Sevva Menjadi Marketplace Penyewaan, Pertemukan Pemilik dan Penyewa Barang
Belajar dari traksi yang kurang bagus di bisnis sebelumnya di bisnis penyewaan perlengkapan bayi
Berawal dari usaha permulaan yang tidak terlalu sukses mendapatkan keuntungan, yakni membuat layanan penyewaan perlengkapan bayi, Co-Founder dan CEO Sevva Erik Hormein kemudian memikirkan ulang sebuah strategi bisnis yang dapat mencakup pangsa pasar yang lebih luas. Akhirnya diputuskan Sevva menjadi layanan marketplace perantara kegiatan penyewaan barang. Sevva sendiri didirikan sejak 1 Juni 2016 oleh Erik bersama dengan empat temannya.
“Hipotesa kami adalah mungkin orang lain punya barang yang tidak terpakai yang mereka ingin sewakan, dan mungkin bukan hanya perlengkapan bayi saja, tapi berbagai barang insidental lainnya,” ujar Erik kepada DailySocial.
Dengan mengedepankan sebuah platform yang menyediakan infrastruktur sewa menyewa yang aman, kini semua orang bisa menyewakan barang mereka yang tidak terpakai untuk menghasilkan uang, dan dapat menghemat uang dengan meminjam berbagai barang yang mereka hanya butuhkan untuk sementara. Sekitar 80% barang dimiliki oleh rental, sisanya dimiliki oleh perorangan yang telah mempromosikan barang mereka yang tidak terpakai (voluntary listing).
“Saat ini, kami sudah menerima 216 order lewat situs, sementara total barang yang terdaftar ada sekitar 400 barang. Barang tidak dimiliki oleh Sevva. Kami hanya bekerja sama dengan banyak perusahaan rental perlengkapan bayi untuk me-listing barang yang dimilikinya melalu situs Sevva,” kata Erik.
Segera meluncurkan aplikasi mobile
Cara kerja yang diterapkan oleh Sevva pun cukup mudah, apabila ada penyewa yang hendak menyewa barang, mereka harus memesan lewat situs dan mengisi data pemesanan berikut data diri. Sevva lalu akan mengecek ketersediaan barang ke pemilik apabila barang tersedia, penyewa akan membayar terlebih dahulu ke rekening Sevva. Lalu setelah transaksi terjadi, pada hari H+1 setelah transaksi, Sevva akan mengirimkan pembayaran kepada pemilik barang.
“Posisi Sevva adalah akan meng-escrow pembayaran untuk memastikan pemilik mengirim barang kepada penyewa. Saat ini kami masih belum mengenakan biaya, tapi nanti ke depannya apabila kami sudah dapat memberikan infrastruktur yang cukup, kami akan menarik komisi per transaksi,” ujar Erik.
Diharapkan hingga akhir tahun 2016, Sevva dapat mengembangkan aplikasi mobile yang akan berisi infrastruktur rental (asuransi, payment gateway, rating dan review system) dan mengajak 100 perusahaan rental untuk bergabung di platform Sevva untuk menambah jumlah listing.
Bagian dari program akselerator 1337 Ventures (Alpha Startups)
Sevva saat ini tercatat sebagai salah satu startup yang telah menjalani program akselerator selama 3 bulan oleh program akselerator 1337 Ventures, atau yang dikenal dengan nama Alpha Startup. Program ini telah berjalan sekitar awal tahun 2016 dan merupakan salah satu startup yang memiliki potensi lebih, seperti yang diungkapkan oleh Gary Khoeng dari Convergence Ventures sebagai salah satu partner bersama Baidu Indonesia dan Gobi Partners menghadirkan program akselerator Alpha Startups ke Indonesia.
“Kami percaya dengan layanan yang diberikan oleh Sevva yaitu menghadirkan layanan penyewaan barang yang dibutuhkan setiap harinya oleh pemilik yang tidak terlalu sering menggunakannya. Model bisnis seperti ini sepertinya cukup ideal untuk pasar di Indonesia,” kata Gary.
Meskipun saat ini Sevva masih terbilang baru dan situs yang telah diluncurkan masih dalam versi Beta, namun dalam hal ini Convergence Ventures cukup optimis melihat perkembangan dari Sevva dan akan berusaha untuk membantu pendanaan Sevva hingga tahap selanjutnya.
“Semuanya tentu saja tergantung dari perkembangan yang dialami oleh Sevva, apakah mampu untuk menunjukkan potensinya. Untuk ke depannya kami akan terus membantu Sevva menjadi salah satu platform rental sharing yang sukses di Indonesia,” pungkas Gary.