Pentingnya Evaluasi Produk Sebelum Melakukan Pivot
Evaluasi produk penting guna mendapatkan strategi yang tepat sebelum memutuskan untuk pivot
Mengevaluasi produk yang sudah diluncurkan ke pasar sangat penting untuk diukur keefektifannya, apakah sudah sesuai target atau belum sebelum akhirnya pendiri memilih langkah pivot sebagai bagian dari strategi bisnis. Perusahaan perlu melakukan pengumpulan feedback data dari konsumen.
Seperti dikemukakan halaman Medium Chargify, menurut pendiri Qualaroo Sean Ellis sebaiknya feedback berisi pertanyaan yang spesifik. Misalnya:
Bagaimana rasanya bila anda tidak dapat menggunakan produk ini? 1. Sangat kesal 2. Agak kecewa 3. Tidak kecewa 4. Saya tidak lagi memakai produk ini
Ellis menjelaskan, apabila lebih dari 40% koresponden memilih opsi nomor 1, artinya anda sudah menemukan produk sesuai dengan kebutuhan pasar. "Untuk produk di atas 40%, berarti produk sudah stabil dari skala bisnis. Tapi untuk di bawah 40% tampaknya perlu ditingkatkan," ujarnya.
Cara lainnya, yakni dengan memberikan Net Promoter Score (NPS). NPS bekerja dengan memberikan pertanyaan ke konsumen, seberapa jauh keinginan mereka untuk merekomendasikan produk ke koleganya dengan skala 1 sampai 10.
Terakhir, temui langsung konsumen. Alex Turnbull, CEO Groove, menjelaskan saat perusahaan baru berdiri, pihaknya kerap aktif menemui langsung setiap konsumen yang melakukan transaksi di tempatnya.
"Kita menghabiskan banyak waktu berbicara ke setiap pelanggan kami. Kita tidak punya pilihan, berbicara dengan pelanggan selama berjam-jam adalah satu-satunya cara terbaik yang bisa membuat produk kami cocok di pasar," katanya.
Sisi positifnya, lanjut Turnbull, kita tidak perlu banyak cara untuk mendapat feedback dari konsumen. Dia mengaku beberapa bulan kemudian, saat Groove meluncurkan produk baru, apresiasi pasar ternyata yang luar biasa.
Repetisi menjadi kunci evaluasi
Menjadikan konsumen terus melakukan repetisi penggunaan produk, tentunya menjadi model bisnis impian seluruh perusahaan, sebab dari sanalah tercipta produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
"Mendapatkan pelanggan yang melakukan menjadi validasi utama membangun model bisnis ideal yang dapat terukur," kata Ash Maurya, kreator LeanStack.
Pivot sebagai strategi
Menurut Jens Lapinski, Direktur Pelaksana Techstar Berlin, mendefinisikan pivot sebagai strategi mengubah target konsumen, proposisi produk, pemasaran, penjualan, atau perubahan model bisnis secara signifikan.
Dari pengalaman Lapinski berkarier, pihaknya menemukan fakta bahwa pivot bisa dilakukan sampai kamu menemukan produk yang pas, tapi pivot bisa membuat bisnis menjadi gagal.
Sementara itu, Marc Andressen, penulis blog The Only Thing That Matters, mengatakan lakukan apapun demi mendapatkan produk yang sesuai pasar.
Caranya bisa lewat mengubah orang, menulis ulang produk, mengubah target pasar, atau lainnya apapun yang diperlukan. "Untuk bisa capai target, abaikan hal lain seluruhnya."
Pendapat lainnya, Brian Balfour, pendiri Boundless, produk sesuai pasar bisa didapat bila menggunakan konsep "trifecta," yakni non-trivial top line growth, retention, dan meaningful usage.
Dia mencontohkan, salah satu produk yang menggunakan konsep tersebut adalah Snapchat. Aplikasi tersebut, setelah beberapa diluncurkan, mencatatkan perolehan yang fantastis, yakni diunduh 200.000 kali, memiliki 100.000 pengguna harian, dan secara rata-rata pengguna harian mengirimkan 1 juta foto per harinya.
Produk lainnya adalah PayPal. Awalnya PayPal tidak berjalan sesuai ekspektasi kemudian pendirinya melakukan pivot. Kemudian, perubahan yang terjadi ialah PayPal memberikan fitur kepada penggunanya mengirimkan uang secara elektronik.
Ketika eBay menemukan PayPal, kedua perusahaan pivot lagi hingga kemudian PayPal menjadi pilihan pembayaran pengguna eBay.
Pivot yang terakhir dilakukan tersebut menjadi apa yang orang-orang kenal PayPal saat ini: menawarkan transaksi pembayaran yang aman via internet.
Intinya adalah entah itu perubahan kecil atau besar saat melakukan pivot, asalkan mengarah ke perubahan yang signifikan produk dijamin cocok dengan kebutuhan pasar.
Pivot yang sukses adalah selalu menggunakan apa yang selama ini anda pelajari. Misalnya, dari hasil survei jajak pendapat konsumen.
"Proses memilih strategi tidak akan berakhir karena pasar terus bergerak dengan cepat. Saat pasar anda bergerak, produk yang anda buat juga harus bergerak mengikutinya," pungkas Balfour.