis itu sendiri. Dicontohkan pada keberhasilan GO-JEK, padahal startup yang menyandang status unicorn tersebut tidak memiliki unit kendaraan. Demikian juga Facebook, platform jejaring sosial yang menghubungkan miliaran pengguna di dunia, tidak pernah membuat konten.

Berangkat dari hal di atas, apa saja yang perlu diketahui founder saat membangun sebuah startup? Simak ulasannya berikut ini:

Kenali siapa pelangganmu

Dengan mengenali konsumen dan bagaimana perilakunya, kita menjadi tahu siapa yang disasar. Dari situ founder dapat membuat pendekatan (approach) yang tepat.

“Konsumen pelajar suka memesan take away di restoran. Kami bisa lakukan approach, misalnya dengan voucher, meski itu small value tapi itu berguna,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan bagaimana para gamer di sana merupakan segmen early adopter. Mereka akan tetap memesan melalui website meskipun tampilan dan fiturnya kurang bagus.

Ikuti ke mana konsumen pergi

Secara harfiah, ini tidak berarti kita benar-benar mengikuti ke mana konsumen pergi. Namun mengikuti bagaimana perilaku konsumen dalam menggunakan sebuah produk.

Hal ini, secara marketing, dapat lebih optimal untuk memasarkan sebuah produk ketimbang harus menghabiskan biaya untuk beriklan.

“Kami bermitra dengan puluhan ribu restoran, setiap restoran punya menu take away sendiri. Daripada keluarkan budget untuk print menu, kami bisa sediakan lewat platform kami,”

Jadilah kreatif

Dua hal yang menjadi pelajaran penting dalam membangun startup adalah jangan meremehkan branding dan terlalu fokus terhadap digital metric. Dalam kaitannya dengan membangun awareness, kita memanfaatkan instrumen kreatif, seperti stiker.

“Kita bisa menggunakan stiker dengan logo dan memasangnya di jendela-jendela restoran yang menjadi mitra kami. Ini sangat sederhana, tetapi lihat berapa banyak yang datang ke layanan kami karena stiker ini,” ungkap Ash.

Kenali angkamu

Data dalam bentuk angka biasanya menjadi tolok ukur utama bagi perusahaan sebelum masuk ke pasar. Dengan data ini, perusahaan menjadi tahu berapa banyak biaya yang ingin dikeluarkan untuk mendapat dan mempertahankan pelanggan.

Akan tetapi, Ash juga menekankan tentang pentingnya mengandalkan pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif, tak hanya menggunakan data saja.

“Kita harus paham sebelum masuk ke pasar. Tetapi jangan hanya data driven saja. Jadikan pengukuran kualitatif dan kuantitatif untuk membangun startup, jangan hanya berdasarkan small number, jangan hanya data driven,” tuturnya.

Menumbuhkan mindset dan budaya bekerja di startup

Kedua hal ini menjadi elemen krusial bagi mereka yang ingin berkecimpung di dunia startup. Maka itu, penting sejak awal bagi kita untuk menerapkan mindset dan membiasakan diri dengan lingkungan dan budaya kerja startup.

Menurut Ash, mindset dan budaya yang dimaksud misalnya berani mencoba sesuatu dan mau belajar dari kesalahan yang dibuat. Jika kita tidak memiliki working mindset, akan sulit untuk bekerja sama di dalam organisasi. Begitu juga sebaliknya apabila tim kita tidak memiliki working mindset seperti itu.

“Dalam dunia startup, perlu orang yang mau untuk membuat kesalahan, membuat sesuatu yang tidak cocok. Karena di startup itu, kita harus punya mindset untuk berkembang, cepat gagal, tetapi cepat belajar dari kesalahan yang dibuat.”