Peluang dan Strategi "Hyperlocal" Agriaku Tangani Isu Agraris Bagian Hulu
Belajar dari Co-founder dan CEO Agriaku Danny Handoko dalam sesi #SelasaStartup
Belakangan, upaya mendemokratisasi industri agrikultur semakin kencang lewat kehadiran berbagai startup agritech. Mereka ada mencoba untuk menyelesaikan bagian hulu dan hilir, mencari titik masalah yang selama ini mendera para petani dengan kapabilitas yang ada. Agriaku pun turut berpartisipasi dengan masuk ke segmen pra-panen sebagai fase awalnya.
Co-founder dan CEO Agriaku Danny Handoko membagikan pandangan dan harapannya di industri ini dalam sesi #SelasaStartup yang digelar kali ini. Agriaku hadir sebagai solusi bagi para mitra AgriAku (trader dan pemilik toko pertanian) untuk mendapatkan saprotan (sarana produksi pertanian) dengan harga yang terjangkau. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut rangkumannya:
Selesaikan isu di bagian hulu
Danny menjelaskan, dalam sistem rantai pasok di industri agrikultur, terdiri atas pra-panen, produksi, pasca-panen, dan pengolahan, sampai akhirnya sampai ke tangan konsumen. Solusi yang disediakan oleh pemain agritech sejauh ini pun beragam, ada yang fokus dengan menyediakan solusi e-commerce untuk konsumen, finansial untuk bantu petani beli pupuk, dan sebagainya. Namun, solusi di hulu tepatnya di pra-panen belum banyak yang melirik.
Adapun solusi di pra-panen itu, bagaimana barang-barang pertanian dari prinsipal dapat memiliki rantai pasok yang transparan dan sampai merata di seluruh toko tani yang ada di Indonesia. Toko tani itu sendiri adalah unsur terdekat yang ada di petani yang menghubungkan petani dengan produsen atau distributor tingkat pertama. Semakin baik rantai pasok distribusi barang, maka memungkinkan petani mendapatkan katalog produk pertanian yang lengkap dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
“Toko tani ini sudah lama ada di Indonesia, jumlah sekitar 200 ribu toko di seluruh Indonesia. Karena sudah lama, maka sudah terbangun kepercayaan dengan para petani,” kata Danny.
Dengan latar belakang demikian, maka Agriaku menyediakan platform e-commerce yang menyediakan saprotan terlengkap dibanding toko tani biasa, mulai dari benih, obat-obatan dan nutrisi, pupuk dan juga alat pertanian. Dengan sistem pencatatan dan kasir AgriAku, agen juga dapat membuat rekaman digital akurat sehingga bisa mempermudah pekerjaan dan mempercepat perkembangan bisnis.
Diklaim saat ini Agriaku telah menggaet puluhan ribu toko tani untuk memakai aplikasi Agriaku dengan average revenue per user tembus di angka puluhan juta. Para penggunanya tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan beberapa titik di Sulawesi. Pencapaian terus akan ditingkatkan demi mewujudkan ambisi Agriaku menjadi pemain yang dominan di segmen ini.
Pendekatan terlokalisasi
Salah satu poin menarik yang disampaikan Danny adalah di industri agri ini tidak bisa serta merta mencaplok solusi yang ada di global langsung diterapkan di Indonesia. Di global sudah mengenal mekanisasi dengan menggunakan perangkat drone untuk meningkatkan presisi operasional para petani.
Namun, solusi tersebut tidak 100% tidak bisa diimplementasikan di Indonesia karena di sini para petani rata-rata memiliki lahan sekitar dua hingga tiga hektar. Sedangkan di negara maju, satu petani bisa mengelola ribuan hektar lahan. Untuk membawa solusi global ke Indonesia, maka implementasinya harus hyperlocal.
Terlebih, infrastruktur koneksi internet di sini masih banyak blind spot sehingga seluruh proses bisnis tidak bisa dipaksakan sepenuhnya online. Alhasil, pendiri startup perlu menyeimbangkan operasional di online dan offline, agar tetap efisien.
More Coverage:
“Ini tantangan menarik bagi tech player, di negara maju yang penetrasi internetnya baik, pasti lebih mudah adopsinya ketika diperkenalkan solusi baru. Tapi di Indonesia keterbatasan ini menjadi tantangan tersendiri.”
Bagi Agriaku, agar menjadi hyperlocal maka pendekatan di lapangan punya peranan yang cukup krusial. Tim perlu memperkenalkan aplikasinya ke para pemilik toko tani untuk menarik kepercayaan dan mau digunakan. Fungsi aplikasi tidak hanya permudah mereka mendapatkan produk pertanian terbaik, juga meningkatkan pundi-pundi pendapatan mereka karena dapat harga yang lebih hemat.