Smartlink Ingin Modernkan Pengusaha Laundry dengan Tata Kelola Digital
Telah digunakan oleh lebih dari 4 ribu outlet laundry di Jawa dan Bali
Jasa laundry seringkali terpinggirkan di dalam gempita digitalisasi, meski tingkat permintaannya selalu tinggi di hampir seluruh lapisan masyarakat. Bila dipantau, sejauh ini jasa laundry yang sudah didigitalkan baru berbentuk layanan on demand untuk memudahkan masyarakat mencari jasa terdekat.
Hal lainnya yang belum tergarap maksimal di bisnis laundry adalah manajemen itu sendiri. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Fredo Prima Yudha, Hery Kuswandy, Shidqon Alkaaf, dan Iqbal Firmansyah untuk merintis Smartlink mulai pada pertengahan 2016.
Kepada DailySocial, Yudha menerangkan, Smartlink berdiri karena belum ada aplikasi SaaS yang bisa memanajemenkan usaha laundry. “Sebenarnya ada aplikasi untuk bisnis laundry, namun hanya berbentuk aplikasi desktop yang tidak memberikan solusi secara fundamental ke pengusaha laundry,” katanya.
Dengan kata lain, sambungnya, belum ada aplikasi yang menyediakan layanan untuk mengelola seluruh siklus bisnis laundry, mulai dari barang masuk hingga keluar. Sebab kebanyakan hanya di bagian aplikasi kasirnya saja.
Yudha sendiri sebelumnya adalah pelaku usaha laundry. Dibantu oleh Heri yang memiliki kemampuan sebagai software engineering, Smartlink pun mulai dirintis dari awalnya berbentuk web based application hingga menjadi aplikasi untuk Android pada 2017.
“Pada saat itu eranya sudah menginjak ke era aplikasi Android dan akhirnya bertemu dengan co-founder lainnya, Alkaaf dan Iqbal yang latar belakangnya juga seorang software engineering.”
Aplikasi Smartlink mulai resmi dirilis pada awal 2018 dengan fitur yang masih mendasar. Yudha menuturkan saat itu perusahaan sempat kehabisan dana untuk mengembangkan aplikasi untuk Android, namun tetap dipaksakan launching dalam kondisi masih banyak bug.
“Akhirnya pada pertengahan Agustus 2018, baru terlihat pertumbuhan konsumen Smartlink dengan jumlah 400 outlet.”
Model bisnis dan rencana Smartlink berikutnya
Diterangkan lebih jauh, Smartlink memiliki tiga modul aplikasi yang digunakan oleh kasir (Smartlink Kasir), produksi (Smartlink Produksi), dan owner (Smartlink Bos) dilengkapi dengan fitur yang berbeda. Smartlink Bos misalnya, berbentuk website yang digunakan pemilik usaha untuk mengatur dan membaca laporan kegiatan usaha laundry.
Sementara, Smartlink Kasir berbentuk aplikasi yang digunakan oleh kasir untuk melakukan kegiatan operasional transaksi di outlet. Adapun fitur yang disiapkan dari masing-masing modul fokus mendukung empat kegiatan laundry, seperti operasional, manajamen keuangan, performa usaha, dan manajemen konsumen (CRM).
Yudha menuturkan, model bisnis yang digunakan Smartlink adalah berlangganan tapi berdasarkan pemakaian saja, bukan dengan membayar setiap bulan. Dengan demikian, setiap fitur di Smartlink akan di-split, kalau tidak ingin menggunakan fitur tersebut maka tidak perlu membayar.
Biaya terendah yang dibayar pengguna Smartlink adalah biaya per transaksi sebesar Rp100. “Biaya yang sangat murah ini karena tujuan kita saat ini hanya membangun member Smartlink dan mengejar target operasional. Jadi supaya outlet laundry bisa tumbuh dan kita [Smartlink] bisa tetap operasional.”
Pengguna Smartlink diklaim telah tembus ke angka 4 ribu outlet, yang tersebar di sekitar Jawa dan Bali. Ia berencana untuk mengembangkan produk baru, dinamai Londi Loker yang berbentuk keagenan. Produk ini akan membuat loker yang tersebar di beberapa titik dan dikelola oleh beberapa vendor. Loker tersebut membantu pemilik laundry memiliki tambahan transaksi.
More Coverage:
“Konsumen datang ke loker, melakukan scan untuk menaruh barang yang akan di laundry ke dalam loker. Kemudian barang tersebut akan diambil oleh vendor dan dikirim kembali oleh vendor dalam waktu 24 jam, nanti konsumen ambil sendiri ke loker dan outlet Londi Loker ini dibuka selama 24 jam.”
Setelah Smartlink, Yudha berencana untuk memosisikan ulang perusahaannya untuk fokus ke aplikasi jasa sehingga tidak bermain di bisnis laundry saja. Ia juga mengklaim sejauh ini Smartlink masih mengandalkan dana sendiri untuk mengembangkan perusahaan.
“Kita enggak pernah buka investasi dan tidak pernah mendapatkan dana dari investor, jadi bisnis murni hidup dan berkembang dari kegiatan usaha kita saja sampai di posisi sekarang ini,” pungkasnya.