1. Startup

Pemerintah dan ‘Kekayaan Baru’ Negara di Era Keterbukaan Informasi

Masa depan industri kreatif bergantung pada kekuatan komunitas dan kawula muda yang semangat berinovasi

Kemarin (29/09) Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Pusdiklat Kementerian Luar Negeri menggelar sebuah workshop bertajuk "The New Wealth of Nations: Creative Industry in ASEAN Economic Community". Penyelenggaraan workshop ini bertujuan untuk mendiskusikan peluang, hambatan, dan solusi ketika menghadapi era keterbukaan informasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bagi para pelaku yang terlibat.

Diskusi yang diinisiasi CSIS dan Kemenlu ini digelar selama dua hari, mulai dari tanggal 29-30 September di Pakarti Centre, Jakarta. Diskusi ini dibuka dengan keynote speech dari Deputy on Monitoring and Evaluation Presidential Office Dr. Darmawan Prasodjo. Beliau memaparkan bagaimana pemerintah menyikapi era keterbukaan informasi dan memandang pertumbuhan industri kreatif di Indonesia.

Penguasaan data digital di Indonesia dan bagaimana pemerintah menyikapinya

Kendati memiliki potensi yang menggiurkan di dunia digital, Indonesia masih berstatus sebagai negara berkembang yang masih mencari bentuk pengelolaan dan penguasaan informasi dan data digital. Berbeda dengan Amerika Serikat ataupun Tiongkok yang telah memiliki identitas dan kerap dianggap sebagai kiblat terkait dengan pengelolaan data.

Jika keduanya dibandingkan, kasarnya Amerika menganut pengelolaan data yang lebih terbuka dibandingkan dengan Tiongkok. Data collection di Amerika dilakukan oleh perusahaan, sedangkan di Tiongkok oleh pemerintah dan lebih tertutup. Kendati demikian, keduanya berhasil menunjukkan bahwa kendali terhadap informasi sangat penting karena dapat menarik atau menghentikan capital.

Pemerintah Indonesia pun tidak berdiam diri terhadap keterbukaan data dan informasi digital ini. Menurut Darmawan, saat ini Indonesia masih mencari skema yang terbaik yang dapat diterapkan. Ini bisa dilihat dari cara pemerintah merangkul data dengan diluncurkannya portal data, didirikannya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), dan bagaimana Kantor Staf Presiden (KSP) memanfaatkan sistem LAPOR untuk memantau dana desa.

Meski demikian, ada satu filosofi yang dianut pemerintah Indonesia terkait dengan era keterbukaan informasi. Darmawan mengatakan:

“Informasi yang disampaikan ke publik atau komunitas bisa menjadi suatu enabler […] untuk mengerti jalannya pembangunan. Juga bagaimana rakyat bisa membuat suatu positioning yang pas dari suatu informasi ini agar bisa lebih berkarya bagi bangsa.”

Terkait dengan keamanan, Darmawan menekankan bahwa pemerintah sangat aware terhadap hal ini karena tiap hari selalu saja ada upaya peretasan terhadap server pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengajak peretas untuk berkolaborasi melakukan ethical hacking.

Masa depan industri kreatif sebagai kekayaan baru negara

Tak dapat dipungkiri, pesatnya perkembangan teknologi berpengaruh besar terhadap menjamurnya industri kreatif digital. Bukan hanya di Indonesia saja, tetapi negara lain pun demikian. Boleh dibilang, industri yang berbasiskan kecerdasan berpikir ini telah menjelma sebagai kekayaan baru suatu negara.

Namun dengan belum adanya identitas, masuk akal bila ada yang mempertanyakan, mau dibawa kemana industri kreatif digital Indonesia? Apakah Indonesia memiliki kapasitas untuk menjadi seperti Amerika atau Tiongkok?

Bagi Darmawan, ia percaya bahwa orang Indonesia memiliki kapasitas dan semangat untuk merancang lingkungan yang subur bagi komunitas berlandaskan IT. Tapi pemerintah juga harus mampu mengimbangi dengan sigap mengikuti perubahan dan perkembangan informasi serta inovasi melalui peraturan.

Darmawan mengatakan, “Inovasi atau kecerdasan berpikir bila tidak dipupuk atau didukung regulasi yang baik pun akan mati. Kekuatan teknologi mendatang itu [berasal] dari komunitas. Kekuatan dari cara berpikir, […] dan ini perlu banyak generasi muda untuk mewujudkannya."

Contoh nyata dari kekuatan komunitas menurut Darmawan dapat dilihat dari bagaimana platform Android mampu mengejar ketertinggalannya dengan platform berbasis hak milik seperti iOS. Selain itu dapat juga dilihat melalui ajang Hackathon yang hanya dalam hitungan jam mampu menghasilkan sejumlah aplikasi menarik.