1. Startup

Pro Kontra Industri Telekomunikasi Tanggapi Inisiatif Presiden Boyong Project Loon Google

Telkom tampak ragu dengan implementasi Project Loon karena dinilai mengganggu industri

Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo berkunjung ke Amerika Serikat untuk melakukan negosiasi dengan beberapa perusahaan teknologi penting dunia. Salah satunya Presiden bertemu dengan pimpinan Google membahas persebaran akses internet untuk wilayah terpencil di Indonesia. Ide dasar yang menjadi rujukan ialah dengan meluncurkan balon Internet Google (Project Loon).

Namun ternyata rencana ini kurang disambut baik oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Disampaikan Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom Indra Utoyo dalam sebuah kesempatan, rencana tersebut dinilai akan merugikan industri telekomunikasi, karena Google akan melakukan bypass konektivitas di wilayah terkait. Selain itu juga dinilai bahwa akan sangat berisiko mengingat proyek tersebut masih dalam tahap pengembangan (riset).

Indra menambahkan bahwa saat ini Telkom bersama industri telekomunikasi lainnya tengah bersemangat membangun jaringan di seluruh Indonesia. Namun diungkapkan Indra bahwa Telkom juga akan mendukung jika operasional balon internet tersebut akan tepat sasaran, yaitu menjangkau daerah-daerah yang benar-benar terpencil (remote area) yang belum tersentuh broadband. Implementasinya juga dinilai harus melibatkan kemitraan dengan operator nasional.

Hal ini berbeda dengan tanggapan XL Axiata yang justru senang mendengar kabar ini. Disampaikan CEO XL Dian Siswarini, ini merupakan ide yang bagus sebagai inisiasi penyebaran jaringan ke daerah terpencil. Dian justru memberikan masukan untuk mempertimbangkan dan mempelajari terlebih dahulu model bisnisnya sebelum melakukan implementasi Project Loon. Menurutnya jika tersaji titik temu dari segi ekonomi sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak melanjutkan realisasi proyek tersebut.

Menilik dari implementasi yang telah dilakukan di Australia, Google bekerja sama dengan operator seluler Telstra untuk mengudarakan akses internet melalui balon udara. Google tidak membeli atau menyewa frekuensi secara khusus untuk persebaran, namun melalui ijin yang dimiliki Telstra balon Google memiliki jalur mengakses jaringan BTS memanfaatkan frekuensi untuk disebarkan kepada pengguna melalui konektivitas Wi-Fi. Strategi ini dinilai dapat direplikasi untuk dapat melibatkan operator nasional di Indonesia.

Membahas pro dan kontra maka juga harus melihat apa yang sebenarnya menjadi hambatan pemerataan konektivitas di Indonesia. Tak lain adalah letak geografis yang unik, berpulau-pulau dan tak jarang susah untuk dihubungkan dengan akses broadband. Teknologi modern Google menggunakan medium udara, sedangkan yang sedang dibangun jaringan broadband saat ini fokus melalui jaringan bawah laut. Presiden mungkin memiliki pemikiran yang berbeda, yaitu ingin merealisasikan Indonesia yang terhubung dengan Internet di seluruh wilayah secara lebih cepat.

Seperti yang ditekankan Dian Siswarini, keterbukaan terhadap teknologi dan inovasi baru adalah hal yang penting. Terobosan Google justru harus dilihat dari sisi yang lebih mengutamakan kepentingan masyarakat luas. Jika bisa mengakselerasi perluasan konektivitas, mengapa tidak?