Sasar Daerah Terpencil, Startup Sehati TeleCTG Kembangkan Alat Monitor Janin Portabel
Berencana mengekspor alat TeleCTG ke Vietnam dan Filipina
Startup kesehatan Sehati TeleCTG mengembangkan alat pendeteksi jantung untuk monitor pergerakan janin untuk mengurangi potensi kematian bayi sejak dini. Alat ini telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan sejak akhir November 2018 dan tengah diuji coba ke 14 kecamatan di Kupang.
Alat yang merupakan versi portabel dari cardiotocography (CTG) ini membantu ibu untuk mengecek keadaan kandungan dengan dokter secara jarak jauh sehingga pelayanan kesehatan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. TeleCTG berfungsi untuk mengetahui detak jantung bayi, pergerakan bayi, dan kontraksi ibu hamil.
CEO dan Founder Sehati TeleCTG Ari Waluyo menerangkan alat ini dikembangkan karena timbulnya kekhawatiran tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Di Kabupaten Kupang misalnya, angka kematian ibu di tahun 2015 mencapai 1 hingga 2 kejadian kematian ibu saat hamil, saat kelahiran, dan pada masa nifas. Sedangkan angka kematian bayi di kabupaten tersebut mencapai 33/1000 kelahiran hidup.
"Kami ingin menyediakan akses terhadap pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, khususnya selama 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Pemeriksaan kehamilan yang lebih baik, dengan tujuan terjadinya deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil sebagai salah satu upaya menurunkan angka kematian ibu," katanya.
Perangkat TeleCTG yang dikembangkan Sehati dinilai lebih terjangkau baik dari segi harga dengan CTG konvensional yang harganya di atas Rp100 juta. TeleCTG lebih portable sehingga mudah dibawa ke daerah terpencil dan cara pengoperasiannya relatif lebih mudah.
Untuk penerapannya TeleCTG dilakukan secara simultan dengan pemberian informasi dan edukasi serta pendampingan ibu melalui aplikasi Bidan Sehati yang dapat difungsikan sebagai buku KIA (Kartu Identitas Anak) elektronik. Data ibu hamil bisa terekam secara digital dalam palikasi tersebut, sehingga memudahkan kerja bidan dalam upaya pencegahan sakit dan kematian ibu dan bayi.
Data-data yang dimasukkan bidan terhubung langsung dengan alat TeleCTG, kemudian dikirim ke pusat konsultasi yang saat ini ada di Jakarta dan Bandung. Di sana, dokter kandungan yang bertugas akan menganalisa data ibu hamil yang diberikan bidan dan memberikan rekomendasi secara real time kepada bidan.
Aplikasi lainnya yakni Ibu Sehati bakal difungsikan untuk panduan umum dan informasi terkait kehamilan yang perlu diketahui para ibu. Informasi lainnya seperti tips kehamilan mingguan, jadwal kunjungan ke dokter dan laboratorium, serta jurnal elektronik.
"Kami berkolaborasi dengan regulator, dokter spesialis untuk consultation centre, dan membangun komunitas bidan serta ibu yang diperkuat dengan aplikasi Bidan Sehati, Ibu Sehati, dan alat kesehatan TeleCTG. Semuanya saling terhubung dalam satu platform untuk permudah usaha penelusuran, pengawasan perawatan kehamilan, dan proses pengelolaan persalinan lebih baik."
Rencana berikutnya
Setelah mengantongi izin edar, Ari mengungkapkan pihaknya akan mendistribusikan alat tersebut ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sampai pertengahan tahun ini. Saat ini uji coba baru dilakukan di 14 kecamatan di Kupang sejak 9 Desember 2018.
Perusahaan bakal menggandeng dinas kesehatan setempat, bekerja sama dengan bidan-bidan di Puskesmas di tiap desa. Tak sampai di situ, perusahaan berencana untuk ekspor produk ke Vietnam dan Filipina pada akhir tahun. Dua negara ini dilirik karena punya karakteristik dan isu yang sama dengan Indonesia.
Rencana masif ini dilakukan Sehati pasca memperoleh investasi tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan pada Agustus 2018. Dari investasi ini, Sehati dan TeleCTG melakukan merger dan mengubah model bisnis.